Share

Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa
Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa
Penulis: NACL

Bab 1: Bukankah Aku Istrimu?

[Terima kasih cincinnya, Dewa. Ngomong-ngomong, kapan kamu menceraikan dia?]

Jantung Rosalyn seketika merosot setelah membaca pesan di ponsel sang suami, dari seseorang wanita yang sudah jadi duri dalam pernikahannya.

Dadanya semakin sakit seperti tertusuk ribuan jarum ketika melihat foto profil wanita itu.

Di foto itu terlihat sang wanita sedang memamerkan cincin berlian yang melingkar elok di jari manis.

"Jadi, cincin itu untuknya?"

Rosalyn mungkin terlalu polos. Semula, ia pikir Dewa mengingat hari ulang tahunnya dan telah menyiapkan sebuah kado berupa cincin berlian.

Namun, kini ia tahu ... Cincin itu untuk wanita kedua suaminya.

Rosalyn meremas ponsel milik suaminya. Bibirnya melengkungkan senyum nelangsa.

Mata almondnya memandang nanar sertifikat cincin yang ia temukan diantara tumpukan pakaian.

“Apa yang kamu lakukan?”

Tiba-tiba suara dingin seorang pria menusuk gendang telinga Rosalyn dan membuyarkan lamunan.

“Ada pesan di ponselmu," tutur Rosalyn lemah, dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Andai suaminya peka, pria itu pasti menemukan jika Rosalyn tengah memikul rasa kecewa.

Dewa menyipitkan kelopak mata dan menatap penuh intimidasi kepada Rosalyn. Pria itu berujar penuh penekanan, “Siapa kamu berani memeriksa ponselku?”

Siapa? Batin Rosalyn mencelos mendengarnya.

Sang suami seolah lupa jika mereka memang pasangan suami istri empat tahun ini. 

Meski begitu, hubungan mereka memang tak seperti pasangan pada umumnya. Dewa melarangnya menyentuh ponsel pria itu.

Inilah kali pertama Rosalyn menemukan ponsel sang suami ketika ia sedang membereskan koper milik Dewa. Saat itulah, ponsel tersebut menyala, menampilkan sebuah pesan menyakitkan untuknya.

"Kembalikan." Dewa meraih ponsel dari tangan Rosalyn dengan kasar dan segera memeriksa ponselnya dengan raut antusias.

“Kamu memberikan dia cincin. Apa itu artinya … kalian sudah bertunangan?” tanya Rosalyn. Ia memandang nanar tubuh atletis yang terbalut handuk putih di hadapannya.

Rosalyn berharap suaminya menyanggah dan menjelaskan bahwa ini hanya salah paham.

Namun, sorot mata tajam Dewa seakan memberitahu hal yang sebaliknya.

Sebelah sudut bibir Dewa berkedut samar. Ia menjawab dengan enteng, “Bukan urusanmu.”

Seketika, Rosalyn mereguk saliva yang mengiris kerongkongannya. Ia menyahut dengan suara tercekat, “Aku masih istrimu, kalau kamu lupa.”

Ia tahu, pernikahan mereka tidak berlandaskan cinta, melainkan perjodohan. Atau lebih tepatnya, Rosalyn dijadikan pelunas hutang ayahnya pada keluarga Dewa.

Berbeda dengan Rosalyn yang mencoba belajar mencintai Dewa dan mengabdi sebagai istri, suaminya tak terlihat melakukan hal yang sama.

Rosalyn juga tahu, kalau pria itu memiliki tujuan lain menerima perjodohan itu. Karena nyatanya, selama empat tahun bersama, pria itu bahkan terus memperlakukan Rosalyn dengan dingin, meski mereka tak jarang bertukar kehangatan di malam hari.

“Lalu, untuk apa lagi pernikahan ini, Dewa!” Bibir Rosalyn gemetar ketika mengatakannya.

Seketika Dewa tergelak. Kemudian pria itu mengangkat dagu menunjukkan sisi dominasi. "Menghukummu, tentu saja."

Rosalyn lalu menundukkan kepala sambil meremas setiap jemarinya, menahan tangis lebih kuat. Ia menjawab dengan suara sengau, “Belum cukup kamu menyiksaku selama ini?”

“Bahkan semua itu masih belum cukup jika dibandingkan luka yang kamu berikan pada Vinsensia.” Ucapan pria itu bagai belati yang menghujam lubuk hati Rosalyn.

Vinsensia adalah kekasih Dewa, duri dalam pernikahan mereka.

Empat tahun lalu, Dewa menuduh Rosalyn menjadi dalang atas skandal yang dilakukan Vinsensia. Wanita itu kepergok sedang memadu kasih dengan seorang pria yang tidak lain adalah kakak Rosalyn. 

Berulang kali Rosalyn berusaha menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Akan tetapi, ia kalah sebab tidak memiliki bukti apa pun.

"Berapa kali harus kukatakan, kalau bukan aku pelakunya!" tantang Rosalyn.

Dewa memangkas jarak, merengkuh pinggang kurus Rosalyn lalu menjepit dagu lancipnya.

“Kamu memang pembohong ulung, Rosalyn." Mengangkat sebelah alis, Dewa kembali berujar dengan mata yang menggelap. “Aku tidak akan pernah lupa, kalau kamulah penyebab wanita yang kucintai kehilangan masa depannya.”

Manik abu-abu Dewa berkilat serta deru napasnya terdengar kasar. Bahkan ia meremas kuat pinggang Rosalyn hingga wanita itu meringis.

Tubuh Rosalyn bergetar. Setelah skandal itu yang juga membuat Vinsensia kehilangan rahimnya karena kekerasan yang dilakukan kakaknya, inilah kali pertama ia melihat kemarahan Dewa memuncak lagi.

Rosalyn memejamkan mata dan menggeleng lemah, membuat air mata kian menganak sungai di pipi putihnya. Ia memberanikan diri untuk mengelak lagi, “Aku bukan wanita seperti itu.”

"Benarkah?" Dewa kembali mencibir. Ia menyeringai dan melekatkan hidung mancungnya dengan pipi mulus Rosalyn. "Aku bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan kemauanku, sama seperti dirimu."

Srak-

Kemudian, suara robekan baju terdengar nyaring. Tubuh Rosalyn yang semula diselimuti piyama bertali tipis, kini terekspos bebas.

Tidak memberikan jeda, tubuh polos Rosalyn langsung didorong kasar ke atas ranjang, disusul cumbuan rakus di sekujur tubuh yang membuat wanita itu protes.

“Dewa jangan!” tolak Rosalyn. Ia tahu, hukuman apa yang akan diberikan Dewa untuk membuatnya semakin 'tidak berarti'.

Tanpa bisa berontak lagi, pria itu pun pada akhirnya menyatukan tubuh mereka tanpa aba-aba, membuat Rosalyn merasakan sakit luar biasa.

Isakan Rosalyn bagai melodi yang justru membuat pria itu semakin berhasrat. Hingga kemudian, pria itu akan berhenti ketika ia telah mencapai puncak.

Rosalyn membuang muka mana kala manik abu-abu milik Dewa menatapnya lekat.

Dengan napas yang masih berderu cepat, pria itu berkata, "Kamu memang berhasil menjadi istriku." Dewa menyeka air mata Rosalyn. "Tapi, jangan harap kamu akan mendapatkan hatiku!" bisiknya penuh penekanan.

Kelopak mata Rosalyn bergetar. Perasaan wanita itu sudah hancur lebur.

“Kalau begitu, kenapa tidak angkat saja rahimku supaya aku bernasib sama dengan kekasihmu?” Ia meraih satu tangan suaminya dan menaruh di atas perut. "Bukankah kamu juga tidak menginginkan anak dariku?!"

Dewa menarik kasar tangannya dari atas perut Rosalyn.

Sementara, Rosalyn mengernyit, heran. Semua yang ia ucapkan adalah benar, tetapi entah mengapa tatapan mata Dewa justru menyiratkan pria itu tidak terima.

Bagaimana mungkin Rosalyn salah mengartikan, jika empat tahun mereka menikah, suaminya lebih sering menggunakan pengaman. Walaupun, beberapa minggu lalu Dewa tidak mengenakannya seperti saat ini.

Rosalyn menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh polosnya kala Dewa beranjak.

Ketika pria itu hendak melangkah menuju kamar mandi ... Rosalyn dengan suara bergetar, tetapi penuh tekad itu berujar. "Ceraikan saja aku, Dewa."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shanum Eka
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status