Share

Bab 3: Benarkah Kekanakan?

"Kamu ... Fabian?!"

Rosalyn nyaris tidak percaya melihat sosok pria yang dulu begitu dekat dengannya, kini muncul di hadapannya setelah sekian lama tak berjumpa.

Fabian tersenyum lebar. “Kebetulan sekali kita bertemu. Bagaimana kabarmu?” Wajah tampan pria itu tampak menyejukkan di bawah sinar matahari musim semi.

“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” Rosalyn tersenyum hangat, sejenak melupakan rasa lelahnya.

Fabian menyahut dengan suara lembut, “Secara fisik aku sehat.”

Sesaat kemudian Rosalyn merasakan Fabian memperhatikannya. Ia tahu pria itu sedang menunjukkan ketertarikan dan kekaguman yang tidak berubah sedari dulu.

Tiba-tiba Fabian mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepada Rosalyn. Membuat wanita itu mengerutkan alis serta bertanya, “Ini untuk apa?”

“Aku tahu kamu sangat berbakat. Kebetulan perusahaan kami sedang mencari seorang arsitek andal.” Sorot mata Fabian terlihat tulus ketika mengucapkannya. Pria itu menambahkan, “Datanglah besok, kami mengadakan wawacara secara langsung.”

Setelah mengatakan itu, keduanya berpisah di depan pintu restoran, meninggalkan Rosalyn yang tersenyum haru mendapatkan sebuah kebetulan ini.

Pukul tujuh malam Rosalyn tiba di vila. Di bawah cahaya lampu kristal yang cukup besar, tatapan Rosalyn dan Dewa yang baru saja keluar dari ruang kerjanya di lantai satu bersirobok.

"Dari mana kamu?"

Rosalyn tahu suasana hati Dewa sedang buruk. Jika sebelumnya ia langsung menghampiri pria itu dan bertutur kata dengan manja, kini kedua kaki jenjang Rosalyn membeku.

Dewa kembali menegur, “Suamimu bertanya, Rosalyn!” Kekesalan nampak jelas dari nada bicaranya.

Rosalyn menghela napas panjang. Ia menjawab, “Jalan-jalan sebentar.”

Sesaat Rosalyn menatap wajah tampan suaminya dengan sorot mata datar. Setelah itu ia melenggang begitu saja melewati Dewa menuju kamar utama di lantai dua.

Sepuluh menit berlalu, Rosalyn telah selesai dengan kegiatannya dan keluar menggunakan pakaian lengkap. Sejenak, Rosalyn kaget ketika melihat kehadiran sang suami yang sudah duduk dengan santai di ujung ranjang. 

Dahi pria itu terlihat mengernyit, heran melihat penampilan Rosalyn sekarang.

Rosalyn bukan gadis polos. Ia begitu tahu cara memikat hasrat sang suami. Sering kali, wanita itu menggoda Dewa dengan memamerkan kemolekan tubuhnya, berpakaian di bawah tatapan sang suami.

Namun sekarang, wanita itu keluar sudah dengan pakaian lengkapnya yang santai.

“Air mandiku sudah siap?”  Pertanyaan itu terdengar ketika Rosalyn melewati Dewa.

Rosalyn menggeleng santai, lalu menjawab dengan tidak acuh, “Kamu bisa melakukannya sendiri.”

Dewa tertegun lalu mengernyit. Wajah tampannya kemudian berubah kusut. "Kamu istriku. Sudah tugasmu melayaniku!”

“Tugasku? Cari saja kekasihmu itu!” tolak Rosalyn tanpa memedulikan ekspresi suram sang suami.

Rosalyn hendak membuka handle pintu. Akan tetapi Dewa mencekal pergelangan tangan wanita itu sambil berkata, “Apa kamu sedang belajar merajuk?”

Rosalyn menolehkan kepala dan menatap jengah. Ia menyahut dengan nada tertekan, “Kalau iya, apa aku tidak boleh melakukannya?”

Dewa maju satu langkah tanpa melepas cekalannya terhadap Rosalyn. Sebelah tangan pria itu membelai lembut pipi tirus sang istri. Ia menegaskan, “Tidak, karena itu kekanakan.”

Seketika Rosalyn tercekat. Ia memandangi wajah Dewa yang terlihat menyeringai puas.

“Kenapa diam?” kata Dewa dengan enteng.

“Aku lelah, Dewa." Rosalyn mengangkat bahu. Ia tersenyum getir, lantas menambahkan, “Aku serius ingin bercerai. Kamu tidak perlu repot. Aku akan mengurus persyaratannya.” Wanita itu berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya.

Namun, sekeras apa pun Rosalyn berusaha ... cengkeraman Dewa pada tangannya tetap lebih kuat.

"Katakan sekali lagi?!" pinta pria itu dengan mata abu-abunya yang menggelap.

Tidak takut, Rosalyn dengan berani menatap sang suami. "Ceraikan aku–"

Kemudian kata-kata Rosalyn hilang karena bibirnya lebih dulu disambar oleh Dewa secara kasar.

Mengandalkan tenaga yang tersisa, Rosalyn memberontak. Ia tidak bersedia dijadikan pelampiasan amarah suaminya. 

Sayang, lagi-lagi, tubuh molek Rosalyn tidak berdaya di bawah kuasa sang suami. Alih-alih menikmati persatuan mereka, wanita itu justru lebih merasa jika ia sedang dinodai.

Terlebih, ucapan kala Dewa mengakhiri penyatuan mereka yang membuat Rosalyn menangis sepanjang malam.

“Setiap kata laknat itu terucap, kamu akan menerima hukuman seperti ini!” 

Pagi-pagi sekali, Rosalyn bangun seorang diri. Seperti biasa, Dewa telah menghilang dari ranjang mereka.

Namun kali ini, Rosalyn sudah benar-benar tidak peduli. Ia memilih untuk fokus pada rencananya pagi ini.

Untuk itulah, melupakan luka batinnya, pukul tujuh pagi Rosalyn telah rapi. Dengan pakaian formal dan riasan natural, penampilannya terlihat begitu segar.

Rosalyn sudah memutuskan, ia akan menghadiri wawancara kerja yang Fabian tawarkan padanya kemarin.

Senyuman Rosalyn terus terpatri mana kala ia dinyatakan lolos dan diterima untuk bekerja di sana.

“Lihatlah, Dewa … satu per satu akan kuperlihatkan kemampuanku padamu.”

Selesai wawancara, wanita yang mengenakan kemeja satin lengan panjang berwarna merah mawar serta rok hitam itu berjalan kaki menyusuri pematang jalan.

Tepat di persimpangan ketika rambu lalu lintas berwarna merah, manik almond Rosalyn menangkap sosok sang suami yang sedang bersama dengan kekasihnya–Vinsensia.

Sesaat, mata indah Rosalyn berkaca-kaca memperhatikan cara Dewa memperlakukan Vinsensia. Sangat lembut dan perhatian, termasuk tatapan hangat yang terpancar dari pria itu. Sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan dari sang suami.

Rosalyn membatin, ‘Kamu memang bajingan, Dewa!’

Ketika Rosalyn hendak melangkah, rasa sesak di dadanya tiba-tiba semakin menghimpit.

Makin lama ia berjalan, pandangannya berubah semakin tidak fokus sebelum kemudian kesadarannya hilang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status