Share

2. Kencan buta

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2023-09-11 16:09:59

"Selamat malam. Maaf saya terlambat. Apa Anda sudah menunggu lama?”

Dhea hampir saja akan meninggalkan kursi yang dia duduki selama satu jam ini ketika mendengar suara bariton yang terdengar menggelitik telinganya. 

Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat seraut wajah yang tidak pernah dibayangkannya. 

Dia pernah melihat penampilan seperti itu di sebuah film, penampilannya seperti bos mafia, memakai jas hitam, kemeja putih, dan dasi hitam belang putih. Tatapan mata pria itu setajam elang, dengan bola mata berwarna cokelat tua. Hidungnya bangir dan wajahnya ditumbuhi cambang dan kumis tipis–seperti baru tumbuh kembali setelah dicukur. Ada beberapa helai uban di antara rambutnya yang hitam.

Lelaki itu langsung duduk di hadapan Dhea, mengamati penampilan gadis di hadapannya dan sedikit terkejut. Lelaki itu menyeringai tipis, membuat Dhea sedikit jengah. Tatapan lelaki tersebut sungguh mengandung misteri.

"Maaf. Apakah kamu sudah menunggu lama?" ujar lelaki itu lagi dengan suara yang sedikit lembut.

"Lumayan!” jawab Dhea. Ia terdengar cukup kesal. Ia kemudian melanjutkan dengan terus terang, “Saya sudah menunggu Anda satu jam lamanya, bahkan saya sudah berencana untuk pergi dari sini barusan." 

Lelaki itu sedikit terkejut dengan perkataan gadis di depannya. Ia pikir, gadis di depannya ini terlihat kalem dari penampilannya, tetapi kenapa kata-katanya begitu pedas?

"Bukankah perjanjiannya kita bertemu pukul delapan malam? Ini baru pukul delapan lewat lima menit," ucap lelaki itu sambil memperlihatkan jam mewah di lengan kirinya.

"Jam delapan? Tapi kata Intan jam tujuh? Tahu gitu saya tidak akan datang lebih cepat," gerutu Dhea lagi.

Lelaki itu tampak sedikit bingung mendengar perkataan Dhea, tetapi dia hanya bisa memaklumi. Mungkin Intan yang gadis ini maksud adalah orang yang menjadi perantara pertemuan gadis ini.

"Baiklah, maaf. Mungkin ada sedikit miskomunikasi di sini,” kata lelaki itu. Ia kemudian mengulurkan tangannya. “Perkenalkan, saya Satria Bramantyo. Biasa dipanggil Bram."

Dhea tampak ragu-ragu saat menerima jabat tangan dari pria matang di hadapannya.

"Saya Dhea Annisa Putri, biasa dipanggil Dhea." Akhirnya gadis itu pun menyambut uluran tangan Bram.

Sejujurnya, Dhea cukup terpesona dengan sikap tenang lelaki di hadapannya ini. Walaupun Dhea menyambut kedatangan pria ini dengan ketus, tetapi lelaki ini bersikap sabar dan kalem.

Dari mana Afkar mengenal lelaki ini? Lelaki ini jauh lebih tua dan matang dibandingkan suami Intan yang baru berusia dua puluh tujuh tahun itu. Afkar bahkan lebih muda dibandingkan mantan kekasih Dhea. 

"Apakah Dhea sudah memesan makanan?" tanya lelaki itu dengan sopan.

"Belum," jawab Dhea singkat.

Bram segera memanggil pelayan dan memesan makanan.

"Ayo, silakan pesan, apa pun yang Dhea suka," ujar Bram sembari memberi buku menu ke hadapan Dhea.

Dhea menerima buku menu itu, tetapi dia cukup bingung dengan menu yang ada di sana. Dia belum pernah memakan makanan seperti ini, karena memang belum pernah ke kafe mahal seperti ini. Gadis itu bergidik melihat harga makanan di sana, paling murah tiga ratus ribu untuk satu porsi. 

Busyet! Gadis itu menggelengkan kepala, merasa takjub, heran, dan penasaran. Kira-kira seenak apa memangnya makanan semahal ini?

"Hm, saya bingung dengan menu di sini, belum pernah ke sini soalnya.” Akhirnya Dhea berkata jujur. Wajahnya tampak polos. “Silakan Abang saja yang pilih."

Bram menatap Dhea dengan tatapan tak biasa. Bukan karena apa, baru kali ini dia dipanggil “abang” oleh seseorang dan rasanya itu aneh. Namun, lebih aneh lagi, hal tersebut cukup memberi nuansa hangat. 

Biasanya Bram akan dipanggil “pak” jika di kantor atau oleh koleganya. dipanggil “kakak” oleh adik-adik atau sepupunya yang lebih muda. Tapi “abang”? Dia bukan orang Melayu, dia  berdarah campuran Jawa, Aceh, dan Belanda.

Bram hanya berdehem dengan canggung menutupi perasaan aneh tersebut, dia tidak pernah gugup bertemu dengan presiden sekalipun, tetapi gadis kecil ini, kenapa bisa membuatnya   jadi begini? dengan gerakan pelan, tangannya melambai ke arah pelayan demi menutupi perasaan tak nyaman ini.

"Pelayan!" panggil Bram 

"Iya, Pak. Mau pesan apa?"

"Beri kami makanan yang paling direkomendasikan di kafe ini," ujar Bram 

Pelayan itu mengangguk. "Baik, Pak. Minumannya apa?"

"Minumannya juga beri minuman yang kalian unggulkan di sini.”

"Baik, Pak. Sebentar, ya?"

Setelah pelayan itu pergi, perhatian Bram kembali terarah pada gadis di hadapannya.

"Aku juga tidak pernah ke cafe ini, tidak apa-apa kan kalau aku memesan seperti itu?" ujar pria itu kemudian.

"Oh, tidak apa-apa, Bang. Saya juga penasaran sama menu unggulan di Cafe ini," jawab Dhea sambil tersenyum.

Bram mengangguk. "Dhea, berapa usiamu? Sepertinya masih muda, ya?" tanyanya kemudian.

"Oh, saya sudah dua puluh tiga tahun, Bang."

"Dua puluh tiga tahun?" Bram tampak terkejut.

Gila! Apa yang akan dipikirkan ibu tirinya nanti? Gadis muda belia seperti ini bisa apa sih? 

Namun, apa pun yang terjadi nanti, lebih baik begini daripada menerima perempuan yang direkomendasikan oleh wanita ular itu.

"Iya, kalau Abang berapa umurnya?" tanya Dhea balik.

"Ternyata kamu masih sangat muda, ya? Apa kamu masih kuliah?" Bukannya menjawab pertanyaan Dhea, Bram malah bertanya balik.

Dhea menggeleng. "Tidak, saya sudah bekerja, Bang. Kalau Abang berapa usianya?" Ia bertanya lagi.

"Sepertinya saya tidak akan cocok dengan kamu. Usia saya jauh di atas kamu, sangat jomplang,” sahut Bram tanpa menjawab pertanyaan Dhea lagi. “Terus terang saja, saya melakukan kencan buta ini bukan untuk main-main. Saya serius untuk mencari istri, untuk menikah. Kamu tentu belum siap untuk menikah secepatnya, bukan?"

Dhea hanya melongo mendengar perkataan lelaki di hadapannya. 

Apa sih sebenarnya yang dipikirkan lelaki ini? Tentu saja Dhea bersedia melakukan kencan buta ini karena memang dia sudah siap menikah! Lantas apa tujuannya melakukan kencan buta ini, jika bukan untuk itu? Hanya untuk bersenang-senang? Tentu tidak, kan? 

Yah, walaupun Intanlah yang menyarankan semua ini agar Dhea bisa move on dari sang mantan, tetapi Dhea juga sudah kapok berpacaran. 

Sungguh, memang hubungan yang tidak halal itu akan tetap membawa sengsara di dunia maupun di akhirat. Jadi Dhea memang bertekad untuk segera menikah dan mengakhiri masa lajangnya.

"Usia saya memang masih muda, tapi ya kan tidak terlalu muda juga,” ujar Dhea kemudian. “Saya sudah masuk usia legal untuk menikah. Saya juga sudah menyelesaikan pendidikan saya, walaupun hanya diploma, dan sekarang saya juga bekerja. Saya datang kemari karena tahu betul tujuannya, saya sudah siap untuk berumah tangga."

Lelaki di hadapan Dhea itu tersenyum, entah apa makna senyumannya, Dhea sendiri tidak tahu apa yang dipikirkan lelaki itu. Mungkin ada sedikit senyum meremehkan melihat Dhea yang masih begitu muda dan lugu di mata lelaki itu.

"Lagi pula, bersikap dewasa itu tidak mengenal usia, Bang,” tambah Dhea. “Banyak orang yang umurnya sudah tua, tapi masih bersikap seperti anak-anak, banyak juga anak muda yang sikapnya malah lebih dewasa dari orang yang umurnya lebih tua."

"Yah, berarti kamu sudah siap menikah, ya?” Bram menegakkan punggungnya. “Kalau begitu, siap-siaplah. Dalam waktu satu minggu ini kita akan menikah.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
suatu kejutan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   3. Salah Pasangan?

    “Dalam waktu satu minggu, kita akan menikah.”Dhea terkejut. Ia bingung mendengar ucapan lelaki ini. "Apa? Maksudnya apa?" tanyanya."Kita akan menikah seminggu lagi. Besok aku akan mengadakan lamaran pada orang tuamu,” ucap Bram lagi. "Bersiaplah, oke?”"Hei, Bang. Aku memang siap untuk menikah, tapi gak secepat itu juga, Bang.” Dhea sekarang jadi panik. Satu minggu adalah waktu yang teramat singkat untuk menyiapkan sebuah pernikahan yang akan ditempuh seumur hidup.“Kita harus saling mengenal dulu, kalau cocok baru lanjut. Aku mana bisa menikah tanpa mengetahui latar belakangmu dulu,” lanjut Dhea. “Aku sama sekali tidak tahu bagaimana sifatmu, keluargamu ... banyak yang harus dipertimbangkan, Bang.""Yah, maklum. Kamu masih kecil, belum punya banyak pengalaman.” Bram tersenyum tipis. “Apa kamu pikir orang yang berpacaran itu adalah ajang saling mengenal lebih lanjut dan mengetahui latar belakang dan sifat pasangan dengan jujur dan apa adanya? Semua itu hanya omong kosong.” Dhea men

    Last Updated : 2023-09-12
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   4. Kalau begitu, Minggu depan kita menikah!

    [Dhea! Maaf ya, barusan teman Mas Afkar telepon, katanya mobilnya pecah ban. Dia meminta menunda pertemuan.]Hah? Apa? Jadi temannya Afkar tidak jadi datang? Jadi siapa yang duduk di hadapannya ini? Apakah orang nyasar? Mata Dhea menatap ke arah Bram dengan bingung dan curiga, dia menelisik penampilan Bram sekali lagi, lelaki yang tengah diamatinya tengah asik memotong dan memakan daging. Haruskah dia memberitahu lelaki itu jika dia seharusnya janji ketemu dengan lelaki lain? Bukan dirinya?Sesaat kemudian pandangan Bram mengarah ke depan, di mana posisi Dhea berada, dengan geragapan gadis itu mengalihkan pandangannya agar tidak kepergok tengah mengamati lelaki itu."Bagaimana, Dhea? Apakah kau akan mengenalkan dirimu secara terperinci?" tanya lelaki itu masih dengan suara lembut.Mendengar suara lelaki itu yang cukup menggoda, membuat Dhea bimbang untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Mungkinkah sebenarnya lelaki ini seharusnya juga tengah melakukan temu janji dengan perempuan lain?

    Last Updated : 2023-09-12
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   5. Melihat kondisi calon ibu mertua

    "Dhea! Dhe, ini ibumu pingsan di ruko Tante, Dhe! Sekarang Tante sama Om Ridwan sedang dalam perjalanan membawa ibumu ke rumah sakit." “Apa!?” Mata Dhea membelalak. Yang menghubunginya ternyata adalah rekan bisnis katering ibunya. "Ibu pingsan, Te? Dibawa ke rumah sakit mana, Tante?" tanya Dhea dengan panik. Gadis itu bahkan sampai berdiri saat bicara di teleponnya. Tangannya sudah menggenggam tasnya, seperti siap untuk pergi. “Rumah sakit umum daerah? Aku ke sana ya, Tante!” Bram yang dari tadi memang tengah mengamati gadis muda di hadapannya itu mengernyit melihat kepanikan di wajah gadis itu, spontan saja sikap waspada dan empati di dalam dirinya tersulut, seolah ada yang membangkitkan. Lelaki itu ikut berdiri mengikuti pergerakan Dhea, sikap cemas pada gadis itu juga menular padanya. "Abang, maaf. Pertemuan ini kita sudahi, ya? Ibuku dibawa ke rumah sakit, aku harus langsung ke sana. Maaf ya, Bang!" "Ayo, biar saya antar!" Dhea menghentikan langkahnya menatap Bram seolah ti

    Last Updated : 2023-09-12
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   6. Apakah calon suamimu itu Aryan?

    "Kenapa Abang mengambil keputusan sendiri?" Bram menghentikan langkahnya ketika melihat gadis di sampingnya juga berhenti dengan wajah yang terlihat marah."Maaf, tapi aku melakukan itu demi kebaikan dan kesembuhan ibumu," jawab Bram dengan suara yang tenang dan tatapan mata melembut."Tapi kalau ibu dirawat di Jakarta, siapa yang akan menjaganya? Aku di sini bekerja. Lagipula biaya pengobatannya juga pasti mahal," keluh gadis itu."Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk ibu.""Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus m

    Last Updated : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   7. Kenapa Abang terburu-buru menikah?

    Part 7"Dia .. dia calon suami Dhea, Bu.""Selamat malam, Ibu. Perkenalkan, Saya Bram. Calon suami putri ibu." Bram mengulurkan tangannya.Paramitha menyambut uluran tangan Bram, namun tak ada senyum di wajahnya. Reaksi yang ditunjukkan oleh Paramita membuat Dhea menjadi gugup, dia tahu pasti ibunya terkejut, memang selintas Bram terlihat masih berusia dibawah tiga puluh tahunan, namun jika diamati lebih dalam, mungkin ibunya bisa menebak jika pria itu jauh lebih tua darinya."Maaf, Bang. Ibuku tidak pernah tersenyum lagi sejak delapan tahun ini, maksudku ... Aku sudah cerita sama Abang, kan?" ujar Dhea pelan, mencoba memberi pengertian pada lelaki itu."Ya, aku paham. Kalau begitu aku pulang dulu, besok aku akan kembali lagi untuk menjemput kalian, dokter sudah mengijinkan ibumu pulang besok. Jangan pergi dulu sebelum aku jemput," ujar Bram dengan suara pelan."Iya, baiklah. Terima kasih sebelumnya," ujar Dhea mencoba tersenyum walau masih terasa kaku."Aku pulang dulu," ujar Bram sa

    Last Updated : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   8. Pria berumur

    Dhea masuk ke kamar perawatan ibunya dengan perasaan yang gamang, masih ragu di dalam hatinya kalau dia menerima ajakan nikah pria yang bisa dibilang seusia pamannya, jarak mereka lima belas tahun. Tapi tidak juga, jarak Intan dan kakak pertamanya, Bang Andra juga jauh, malah tujuh belas tahun. Intan anak ke empat, karena memiliki tiga putra maka paman sepupunya, Om Muhtar menginginkan anak perempuan, ketika Andra kelas dua SMA, Intan baru lahir. Dilihat ibunya sudah tertidur dengan nyenyak, mungkin pengaruh obat juga yang membuat wanita paruh baya itu lekas tertidur. Dhea duduk di sofa dengan mrnselonjokan kakinya yang terasa letih. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, dia cukup terkejut ternyata dayanya mati. Dia segera mengecas baterainya agar bisa nyala kembali, untung saja dia selalu membawa charger ke manapun dia pergi. Kemudian dia tinggalkan untuk melakukan salat isya, untung juga dia selalu membawa mukena lipat ke manapun dia pergi. Setelah salat isya, daya ponselnya su

    Last Updated : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   9. Pekerja Magang

    "Eh, Tan. Baju ini pas banget buat aku. Ini baju kapan?" Intan menoleh ke arah pintu kamar mandi yang sudah terbuka, pertanyaannya tadi belum sempat dijawab oleh bibinya, kini di depannya Dhea sudah siap untuk berangkat kerja. "Itu bajuku waktu magang dulu, waktu aku masih kurus. Ambil saja untukmu, dengan aku juga sudah gak muat." "Jangan dong, nanti kalau kamu sudah lahiran siapa tahu kurus lagi," ujar Dhea yang tengah merapikan riasannya. Intan hanya tersenyum sambil mengelus perutnya yang tengah isi tiga bulan. "Aku pergi, ya? Aku minta tolong jagain ibu, ya? Aku akan usahakan pulang cepat." "Kami kayak sama siapa aja, Bi Mitha itu juga Bibiku. Aku sudah ijin sama mas Afkar untuk menjaganya hari ini. Nanti Mama juga akan ke sini." "Oke, kalau gitu terima kasih. Bu ... Dhea berangkat kerja dulu, kalau ada apa-apa cepat kabari, ya?" Dhea mencium punggung tangan ibunya dan mencium pipi wanita tua itu. "Iya, kamu gak usah kuatir, kerja aja yang benar." "Ayo, aku antar samp

    Last Updated : 2023-09-23
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   10. Menghadapi atasan gila

    Menjadi karyawan magang memiliki kesulitan yang tidak sedikit. Karena paling junior sering kali Dhea di suruh-suruh oleh para senior di luar tupoksi kerjanya. Di suruh membelikan sarapan atau makan siang serta membuatkan kopi walaupun di sana ada OB yang bertugas. Di suruh memfoto copy bahkan disuruh mengerjakan laporan yang seharusnya di kerjakan oleh para seniornya.Di bagian keuangan ini ada delapan orang pegawai, yang baik padanya hanya dua orang yang mengajaknya berbincang tadi, Nilam dan Mario. Yang lain, dengan dalih men-training-nya, malah justru sering memanfaatkan tenaga Dhea.Dhea melakukan pekerjaan itu dengan berusaha bersikap ikhlas dan legowo, dia selalu memotivasi dirinya agar bekerja lebih keras, bisa diterima bekerja di perusahaan ini merupakan anugerah yang sangat besar baginya.Namun demikian, ada satu hal yang selalu membuat Dhea takut dan selalu waspada, yaitu ruang kerja atasannya Faisal. Baru beberapa hari Dhea bekerja, Faisal sudah bersikap kurang ajar padanya

    Last Updated : 2023-09-24

Latest chapter

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   363

    "Eits, sebentar! kita harus memikirkan strategi bagaimana sampai ke sana? gak lihat gerombolan itu berkumpul? mereka siap menebas siapa saja yang mencurigakan," peringat Frans mencengkeram lengan Bram yang sudah tidak sabaran akan pergi ke rumah itu. "Jadi kita harus bagaimana? Dhea pasti sudah sangat menderita di sana," ujar Bram dengan nada putus asa. "Jangan gegabah, bukannya kita menolongnya yang ada malah kita yang mati konyol." Frans mengeluarkan tas ransel kecil yang dari tadi tersemat di punggungnya dan mengeluarkan benda dari sana, itu adalah teropong jarak jauh yang sudah dia persiapkan "Aku datang dengan persiapan, punya akal itu dibuat mikir." Bram hanya berdecak sebal Mendengar nada ejekan dari lelaki ini. "Lihat, itu siapa yang berada di balkon. Dia juga tengah mengamati sekitar dengan teleskop." "Mana?!" Bram langsung merampas teleskop yang sedang digunakan oleh Frans. Jarak rumah berpilar kepala naga itu cukup jauh, sekitar empat ratus meter dari tempat

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   362

    Jam sebelas malam, Bram langsung mengajak Frans keluar, lagi pula dia juga tidak bisa tidur pada saat-saat seperti ini. Hari yang ditunggunya akhirnya datang, ketegangan jelas menyelimuti suasana hatinya. "Di mana mereka menyekap Dhea?" tanya Frans "Di daerah tanjung Priok. Kita akan langsung ke sana." "Kita langsung serang aja." "Kau datang ke sini mau mengacau? kita akan mengikuti rencana mereka." "Ngomong-ngomong siapa mereka?" "Orang-orang yang diatur oleh Adi." "Apa kau yakin mereka bisa mengalahkan Antonio? Aku baru saja mendapat kabar dari teman geng mafiaku di sini, mereka sekarang tengah beroperasi disewa oleh seseorang yang cukup berkuasa, kalau tidak aku bisa menyewanya untukmu." "Geng siapa lagi yang kau bicarakan?" "Geng Zeus, dia geng paling berkuasa di jakarta." "Tidak bisakah kau tidak lagi berhubungan dengan para geng seperti itu? ingat, kau bilang akan insyaf." "Ya, aku hanya memanfaatkan jasa mereka. Tapi sayang mereka sudah disewa." "Kau bi

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   361

    "Jadi memang ada orang yang menargetkan Dhea?" tanya Frans dengan kuatir. "Tepatnya perusahaan Aditama yang menjadi target. Dhea hanya dijadikan sandera." "Itu sama saja! yang jelas mereka akan mencekai Dhea. Aku harus menolongnya!" "Bagaimana kau akan menolongnya? sudahlah. aku akan pulang ke jakarta." "Aku ikut! Dengar? aku ikut!" Lingga hanya pasrah menatap orang di depannya. Tentu saja tiket yang dipesan mendadak akan sulit di dapatkan. Sekarang bahkan sudah jam delapan malam. "Kamu bisa menyusul besok pagi, sekarang adalah penerbangan terakhir hari ini. Aku pulang duluan," ujar Lingga yang tidak sabaran. "Kalau begitu kau pulang besok juga," ujar Frans dengan keras kepala. "Hei, Sania tengah menungguku di bandara. Ngapain juga aku menunggumu? kau bisa pergi sendiri ke jakarta. Lagian kamu juga sudah sembuh tidak ada yang perlu dikuatirkan." Malam itu Lingga lngsung pergi ke jakarta, keesokan harinya Frans juga tidak bisa mendapatkan tiket pada penerbangan awal k

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   360

    "Apa Abimanyu juga menyuruhmu melayaniku di atas ranjang?" tanya Antonio dengan tatapan kelam. "Benar, Tuan." Antonio tersenyum senang, setiap kali ke Indonesia Abimanyu selalu menghadiahkan dirinya seorang gadis muda. Tetapi kali ini dia memberikan sekretarisnya yang cantik ini, Antonio sudah tertarik dengan Inggit saat pertama kali bertemu, Abimanyu berjanji memberikan gadis itu jika Antonio benar-benar sudah membantunya merebut perusahaan milik Bram. "Tapi, pak Abimanyu belum resmi dilantik jadi CEO Aditama grup. Jadi saya belum bisa melayani anda," jawab Inggit. "Ah, sial! besok semua akan terwujud, apa bedanya besok atau sekarang?" "Masalahnya saya masih perawan, Tuan. Saya akan memberikan malam pertama saya pada momen yang tepat." Mata Antonio berbinar mendengar kata perawan. seumur hidupnya dia baru dua kali berhubungan dengan gadis perawan dan sensasinya sulit untuk dilupakan. Apalagi gadis asia yang memiliki tubuh mungil tentu akan tambah menggairahkan. Jadi dia d

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   359

    "Pak, Yudith melapor, katanya kita harus waspada, anak buah Antonio sudah menyebar untuk melindungi Abimanyu. Mereka besok akan mengadakan rapat internasional dengan mitra mereka dari Vietnam, Kamboja dan Myanmar," lapor Regan pada Adi. Adi mendadak menatap Michael yang berada di hadapannya, saat ini mereka tengah berada di ballroom hotel karena mengadakan pesta sekaligus rapat rahasia mereka. "Bagaimana, Coach?" "Rapat internasional apa? rencana mereka tidak akan terwujud! Adi, persiapkan semua penyerangan. Kalian awasi rumah dan juga orang-orang yang berseliweran di sekitar rumah Abimanyu. Lihat perawakan mereka, jika tubuh mereka tampak atletis dan terlatih, kemungkinan itu anak buah Antonio yang melindunginya." Adi dan anak buahnya segera menyebar. Entah kenapa di sekitar rumah Abimanyu yang pertama dikunjungi Bram dan yang keduanya juga waktu itu mendadak banyak pedagang asongan dan pegangan keliling yang berseliweran, padahal dulunya tidak pernah melihat orang tersebut.

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   358

    Kedatangan Antonio sudah diprediksi oleh Michael, lelaki itu hanya tersenyum simpul mendapatkan laporan tersebut. Sudah terlalu lama dendam itu dia simpan dan sekarang waktunya membalas semuanya. Kebetulan sekali rekan lamanya Adyaksa juga meminta bantuannya untuk menghabisi mitra Antonio. Michael teringat kejadian sepuluh tahun lalu di Colombia. Saat itu dia menjadi interpol bidang pemberantasan narkoba, asal Negera Michael sendiri berasal dari inggris. Lawannya adalah memberantas mafia Colombia, siapa sangka kalau para mafia lokal di sana disokong oleh Antonio. Beberapa bisnis Antonio di sana dihancurkan oleh Michael dan anak buahnya, maka Antonia begitu dendam, sehingga Antonio membalas Michael dengan menghabisi anak dan istrinya yang berdomisili di kota London. Dendam itu akhirnya berlanjut, Michael sendiri keluar dari instansinya dan bergabung dengan GIR, di sana Michael sendiri ingin membalaskan dendam pribadinya pada Antonio. "Dia menginap di Swiss-Belhotel. Apa anda ak

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   357

    "Kamu saja yang menghubungi mereka, terutama peretas nomor baru itu, aku banyak kerjaan," ujar Bram dengan malas dan meletakkan lagi map di atas meja "Apa? hei, Pak. aku bukan pelayanmu, tidak usah menyuruh-nyuruh. sudah untung Pak Abi membantu anda untuk mencari sumber masalah yang menimpa perusahaan, daripada mengandalkan anda yang tidak punya kemampuan sama sekali sudah hampir dua Minggu," gerutu Anggit. "Aku tidak kenal dunia peretas. Kamu hanya memberikan datanya saja tanpa kontak yang bisa dihubungi, bagaimana aku bisa melakukan itu?" Bram tak kalah nyokot dengan wanita ini. "Lah itu tugas anda mencari tahu. Anda kan bos besar, tentu anda bisa mencari tahu hal sepele seperti itu." "Bagaimana aku mencari tahu? sedangkan aku tidak diberi akses untuk menghubungi orang-orang yang bisa membantuku? sebaiknya kamu cari tahu sendiri. Apalagi itu si peretasan nomor satu, Agen 47. Dia bukan orang sembarangan yang bisa ditemui siapa saja kalau gak punya koneksi untuk akses kepadany

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   356

    "Menghubungi siapa Bram?" tanya Abimanyu setelah memonitor cctv sekarang Bram tengah mengotak-atik ponselnya. "Dia tidak senang chating dengan siapapun, Pak," ujar anak buahnya yang bertugas menyadap ponsel Bram. "Terus sedang apa dia sibuk mengetik di ponsel?" Abimanyu tidak percaya setelah melihat rekaman itu, seperti seseorang yang tengah berjalan chat. "Dia mungkin sedang memakai aplikasi lain, atau sedang searching di laman berita atau sedang menghitung dengan kalkulator." "Kok bisa, ya? coba perhatikan ponselnya! "Ponselnya masih merek dan seri yang sama, Pak." "Coba kau hubungi dia!" Lelaki itu langsung menekan nomor Bram, untung saja Bram sudah meletakkan ponselnya di laci meja, ketika mendengar ponselnya berdering, dia segera mengambil ponsel yang berada di sebelah ponsel barunya, melihat siapa yang menelpon, dia langsung menjawabnya. "Halo? ada apa?" ujar Bram dengan malas. "Bram, kau bekerja yang benar, malah sibuk main ponsel. bagaimna mau menyelesaikan t

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   355

    "Pak Bram, silahkan ...," ujar pengawal yang membukakan pintu untuk Bram. "Mulai saat ini, kami berlima adalah pengawal anda sementara. Sampai misi selesai," ujar seseorang yang terlihat seperti pemimpin tadi. "Baiklah, terima kasih. Bagaimana saya akan memanggil kalian?" tanya Bram yang merasa tidak nyaman tidak mengenal mereka sama sekali. "Panggil saya sulung, dia tengah satu, tengah dua, tengah tiga, dan panggil yang ini bungsu." "Ha? apa tidak ada nama dan julukan yang lebih mudah diingat?" ujar Bram merasa tidak nyaman "Kalau begitu terserah pak Bram mau memanggil kami apa." "Bagaimana kalau saya memanggil anda kapten, dia letnan, dia kolonel, dia sersan dan dia kopral?" "Itu terserah anda," ujar mereka dengan senyuman dengan julukan itu. Bukan tanpa sebab, Bram tahu betul kalau mereka sebenarnya adalah mantan tentara yang kini sebagai tentara bayaran yang biasa disewa untuk berbagai keperluan. Tetapi mereka biasanya bekerja karena pihak berwajib tidak mampu men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status