Share

3. Salah Pasangan?

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-12 20:00:27

“Dalam waktu satu minggu, kita akan menikah.”

Dhea terkejut. Ia bingung mendengar ucapan lelaki ini. "Apa? Maksudnya apa?" tanyanya.

"Kita akan menikah seminggu lagi. Besok aku akan mengadakan lamaran pada orang tuamu,” ucap Bram lagi. "Bersiaplah, oke?”

"Hei, Bang. Aku memang siap untuk menikah, tapi gak secepat itu juga, Bang.” Dhea sekarang jadi panik. Satu minggu adalah waktu yang teramat singkat untuk menyiapkan sebuah pernikahan yang akan ditempuh seumur hidup.

“Kita harus saling mengenal dulu, kalau cocok baru lanjut. Aku mana bisa menikah tanpa mengetahui latar belakangmu dulu,” lanjut Dhea. “Aku sama sekali tidak tahu bagaimana sifatmu, keluargamu ... banyak yang harus dipertimbangkan, Bang."

"Yah, maklum. Kamu masih kecil, belum punya banyak pengalaman.” Bram tersenyum tipis. “Apa kamu pikir orang yang berpacaran itu adalah ajang saling mengenal lebih lanjut dan mengetahui latar belakang dan sifat pasangan dengan jujur dan apa adanya? Semua itu hanya omong kosong.” 

Dhea mengernyit.

Sementara itu, Bram melanjutkan, “Orang kalau lagi pacaran itu ya pasti yang ditampilkan yang baik-baik dan manis-manis saja, mana mau menunjukan kelemahan dan kekurangannya, bisa ilfeel lah pasangannya. Makanya jangan tertipu, kita bisa mengenal kepribadian kita masing-masing setelah menikah, dalam waktu yang panjang dan tidak terbatas."

"Tapi, kita baru ketemu belum ada satu jam, tetapi sudah membahas pernikahan. Ini bukannya terlalu singkat? Aku juga tidak kenal siapa Abang selain nama Abang saja," keluh Dhea sambil menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan mata tak percaya.

"Oke, kukenalkan lagi secara lengkap. Namaku Satria Bramantyo, biasa dipanggil Bram. Status lajang, Anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahku orang Jawa, ibuku aceh-belanda. Memiliki usaha kecil-kecilan di bidang bangunan, usiaku sekarang tiga puluh delapan tahun."

Bram menatap Dhea dengan serius, sedangkan Dhea malah melongo ketika mendengar usia pria ini, tiga puluh delapan tahun? 

Tua banget! Selisih lima belas tahun dengannya. 

"Bagaimana?" ujar lelaki itu sambil mengangkat satu alisnya.

Sebelum Dhea menjawab, ternyata pelayan sudah datang membawa pesanan mereka. Dhea menatap steak daging, kentang goreng dan minumannya mango Thai. 

"Silakan, Mas, mbak ...," ujar pelayan itu dengan ramah.

Dhea menatap makanan itu dengan nanar. Dia tidak biasa makan makanan western seperti ini, dia menganggap makanan seperti ini hanya cemilan, mungkin pulang dari sini dia akan membeli nasi uduk di pengkolan dekat rumah kontrakannya. 

Bram memotong daging di hadapannya  dengan elegan, bahkan garpu dan pisaunya tidak bersuara sama sekali. Sedang Dhea beberapa kali terpeleset memotong daging dipiringnya. 

Bram memotong daging dengan potongan kecil-kecil, kemudian menyodorkan ke arah Dhea, mengambil daging yanv ada di hadapan Dhea.

"Makanlah ini, sudah aku potong-potong," ujar Bram.

Dhea hanya terpaku menatap potongan daging yang begitu rapi di atas piring, bahkan bentuk awalnya tidak berubah. 

"Kenapa cuma dilihatin saja? Ayo dimakan!" Bram berucap masih dengan suara yang lembut. 

"Terima kasih," cicit Dhea dengan wajah memerah. Dia malah bengong kembali melihat piring di hadapannya.

"Hei. Kenapa? Apa kamu tidak suka?" Kini lelaki itu bertanya.

"Eh, iya ... Tidak! Akan kumakan." Dhea mengambil alat makan pada akhirnya. 

Tentu saja apa yang dilakukan lelaki itu membuat gadis ini sungguh terkesan. Tindakan kecil pria itu meninggalkan penilaian positif.

Dhea bukan pertama kali memakan steak seperti ini, bersama mantannya dulu juga sering ditraktir makanan western ini, tetapi perlakuan mantan Dhea tidak semanis ini. Mantan pacar Dhea bahkan tidak mengetahui kesulitan Dhea dalam memotong daging tersebut. 

Daging ini begitu lembut masuk ke mulutnya, tanpa harus bersusah payah mengunyahnya. Sausnya juga enak dan lezat, perpaduan rasa manis, asam, asin dan pedas.

"Aku sudah memperkenalkan diri, sekarang giliran kamu, Dhea," ujar Bram dengan santainya kemudian.

Tring … Tring ….

Tiba-tiba notifikasi pesan di ponsel Dhea berdering, dari layar terpampang nama Intan, namun Dhea sedikit penasaran dengan pesan dari sepupu tercintanya itu.

"Maaf, Bang. Saya baca pesan ini dulu, ya?" ujar Dhea meminta izin, Bram hanya mengangguk.

Buru-buru gadis itu langsung membuka aplikasi telepon warna hijau, betapa terkejutnya dia membaca pesan sepupunya ini. Matanya bahkan sampai melotot.

[Dhea! Maaf ya, barusan teman Mas Afkar telepon, katanya mobilnya pecah ban. Dia meminta menunda pertemuan. Bagaimana kalau besok di cafe yang sama?]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
yah kalau memang jodoh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   4. Kalau begitu, Minggu depan kita menikah!

    [Dhea! Maaf ya, barusan teman Mas Afkar telepon, katanya mobilnya pecah ban. Dia meminta menunda pertemuan.]Hah? Apa? Jadi temannya Afkar tidak jadi datang? Jadi siapa yang duduk di hadapannya ini? Apakah orang nyasar? Mata Dhea menatap ke arah Bram dengan bingung dan curiga, dia menelisik penampilan Bram sekali lagi, lelaki yang tengah diamatinya tengah asik memotong dan memakan daging. Haruskah dia memberitahu lelaki itu jika dia seharusnya janji ketemu dengan lelaki lain? Bukan dirinya?Sesaat kemudian pandangan Bram mengarah ke depan, di mana posisi Dhea berada, dengan geragapan gadis itu mengalihkan pandangannya agar tidak kepergok tengah mengamati lelaki itu."Bagaimana, Dhea? Apakah kau akan mengenalkan dirimu secara terperinci?" tanya lelaki itu masih dengan suara lembut.Mendengar suara lelaki itu yang cukup menggoda, membuat Dhea bimbang untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Mungkinkah sebenarnya lelaki ini seharusnya juga tengah melakukan temu janji dengan perempuan lain?

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   5. Melihat kondisi calon ibu mertua

    "Dhea! Dhe, ini ibumu pingsan di ruko Tante, Dhe! Sekarang Tante sama Om Ridwan sedang dalam perjalanan membawa ibumu ke rumah sakit." “Apa!?” Mata Dhea membelalak. Yang menghubunginya ternyata adalah rekan bisnis katering ibunya. "Ibu pingsan, Te? Dibawa ke rumah sakit mana, Tante?" tanya Dhea dengan panik. Gadis itu bahkan sampai berdiri saat bicara di teleponnya. Tangannya sudah menggenggam tasnya, seperti siap untuk pergi. “Rumah sakit umum daerah? Aku ke sana ya, Tante!” Bram yang dari tadi memang tengah mengamati gadis muda di hadapannya itu mengernyit melihat kepanikan di wajah gadis itu, spontan saja sikap waspada dan empati di dalam dirinya tersulut, seolah ada yang membangkitkan. Lelaki itu ikut berdiri mengikuti pergerakan Dhea, sikap cemas pada gadis itu juga menular padanya. "Abang, maaf. Pertemuan ini kita sudahi, ya? Ibuku dibawa ke rumah sakit, aku harus langsung ke sana. Maaf ya, Bang!" "Ayo, biar saya antar!" Dhea menghentikan langkahnya menatap Bram seolah ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   6. Apakah calon suamimu itu Aryan?

    "Kenapa Abang mengambil keputusan sendiri?" Bram menghentikan langkahnya ketika melihat gadis di sampingnya juga berhenti dengan wajah yang terlihat marah."Maaf, tapi aku melakukan itu demi kebaikan dan kesembuhan ibumu," jawab Bram dengan suara yang tenang dan tatapan mata melembut."Tapi kalau ibu dirawat di Jakarta, siapa yang akan menjaganya? Aku di sini bekerja. Lagipula biaya pengobatannya juga pasti mahal," keluh gadis itu."Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk ibu.""Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   7. Kenapa Abang terburu-buru menikah?

    Part 7"Dia .. dia calon suami Dhea, Bu.""Selamat malam, Ibu. Perkenalkan, Saya Bram. Calon suami putri ibu." Bram mengulurkan tangannya.Paramitha menyambut uluran tangan Bram, namun tak ada senyum di wajahnya. Reaksi yang ditunjukkan oleh Paramita membuat Dhea menjadi gugup, dia tahu pasti ibunya terkejut, memang selintas Bram terlihat masih berusia dibawah tiga puluh tahunan, namun jika diamati lebih dalam, mungkin ibunya bisa menebak jika pria itu jauh lebih tua darinya."Maaf, Bang. Ibuku tidak pernah tersenyum lagi sejak delapan tahun ini, maksudku ... Aku sudah cerita sama Abang, kan?" ujar Dhea pelan, mencoba memberi pengertian pada lelaki itu."Ya, aku paham. Kalau begitu aku pulang dulu, besok aku akan kembali lagi untuk menjemput kalian, dokter sudah mengijinkan ibumu pulang besok. Jangan pergi dulu sebelum aku jemput," ujar Bram dengan suara pelan."Iya, baiklah. Terima kasih sebelumnya," ujar Dhea mencoba tersenyum walau masih terasa kaku."Aku pulang dulu," ujar Bram sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   8. Pria berumur

    Dhea masuk ke kamar perawatan ibunya dengan perasaan yang gamang, masih ragu di dalam hatinya kalau dia menerima ajakan nikah pria yang bisa dibilang seusia pamannya, jarak mereka lima belas tahun. Tapi tidak juga, jarak Intan dan kakak pertamanya, Bang Andra juga jauh, malah tujuh belas tahun. Intan anak ke empat, karena memiliki tiga putra maka paman sepupunya, Om Muhtar menginginkan anak perempuan, ketika Andra kelas dua SMA, Intan baru lahir. Dilihat ibunya sudah tertidur dengan nyenyak, mungkin pengaruh obat juga yang membuat wanita paruh baya itu lekas tertidur. Dhea duduk di sofa dengan mrnselonjokan kakinya yang terasa letih. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, dia cukup terkejut ternyata dayanya mati. Dia segera mengecas baterainya agar bisa nyala kembali, untung saja dia selalu membawa charger ke manapun dia pergi. Kemudian dia tinggalkan untuk melakukan salat isya, untung juga dia selalu membawa mukena lipat ke manapun dia pergi. Setelah salat isya, daya ponselnya su

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   9. Pekerja Magang

    "Eh, Tan. Baju ini pas banget buat aku. Ini baju kapan?" Intan menoleh ke arah pintu kamar mandi yang sudah terbuka, pertanyaannya tadi belum sempat dijawab oleh bibinya, kini di depannya Dhea sudah siap untuk berangkat kerja. "Itu bajuku waktu magang dulu, waktu aku masih kurus. Ambil saja untukmu, dengan aku juga sudah gak muat." "Jangan dong, nanti kalau kamu sudah lahiran siapa tahu kurus lagi," ujar Dhea yang tengah merapikan riasannya. Intan hanya tersenyum sambil mengelus perutnya yang tengah isi tiga bulan. "Aku pergi, ya? Aku minta tolong jagain ibu, ya? Aku akan usahakan pulang cepat." "Kami kayak sama siapa aja, Bi Mitha itu juga Bibiku. Aku sudah ijin sama mas Afkar untuk menjaganya hari ini. Nanti Mama juga akan ke sini." "Oke, kalau gitu terima kasih. Bu ... Dhea berangkat kerja dulu, kalau ada apa-apa cepat kabari, ya?" Dhea mencium punggung tangan ibunya dan mencium pipi wanita tua itu. "Iya, kamu gak usah kuatir, kerja aja yang benar." "Ayo, aku antar samp

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   10. Menghadapi atasan gila

    Menjadi karyawan magang memiliki kesulitan yang tidak sedikit. Karena paling junior sering kali Dhea di suruh-suruh oleh para senior di luar tupoksi kerjanya. Di suruh membelikan sarapan atau makan siang serta membuatkan kopi walaupun di sana ada OB yang bertugas. Di suruh memfoto copy bahkan disuruh mengerjakan laporan yang seharusnya di kerjakan oleh para seniornya.Di bagian keuangan ini ada delapan orang pegawai, yang baik padanya hanya dua orang yang mengajaknya berbincang tadi, Nilam dan Mario. Yang lain, dengan dalih men-training-nya, malah justru sering memanfaatkan tenaga Dhea.Dhea melakukan pekerjaan itu dengan berusaha bersikap ikhlas dan legowo, dia selalu memotivasi dirinya agar bekerja lebih keras, bisa diterima bekerja di perusahaan ini merupakan anugerah yang sangat besar baginya.Namun demikian, ada satu hal yang selalu membuat Dhea takut dan selalu waspada, yaitu ruang kerja atasannya Faisal. Baru beberapa hari Dhea bekerja, Faisal sudah bersikap kurang ajar padanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   11. Dhea sudah dipinang pria tua?

    Part 11"Hai, Dhe?" Dhea membeku melihat orang yang ada di belakang Afkar. Dhea lupa kalau suami sepupunya itu juga berprofesi sama dengan lelaki di sebelahnya, ternyata mereka juga sekantor? Kebetulan sekali."Hai, Bang? Oh, maaf semua ... Saya buru-buru, saya permisi dulu, ya?" Sungguh Dhea tidak ingin berada di situasi canggung seperti ini. Bertemu dengan mantan? Hal itulah yang selalu Dhea hindari selama ini."Kamu mau ke rumah sakit?" tanya Afkar."Iya, Mas. Saya pergi dulu, ya?" Dhea terburu-buru pergi ke arah lobi kantor, dia segera memutus percakapan yang menurutnya sangat tidak penting ini."Siapa yang sakit?" tanya Aryan setelah mereka masuk ke dalam lift."Ibunya Dhea, sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Oh, ya ... Bang Aryan kenal sama Dhea?" tanya Afkar dengan nada penasaran."Ya," jawab Aryan dengan singkat.Sebenarnya Afkar ingin bertanya banyak, seperti kenal di mana? Seberapa dekat mereka? Namun melihat sikap Aryan yang dingin dan acuh jadi diurungkan.Afkar meman

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24

Bab terbaru

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   336

    Di ruang makan masih terdengar suara riuh saat makan dan beberapa percakapan dan tawa. Dhea menghela napas lega, ternyata begitu ya para pria, mereka nggak mudah baperan. Salah satu sudah minta maaf, ya sudah lah ... gampang banget balik lagi ke masa sebelum konflik. Walaupun ketika melewati masa konflik itu mereka sudah babak belur baik jiwa maupun raganya. Kepribadian Frans dan Bram memang bertolak belakang. Frans sendiri lebih ceria dan lebih ceriwis bahkan sedikit jahil, sementara Bram memang sudah stelan pabriknya bawaannya cool, nggak banyak omong dan cukup menjaga wibawa, tetapi sekali merayu membuat cewek meleleh nggak karuan. Makanya meja makan juga lebih heboh dengan gurauan Frans yang ditanggapi sinis oleh Bram. biar begitu Frans juga nggak peduli dengan tanggapan pria yang sudah membuka diri padanya itu, dia asyik aja membicarakan hal-hal konyol di masa lalu. "Lihat itu suami kamu, kamu jangan ketipu sama tampangnya yang pendiam itu, dia itu kalau ngomong gak kalah sad

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   335

    "Hei?!" Bram menatap Frans dengan memicingkan matanya, alisnya bahkan mengangkat sebelah. Dia baru sadar kalau di rumah ini ada makhluk lain yang tidak diharapkannya. "Kenapa kau masih di sini?" tanyanya dengan nada sinis. "Memangnya kenapa? aku diundang istrimu untuk makan siang bersama," jawab Frans acuh dan langsung berjalan menuju meja makan "Benarkah? Sayang, kamu mengundangnya?" "Abang, sudah. Ayo kita makan! sudah ini, aku ingin Abang mengantarku ke rumah Om Muhtar, oke?" Dhea tidak ingin menggubris perselisihan suaminya dan mantan sahabat suaminya itu, biarlah mereka menyelesaikan sendiri. Lagian kehadiran Frans juga tidak membuat Dhea kesulitan apa-apa, jadi dia merasa hubungannya dengan Frans hanya hubungan seperti hubungan komensalisme, tidak merugikan juga tidak menguntungkan. "Ini, aku tahu kamu suka makan dendeng Padang. aku memesannya untukmu tadi," ujar Frans yang sudah mengambilkan dendeng ke piring Dhea. "Jangan sok tahu apa yang disukai istriku. Istrik

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   334

    "Kau yakin Bram tinggal di sini?" tanya Frans tidak percaya "Kok meragukan? aku istrinya, selama dia sakit aku yang merawatnya. bayangkan, aku harus merawat suamiku dan juga merawat perusahaannya. Aku sendiri tidak bisa membayangkan sebenarnya, apakah aku kuat atau tidak, tetapi setelah dijalani aku sendiri tidak percaya kalau aku bisa bertahan sampai saat ini." "Ayo, ikuti aku!" Dhea mengajak lelaki itu untuk mengikuti jalannya. Frans di belakang mengikuti wanita itu dengan menenteng banyak sekali barang, semua itu Dhea beli buat suaminya. Rata-rata isinya adakah makanan dan minuman. Sampai di lantai tempat apartemen Adi itu, Dhea langsung datang dan memasukkan kode sandi ke pintunya. Kode ini hanya diketahui oleh Adi, Bram dan dirinya saja untuk menjaga kerahasiaan. Krettt Mendengar bunyi pintu yang terbuka, Bram yang tengah membaca beberapa dokumen di tangannya menoleh ke arah pintu. Lelaki itu sedang duduk di sofa ruang tamu, di meja tamu ada setumpuk dokumen yang ki

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   333

    "Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Frans dengan rasa kuatir "Tidak apa-apa apanya? kepalaku sakit!" gerutu Dhea sambil memegang kepalanya. "Maaf, ya ...," ujar Frans dengan penuh penyesalan. "Kamu kenapa sih? bahaya tahu ngerem mendadak begini." "Mendnegar ucapanmu aku jadi kepikiran." "Ucapan yang mana?" mata Dhea mendelik manakala mendengar lelaki itu bicara demikian. "Itu ... kamu tadi mengatakan kalau Bram tidak suka aku masuk ke bisnis ini karena dia peduli padaku." "Lah, logikanya memang begitu kan? kalian dulu berteman, kan?" "Ya, bahkan cukup akrab. kami bertiga, aku, lingga dan Bram." "Nah, kalau teman sejati nggak mungkin mau menjerumuskan temannya ke jalan yang salah. Aku yakin kok, kalau Bang Bram orangnya nggak sejahat itu. Aku ini istrinya, aku tahu betul bagaimna wataknya. Kalau dia jahat juga aku nggak bakalan mau sama dia." "Huffhhh." Frans menghela napas berat, pikirannya kini melayang mengingat kejadian 18 tahun lalu, dia bertemu dengan Bram saat a

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   332

    "Ini Frans, teman saya di Palembang ini. Dia juga teman suami saya. dia bersedia mengantar aku dengan membawa banyak barang ini." "Ha? ini apa?" "Sekedar oleh-oleh untuk kalian." "Wah ...." Beberapa orang antusias mendapatkan oleh-oleh dari Dhea, tetapi Tania dan Arinda justru antusias melihat sosok tampan berwajah dingin yang dibawa oleh Dhea. "Kenalin dong, Dhea. dia sudah menikah belum?" "Belum, kalian kenalan sendiri aja." "Nggak enak, dong. kenalan sendiri aja." Dhea yang tidak enak dengan dia gadis itu langsung membawa keduanya ke hadapan Frans. Sebenarnya Dhea juga tidak rela melihat dua wanita baik-baik ini akan dekat dengan Frans yang memang adalah lelaki brengsek dalam pandangan Dhea. Mungkin kalau Dhea tidak pernah menyelamatkan nyawa lelaki ini, dia juga bisa menjadi korban pelecehan lelaki ini. "Frans, kenalin ini teman-temanku!" Frans memicingkan mata menatap Dhea, bibirnya mengulas senyum licik, tetapi di mata dua gadis itu senyuman itu dianggap sebagai se

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   331

    "Bagaimana perasaan anda, Pak?" tanya dokter lJames dengan bahasa Inggris. "Saya merasa lebih baik. Penglihatan saya juga sudah kembali walau agak sedikit kabur. Anda cukup hebat dokter, dalam waktu tiga hari sudah bisa mengembalikan penglihatan saya." "Anda tidak banyak meminum racun itu, jadi bisa cepat dibersihkan. sayang saja saya hanya bisa mengeluarkan racun dengan cara akupuntur, saya belum bisa menganalisis racun apa itu dan belum bisa membuat penawarnya. mungkin mata anda akan mengalami minus, nanti kita periksa, mulai sekarang harus dibantu pakai kaca mata." "Ah, baiklah." Dokter James yang tinggal di sebelah Bram selama masa pengobatan ini sudah selesai memeriksa mata pasiennya ini dan langsung pamit ke apartemennya, mungkin besok atau lusa dia sudah harus kembali ke Jerman, lagipula Bram juga sudah kembali penglihatannya tinggal dipantau dalam satu dua hari ini, ada gejala lain dari racun itu apa tidak, penglihatannya masih bertahan atau tidak. "Adi, kapan Dhea a

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   330

    "Tidak ada, aku hanya mau mengingatkan jika seberapa kerasnya dirimu memisahkan aku dan Tyo, kalau memang sudah jodoh akhirnya bertemu juga, kan? sudah berapa banyak uang yang kamu tipu sama suamiku itu? bahkan butik ini seluruhnya dimodali suamiku." "Apa kamu ingin mengambil alih butik ini? mana bisa! semua bangunan dan ijin usaha ini atas namaku, sertifikat tanahnya juga atas namaku, bagaimana cara kamu mengambilnya?" "Tentu aja aku tidak akan menyita bangunan ini, silahkan kamu menikmati semua harta suamiku itu. Aku juga tidak kekurangan uang dengan mengambil apa yang kamu miliki sekarang, hanya saja, kamu ingat ... suamiku adalah yang memodali kamu dari awal, uang suamiku adalah uangku juga. Aku juga tidak makan mengambil keuntungan butik ini, hanya saja aku butuh apresiasi, setiap aku datang dan membutuhkan apapun dari butik kamu, maka kamu harus memberikannya padaku. Sekarang aku butuh banyak pakaian dan tas untuk karyawanku." "Ya, silahkan." Adelia juga tidak ingin Dhea

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   329

    Pertanyaan Frans dengan menggebu-gebu itu belum sempat Dhea jawab, ternyata dari tangga sudah terdengar suara sepatu hak tinggi yang berjalan cepat menuju ruang bawah. Kedua orang di bawah mendongak melihat ke atas, Suasana butik memang sedang sepi karena jam istirahat makan siang, jadi suara pelan sekalipun bisa terdengar di sana, apalagi suara ketukan sepatu. Wanita itu berhenti di tengah tangga, napasnya masih memburu melihat siapa yang datang, kemudian dia melangkah perlahan menuju ke arah wanita yang tidak asing lagi itu, tetapi lelaki di sampingnya siapa? "Hallo, Bu Dhea ... lama tidak berjumpa," ujar wanita itu dengan senyuman canggung. "Hei, Del ... Jangan panggil aku Dhea, aku Amel, Kamelia temanmu, kau pasti ingat, kan?" Mata Adelia membelalak mendengar perkataan Dhea, tapi dia menguasai perasaan dengan cepat, seulas senyum dia tampilkan, dia sudah menduga jika Kamelia akan mencari jati dirinya, bukankah dia pernah mendatanginya dulu juga untuk mencari tahu semuanya?

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   328

    "Kata pak Adi tidak apa-apa ibu pergi bersama pak Frans. tapi kami akan tetap membuntuti dan mengawasi dalam jarak aman," ujar Rio. "Pak Frans, mohon untuk menjaga Bu Dhea agar tetap aman," ujar Regan. "Orang yang paling akan saya jaga di dunia ini adalah dia!" tunjuk Frans pada Dhea. "Kalau begitu, saya serahkan keselamatan Bu Dhea kepada anda," ujar Rio dengan sungguh-sungguh. "Ayo, Dhea. ikut mobil saya!" ajak Frans dengan semangat. "Pak Rio, PK Regan. saya ikut Frans, silahkan anda kerjakan tugas anda." "Baik, Bu." Kendaraan Frans meluncur di jalan raya menuju kota Palembang, Dhea melihat ke luar jendela, jalanan ini sangatlah familiar karena dia pernah melalui tempat ini. Sampai dia di depan gerbang masuk kota Palembang. "Antar saya keliling kota Palembang ya, Frans." "Oke, kamu mau ke mana dulu?" "Aku ingin ke tempat-tempat yang pernah aku kunjungi, pertama ke UNSRI. di sana ada tempat makan tekwan yang sangat enak." "Oke." Delapan tahun di kota ini sudah

DMCA.com Protection Status