Share

Bab 6: Apa Kamu Bisa ....

“Rosalyn?”  panggil Dewa dalam tidurnya. Saat ini, ia sedang terbaring di atas ranjang pasien. Sudah lima jam paska mendapat perawatan tetapi pria itu belum siuman.

“Dewa, ini aku. Buka matamu!” Seorang wanita menangis sembari menggenggam tangan Dewa.

Ketika membuka mata, samar-samar Dewa melihat wanita cantik sedang menatap ke arahnya. Pria itu berpikir bahwa Rosalyn telah berubah pikiran. Ia tersenyum kecil karena wanita manja itu hanya merajuk.

Setelah penglihatanya berubah jelas seketika Dewa tertegun. Ternyata ….

“Vinsensia … kamu di sini?” Dewa memperhatikan tangannya yang digenggam oleh perempuan itu. Kemudian ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan lalu bertanya, “Di mana Rosalyn?”

Vinsensia menangis tersedu-sedu. “Tidak ada Rosalyn di sini. “Bukankah kehadiranku juga sudah cukup?” Vinsensia mencondongkan tubuhnya mendekati Dewa. “Aku bisa merawatmu … menggantikan Rosalyn.”

“Jangan menangis lagi,” kata Dewa dengan lemah lembut. Pria itu menyeka air mata Vinsensia. “Kalau begitu bantu aku pulang.”

Vinsensia melengkungkan senyum. Sedetik kemudian perempuan itu mengernyit. “Kamu masih sakit, Dewa!”

Sedangkan Dewa memeriksa ponsel, tidak ada satu pun pesan atau panggilan dari Rosalyn. Bahkan Dewa mencoba menghubungi wanita itu tetapi tidak aktif. Ia memejamkan mata dan menggeram dalam hati, ‘Wanita manja itu membuat kesabaranku habis!’

“Ada masalah yang harus aku selesaikan,” sahut Dewa dengan intonasi lembut dan menenangkan sehingga Vinsensia mengangguk patuh.

Gadis itu benar-benar mengambil peluang dengan membantu Dewa turun dari ranjang pasien. Bahkan Vinsensia menghubungi sopir untuk menjemput mereka di lobi rumah sakit.

Tidak lama kemudian, Dewa dan Vinsensia duduk di dalam mobil. Meskipun cukup hening tetapi sangat hangat dan nyaman. Dewa sibuk berbalas pesan dengan anak buahnya, sedangkan Vinsensia tersenyum bahagia karena berhasil mengalahkan Rosalyn.

Sesampainya di hotel, Vinsensia turun tergesa dari mobil. Sedangkan Dewa masih duduk dengan gagah.

Vinsensia menyentuh paha Dewa. “Apa aku boleh ikut ke kantor? Kamu membutuhkan bantuanku, Dewa.”

Dewa menggeleng dan tersenyum kecil membuat wanita itu kebingungan. Sebelum pintu mobil tertutup, ia berkata dengan lembut “Aku tidak mau kamu kelelahan dan sakit.”

**

“Ternyata aku bisa,” gumam Rosalyn.

Hari ini pertama kali Rosalyn bekerja dan merasakan ‘dunia kejam’ yang dikatakan oleh suaminya. Ia belum memiliki teman lantaran banyak dari rekan kerja menganggap remeh dirinya. Akan tetapi Rosalyn tidak ambil pusing.

Sekarang ia sedang berjalan menuju halte bus. Tiba-tiba mobil hitam berhenti di sampingnya. Rosalyn terkejut, khawatir orang itu adalah Dewa.

“Rosalyn, kamu mau pulang? Aku antar.” Seseorang itu membukakan pintu mobil.

“Terima kasih Fabian. Aku bisa naik bus,” tolak Rosalyn dengan sopan.

“Jam segini bus penuh,” ucap Fabian lagi sambil melirik jam tangan.

Rosalyn memandangi bus yang sesak oleh penumpang. Ia langsung menunduk dan menatap perut ratanya. Sebelum meninggalkan kantor, wanita itu sempat merasakan keram. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Rosalyn mnerima tawaran Fabian.

Ia duduk di samping pengemudi lalu menatap lurus ke jalan. Rambut panjang Rosalyn sedikit berantakan, tetapi tidak mengurangi kadar kecantikannya.

“Fabian, tidak perlu mengantarku ke Vila Caldwell. Aku ….” Suara Rosalyn tercekat. Ia kesulitan mencari alasan karena tidak mau orang lain mengetahui permasalahan rumah tangganya.

“Aku mengerti. Kamu takut Dewa cemburu. Jadi, mau turun di mana?” Ucapan Fabian membuat Rosalyn bernapas lega sehingga tidak perlu susah payah berbohong.

Rosalyn menjawab dengan tegas, “Kafe Madchen.”

Dua puluh menit kemudian, Rosalyn turun di depan kafe. “Terima kasih Fabian.”

Ia memastikan mobil Fabian menjauh dan kondisi aman. Setelah itu, Rosalyn bergegas menyebrang jalan. Namun wanita berdagu lancip itu tersentak karena tangannya ditarik oleh seseorang. Degup jantung Rosalyn berubah cepat ketika menolehkan kepala.

“Dewa?” Rosalyn terbelalak mendapati pria itu berdiri di dekatnya.

“Apa ini alasanmu meminta cerai?” Pertanyaan Dewa membuat Rosalyn terhina.

“Jangan memutar balik fakta, Dewa! Aku bukan kamu!”  tegas Rosalyn sembari melepas cekalan tangan suaminya.

Namun Dewa semakin erat mencengkeram pergelangan tangan Rosalyn. Bahkan pria itu langsung menariknya ke dalam pelukan.

“Dewa lepaskan aku!” Rosalyn meronta tetapi tubuh kekar Dewa sama sekali tidak bergeser.

“Kenapa harus dilepas?” Suara datar Dewa menyusup ke telinga Rosalyn.

Wanita menyahut dengan suara bergetar, “Kita sudah berpisah. Tidak boleh seperti ini!”

“Kapan aku setuju bercerai?” Dewa melepaskan pelukannya, lalu menatap Rosalyn dengan pandangan mendalam. “Aku tidak mau anakku terlahir tanpa ayah. Pulanglah, Rosalyn. Aku akan menjadi ayah yang baik.”

Sejenak, Rosalyn kehabisan kata. Mata hazel wanita itu berkaca-kaca, sebab inilah kali pertama Dewa berkata lembut dan manis padanya.

Namun, ia kembali teringat bukan hanya dirinya wanita yang bisa memiliki Dewa. Rosalyn kembali meragu. “Jika aku bersedia … apa kamu bisa meninggalkan Vinsensia?”

NACL

Halo GoodReaders Selamat datang di buku baru aku. Semoga suka ya dengan alur dan penokohannya. Boleh ya tinggalkan jejak komentar. Terima kasih kakak-kakak ^^

| 20
Komen (7)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
pasti nggak mau
goodnovel comment avatar
NACL
terima kasih ya Kak Singal Norce (⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)
goodnovel comment avatar
NACL
terima kasih Kak Imelda (⁠◠⁠‿⁠◕⁠) mmuaaah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status