Share

Terjebak

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 11:29:15

Avanthe mengerjap terkejut.

Tidak.

Tentu saja tidak.

Sesuatu dalam dirinya mungkin merasakan dampak buruk, tetapi Avanthe tidak akan pernah mau melakukan sentuhan fisik apa pun bersama pria ini. Hores menjijikkan. Yakin – yakin sudah begitu banyak wanita yang pria itu tiduri.

Di sini Avanthe hanya melakukan pekerjaan. Dia rasa meja di samping ranjang cukup untuk meletakkan ember es sekaligus sampaye, lalu keharusnnya di tempat menyedihkan ini akan selesai.

Avanthe tidak mengatakan apa – apa ketika berjalan mantap melakukan hal yang diperintahkan oleh isi kepala; menaruh dua komponen di tangan tersebut ke atas meja.

“Pergilah.”

Samar, suara berat dan dalam Hores menembus di sekitar pendengaran Avanthe. Perintah itu tidak ditujukan kepadanya. Namun, wanita yang menunduk di antara celah kaki pria itulah, yang akhirnya menyingkir. Bangun. Mengusap sudut bibir sebentar. Benar – benar memuakkan. Sebelum wanita itu menghilang, Avanthe segera berbalik badan untuk mengikuti setiap langkah me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Susi_miu
Yuk kita serbu bareng-bareng, Kak. Wkwk.
goodnovel comment avatar
Susi_miu
Kita tunggu Hores dapat azab. Wkwk.
goodnovel comment avatar
Susi_miu
100 persen bener. Wkwk.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Menyusu

    “Apa yang kau mau, Hores? Lepaskan aku.” Suara Avanthe terbata. Jantungnya berdebar keras. Usaha membebaskan diri menjadi sia – sia saat Hores masih mengintai kejam. Betapa kacau. Beberapa kali Avanthe berusaha menarik lepas borgol yang menjerat pergelangan tangan dan kakinya. Tetapi, sekali lagi, dia tidak berdaya. Berjuang keras memikirkan sesuatu yang lebih serius daripada menyerah di sini. “Kau tidak bisa menahanku terus seperti ini. Rekan kerjaku akan mencariku.” Akhirnya itu yang mendesak dari ujung tenggorokan. Sesaat Avanthe menyadari Hores tidak melakukan apa pun. Diam. Menatap serius, kemudian secara perlahan wajah Hores bergerak miring, mengamati sesuatu secara intim. Iris gelap pria itu menyipit. “Seragam kerjamu basah.” Ada begitu banyak hal yang bisa Hores lihat. Kemarahan, derai kebencian di mata Avanthe, atau batasan – batasan terjal di antara mereka. Namun, pria itu justru memperhatikan satu bagian yang tidak pernah Avanthe ingin terungkap di sini. Ironi sekali,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Rapuh

    Kepergian Hores membuat waktu berjalan hening. Avanthe mengerjap, mencoba mengembalikan situasi kacau di sekitarnya. Dia merasakan pedih di kaki; tembakan Hores benar – benar menyakitkan. Timah panas yang masih menancap ikut bergeser acapkali Avanthe berusaha bergerak. Dan itu semacam menambah garam di luka terbuka. Benar - benar pedih tak tertahan.Sisa – sisa gemerincing borgol menembus di udara ketika dia bangun. Avanthe mendesis, berusaha memperbaiki kain – kain yang terenggut di tubuhnya. Dia tertatih memperbaiki kepala celana kain untuk membalut di pinggul. Kemudian menyeka rambut panjang yang menjuntai berantakan. Terakhir, jari – jari tangan Avanthe gemetaran saat merekatkan kancing – kancing dari seragam kerja.Dia harus keluar meminta bantuan. Tetapi untuk melangkah, butuh usaha lebih keras. Avanthe menjadikan dinding ruang VVIP dan lorong di sepanjang bar sebagai pegangan. Dia meraba masih diliputi kondisi tubuh yang bergetar. Berjalan tersaruk – saruk hingga beberapa kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Pulang

    “Nah, sekarang, baru kau boleh pulang.”Suara Kai muncul meliputi pintu ruang rawat yang terbuka. Meskipun Avanthe cukup terkejut Kai akan datang dengan kursi roda. Tetapi dia tidak menolak saat pria itu menawarkan bantuan. Avanthe menyambut tangan Kai pelan. Lengan hangat pria itu memeluk di punggulnya. Membantu Avanthe melangkah tertatih untuk kemudian duduk atas kursi roda. Semalam, setelah tiba di rumah sakit. Dokter langsung mengambil tindakan serius. Luka sobek di betis Avanthe sangat besar. Peluru menancap dalam; benar – benar sebuah kenyataan paling menyakitkan. Dokter memberikan banyak saran dan dengan Kai yang setuju tinggal di sini selama satu malam ... Avanthe tidak memiliki pilihan mengapa akhirnya dia akan sangat merindukan Hope di rumah.“Kau dapat ini dari mana?” tanya Avanthe. Iris keunguan di matanya berpendar, menatap takjub pada beberapa bagian kursi yang terlihat berkilauan. Jemari Avanthe mengusap ringan. Dia segera menengadah mengamati Kai sedang tersenyum lem

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Sampai

    Tidak banyak pembicaraan selama dalam perjalanan. Avanthe memiringkan wajah menghadap ke luar jendela. Mobil bergerak lambat. Sementara Kai sepertinya sangat hati – hati tetapi pria itu belum mengatakan apa pun. Avanthe juga tidak berusaha mendesak Kai bicara. Hanya sesekali akan mendengar embusan napas kasar itu merambat ke udara.Hening untuk beberapa saat. Avanthe memikirkan Hope. Waktu – waktu seperti ini biasanya dia akan membawa Hope bermain ke taman atau di mana pun putri kecilnya suka. Berpikir bahwa setelah ini dia akan lebih sering bersama Hope di rumah. Avanthe sudah memberitahu Shilom mengenai kondisinya. Wanita itu mungkin sedang menunggu di rumah.“Kau masih mencintainya?”Tiba – tiba suara Kai muncul ke permukaan. Avanthe tersentak. Kemudian dia mengatur posisi lebih baik mengenyak di sandaran jok.“Maksudmu?” tanyanya mencoba memastikan pertanyaan pembuka Kai.“Aku yakin kau tahu maksudku, Ava.”Mencintainya? Hores? Begitukah?Avanthe nyaris tertawa getir memikirkan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Tamu Tak Diundang

    Setidaknya sekarang sudah jauh lebih baik. Avanthe mendorong kursi roda keluar dari kamar. Sesaat dia mengambil keputusan menuju dapur. Kerongkongannya begitu kering, dia ingin minum. Masih dengan hati – hati memutar roda supaya tidak menyikut apa pun yang ada di dalam rumah. Benar – benar harus membiaskan diri sampai dokter memastikan untuk bisa berjalan seperti biasanya.Pelan sekali Avanthe telah mencapai ambang pintu. Dia terkejut akan menemukan Shilom disibukkan dengan kegiatan menyeduh kopi hitam pekat tanpa gula. Wanita itu sama terkejutnya saat mendapati kedatangannya di dapur. Avanthe tidak mengerti. Yang dia tahu Shilom tidak pernah meminum kopi tanpa gula, dan Hope ... di mana gadis kecil itu saat sementara Shilom ada di sini, menatapnya dengan keraguan besar seolah sesuatu yang menakutkan baru, baru saja terjadi. Atau barangkali Shilom sudah menidurkan putri kecilnya di kamar wanita itu?Avanthe tidak berusaha menaruh kecurigaan. Memutuskan tetap mendorong kursi roda hing

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Berjalan Seperti Itu

    Rasa sakit di kaki dan keseimbangan yang tak sempat dia pertahankan segera membuat Avanthe jatuh nyaris mencium lantai. Tatapannya lurus, setengah kosong mengamati kepergian Hores yang bahkan sama sekali tidak pernah peduli pada dirinya. Memangnya apa yang Avanthe harapkan akan terjadi? Hores tiba – tiba berbaik hati, lalu menyerahkan Hope kembali, begitu?Itu benar – benar seperti kebodohan paling kental. Hores-lah satu – satunya pria yang ingin melihat kehancurnya. Bahkan dengan sayup – sayup mesin mobil menyala, Hores telah berhasil, sekali lagi, membuat dunia Avanthe luluh lantak. Hope kekuatannya. Dia tidak tahu kapan Hores akan membawa Hope pulang. Perasaan Avanthe berdebar keras. Matanya terasa sangat pedih. Dia menangis di hadapan Shilom saat ini. Wanita itu telah mendekat. Mencoba membawanya bangun, dan ketika itu terjadi, punggung Avanthe langsung mengenyak di sandaran sofa. Menutup wajah dengan telapak tangan menghadapi perasaan penuh ketakutan.“Kau tenanglah, Ava. Aku ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Sesuatu yang Salah

    Selesai memompa asi dan membantu Shilom menyiapkan keperluan Hope, akhirnya Avanthe memutuskan membawa perkakas pertolongan pertama ke ruang tamu. Dia perlu mengganti perban pada luka tembak itu. Menarik napas sesaat untuk kemudian pelan – pelan mengangkat sebelah kaki yang masih diliputi perban lama supaya keduanya berselonjor di atas sofa.Karena Avanthe akan membuka lilitan kain dengan kedua tangan, dia perlu mengatur posisi sedikit menekuk pada kaki yang terluka. Setiap tindakan yang dia lakukan begitu tentatif. Rasa sakit sesekali muncul, benar – benar berdenyut, tetapi Avanthe berjuang supaya tidak terlihat lemah di mata siapa pun, bahkan saat ini, saat sedang sendirian di rumah.Hati – hati Avanthe menggunting perban. Mengulur bagian yang terasa sangat rekat. Dia mendapati bagian di sekitar luka tembak di kaki menimbulkan efek panas yang masih membakar. Hores luar biasa keji. Membayangkan sikap kejam pria itu, rasa cemas Avanthe tidak akan pernah redam.Dia mengusap wajah. Berp

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Hal Mendadak

    “Sepertinya aku sangat membutuhkan-mu, Ava.”Luar biasa mengejutkan mendengar Kai bicara seperti itu; berbisik nyaris tanpa peringatan. Kesadaran melintas di benak Avanthe. Pasokan udara segera menyergap ke rongga dadanya. Kali ini Avanthe baru dapat mengendalikan diri. Dengan satu tangan dia mencegah keberadaan Kai. Menahan dada bidang pria itu. Menatap sangat ragu, lalu menunduk dalam.Jari – jari Avanthe gemetar. Perasaan terkejut itu mengguncang ketenangannya.“Maaf, Kai. Aku tidak bisa.”Didorong tekad membara untuk mengungkap kebenaran. Avanthe lantas mengangkat wajah. Keterdiaman Kai seperti meriwayatkan sesuatu. Tenggorokan pria itu bergerak, dan betapa pun Kai mencoba menyembunyikan sikap kecewanya. Avanthe bisa merasakan atmosfer di sekitar mereka sangat berbeda.Kai langsung bergeser. Tangan pria itu mengusap di pangkuan sendiri. Demikian pula Avanthe tak tahu harus bagaimana lagi. Keadaan mendadak absurd. Kecanggungan mencoba melampaui batas. Yang terjadi di sekitar mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28

Bab terbaru

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Ekstra Part

    “Kau benar – benar akan pergi meninggalkan istana, Hores?” Mata gelap Hores menatap setengah kosong ke depan. Dia telah mengambil keputusan dan menyiapkan segala sesuatu untuk berkelena. Mungkin butuh beberapa waktu sampai benar – benar bisa melupakan kematian Avanthe. Sudah tepat seminggu ... tidak ada petunjuk. Hores tidak sanggup bertahan di sini lebih lama. Dia tak bisa terus dibayangi keberadaan Avanthe di wajah anak – anak. Aceli dan Hope merefleksikan sebuah senyum yang pernah begitu indah. Itu sangat menyakitkan. Hores tidak tahu bagaimana cara melupakan. Berharap dengan berpegian akan menyeretnya keluar dari jurang terjal. Dia ingin menjadi musafir yang lupa arah jalan pulang. Ingin meninggalkan pelbagai macam ingatan di masa lalu, seperti permintaan Avanthe; saat di mana wanita itu pernah begitu ingin agar dia melupakan masa kelam yang menyatukan mereka. Andai saja. Hores menarik napas panjang setelah mengemasi seluruh kebutuhan untuk memulai. Dia menatap Raja V

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Ending

    “Sudah tiga hari, Hores. Kau menghabiskan darahmu di sini. Jika kau memang mencintai Ava. Biarkan dia bereinkarnasi, dia akan hidup kembali. Berharaplah akan menjadi manusia. Tapi, dengan menyimpan jasadnya kau tidak akan mendapat apa pun. Selain itu, apa yang kau lakukan bisa membuatmu terbunuh. Kau satu – satunya yang kumiliki. Aku tidak ingin kehilangan dirimu.” Raja Vanderox menjulang tinggi di belakang, menatap sebentuk bahu Hores yang lunglai ketika pria itu bersimpuh di depan peti tembus pandang, sambil meletakkan tangan ke dalam. Darah terus dibiarkan menetes supaya mengisi penuh dan merendam tubuh kaku Avanthe sebagai proses pengawetan. Tidak ada yang tahu kapan semua berakhir seperti semestinya. Sebagian dari mereka menyimpan pengetahuan berani bahwa Avanthe jelas – jelas tidak akan kembali. Tidak termasuk ke dalam pengecualian. Bagaimanapun, Raja Vanderox tak sanggup melihat putranya menderita. Hores seperti hilang arah; tersesat; melupakan bahwa pria

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Dan Paling Akhir

    Avanthe menjulang dengan pandangan lurus ke bawah. Ujung pedang ... menancap di telapak tangan Margarheta Bell kembali ditarik. Wanita itu lagi – lagi mendesis, tetapi dia tak peduli. Tujuannya pasti. Margarheta Bell harus membayar setiap penderitaan Hores, yang menjadi rasa takut terdalam di pikiran pria tersebut. Untuk memusnahkannya; mereka perlu melenyapkan sumber utama. Telah begitu dekat. Hampir. Avanthe menyeringai tipis. “Aku akan membunuhmu,” ucapnya diliputi serangan konkrit dan menghujam perut Margarheta Bell. Dia tak ingin wanita itu terburu mengembuskan napas terakhir. Harus ada penderitaan lain, yang belum terbayarkan. Ingin mendengar teriakan lebih keras ketika Margarheta Bell mengerang kesakitan. Ada kepuasann di mana Avanthe menekan ujung pedang dan membuat wanita itu terlihat diliputi kecenderungan untuk menahan diri, atau memang Margarheta Bell berusaha mengatakan sesuatu. Wanita itu memegangi luka lubang menganga di perutnya sambil mendedika

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Perang Akhir

    Kai .... Pria itu ada di sana, berdiri nyaris tanpa diberi jarak dari Margarheta Bell. Sebuah pemandangan yang membuat perasaan Avanthe seperti ditikam. Dia dirampas, kemudian dilempar ke tepian untuk menyadari bahwa Kai tidak sebaik dari yang pernah dibayangkan. Mengapa seperti ini? Benak Avanthe bertanya – tanya kapan? Apakah ini bagian rencana awal yang tidak sama sekali dia ketahui, bahwa Kai bukan benar – benar seorang teman. Pria itu sama sekali tidak memberi petunjuk. Tak ada yang sanggup menyadarinya atau malah Hores .... Wajah Avanthe berpaling ke arah pria, persis menjulang tinggi di sampingnya. Hores tidak diliputi ekspresi terkejut, atau sebenarnya .... “Kau tahu ini dari awal?” tanya Avanthe nyaris tak percaya. Hores melirik singkat, tetapi anggukan luar biasa samar seperti menamparnya dengan keras. “Mengapa kau tidak sedikitpun bicarakan ini kepadaku?” “Berharap kau akan pe

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Mendekati Akhir

    “Aku tidak menginzinkanmu pergi, Ava. Kau tidak boleh ikut berperang. Ada risiko yang kau tahu kita tak bisa menghindarinya. Aku tak ingin sesuatu terjadi kepadamu. Kau adikku.”Avanthe tersenyum tipis menanggapi pernyataan Kingston. Dia akan baik – baik saja, meski merasa getir mengenai apa yang menjadi keputusan; menitipkan anak – anak, lalu berniat kembali ke dunia mereka sesungguhnya. Ini sudah termasuk sebagai keputusan yang bulat. Avanthe tahu betapa mereka akan menghadapi risiko riskan, tetapi terus menyaksikan Hores terluka adalah rasa sakit tak terungkap. Makin mencekik jika dia berusaha bersikap tak peduli. Malah, benaknya terus menaruh desakan khawatir mengenai pria itu. Hores sudah menghadapi masa – masa sulit. Dia tidak ingin berakhir terlalu jauh. “Aku akan baik – baik saja. Tidak usah takut. Kau tahu aku tidak lemah, bisa menjaga diriku dengan baik. Hores dan ayahnya mungkin akan kalah pasukan. Kita tidak tahu seberapa jauh Margarheta Bell menyiapkan perang i

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Taktik

    “Hores ...,” panggil Avanthe lirih. Dia dengan gemetar mengusap rahang kasar pria itu. Berharap akan ada prospek bagus, tetapi tidak. Hening terasa penuh gemuruh. Rasanya benar – benar menyakitkan. “Aku bicara denganmu, Hores ....” “Hores tidak akan mendengarmu. Dia sedang masa pemulihan saat ikut berperang. Aku mengingatkannya supaya tidak ikut. Putra-ku sangat keras kepala. Dia tetap melibatkan diri, sampai mereka menemukan kelemahannya dan menghajarnya tanpa ampun.” Kelemahan? Di mana sebenarnya Hores juga sedang terluka? Dan mereka, siapa pun mereka, memanfaatkan situasi ini untuk menikung di belakang? Avanthe mengetatkan pelukan secara naluriah. Dia hanya ingin melarikan diri dari cengkeraman Hores, bukan dengan sengaja membuat pria itu terluka parah. Hores menghadapi risiko besar, karena berusaha memulangkannya ke neraka berbentuk mewah, berusaha mengembalikannya ke Meksiko dan anak – anak akan itu serta. Namun, semua berubah

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Kenyataan yang Tak Terduga

    “Hores?” Seperti ada gemuruh besar dengan segala bentuk sambaran mengerikan. Avanthe menatap wajah Ellordi penuh tanda tanya. Dia tak ingin percaya terhadap apa pun itu. Tidak ada penjelasan gamblang mengenai keadaan Hores saat ini, tetapi mengapa rasanya seperti telah membawa dia menghadapi pendekatan yang jelas, di mana kekhawatiran berakhir sebagai rayuan tidak masuk akal. Hores baik – baik saja ... akan selalu begitu. Pria itu harus kembali untuk anak – anaknya. Bukankah Aceli sudah menunggu? Meminta supaya Avanthe membangunkan ketika Hores datang? Sekarang apa yang bisa dilakukan setelah semua terasa mengejutkan? Avanthe menatap ayahnya sambil menggeleng samar. Bagian paling penting adalah menyingkirkan tumpukan air yang membentuk percikan kaca. Dia melihat semua dengan buram, sama seperti berjuang keras meyakinkan perasaannya, meski tidak ada harapan tersisa. “Jangan katakan itu, Papa,“ ucap Avanthe mendeteksi akan ada suatu informasi u

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Ketakutan

    Pernyataan Hores mengenai perang di wilayah pria itu menjadi suatu bagian paling nyata, bahwa mereka ... meski tidak terlibat; juga mengalami dampak serius. Suara – suara ledakan hingga guncangan yang sesekali terasa begitu keras merupakan prospek terburuk. Avanthe bertanya – tanya pertempuran seperti apa, atau barangkali perebutan hak dari mana sehingga nyaris tidak ada damai di Kerajaan Bawah Tanah. Dia khawatir mengenai Hores, takut jika akan terjadi suatu hal tak diinginkan dan berakibat fatal. Rasanya sesuatu di dalam diri Avanthe seakan ingin memberi petunjuk. Dia tak ingin terlalu memikirkan hal tersebut, hanya tidak tahu bagaimana caranya, tidak tahu apakah seharus ini mendambakan Hores baik – baik saja, maka pria itu akan kembali mendatangi anak – anak, apalagi ... jika secara ajaib mereka bisa berdamai. Membayangkan andai perasaan mereka kembali utuh. Anak – anak juga akan menyukainya; tidak ada pemisahan dan pelbagai hal lain yang menjadi masalah besar.“Mommy,

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Uraian

    Pernyataan Hores terdengar penuh pengalihan serius. Perkara pancake itu lagi dan permasalahan yang selalu sama ....Avanthe diam beberapa saat, terpaku, memikirkan kembali pengajuan Hores sebagai berikut;Apa yang dia ingin pria itu katakan?Tidak banyak, tetapi Hores telah mengatakannya. Ya, setidaknya Avanthe mengerti ... betapa dia perlu menyadari bentuk kesalahpahaman yang menyemat di sana dengan suatu pengakuan nyata. “Dan kau percaya aku akan melakukannya?” tanyanya sarat ekspresi nanar. Ini lebih buruk dari membayangkan Hores telah sadar dari setiap tindakan buruk. Avanthe ingin tahu, adakah cara ampuh untuk menarik Hores ke permukaan, memberi pria itu petunjuk, atau sejenis lainnya, tetapi bagaimana? Dia belum menemukan cara. Dengan desakan putus asa dalam dirinya, reaksi Avanthe yang paling murni adalah menunduk saat Hores seperti tidak memiliki niat menanggapi. Pria itu selalu percaya terhadap apa yang menurutnya benar, tetapi lupa bahwa logika juga h

DMCA.com Protection Status