Share

6. Apakah calon suamimu itu Aryan?

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-22 14:42:37

"Kenapa Abang mengambil keputusan sendiri?" 

Bram menghentikan langkahnya ketika melihat gadis di sampingnya juga berhenti dengan wajah yang terlihat marah.

"Maaf, tapi aku melakukan itu demi kebaikan dan kesembuhan ibumu," jawab Bram dengan suara yang tenang dan tatapan mata melembut.

"Tapi kalau ibu dirawat di Jakarta, siapa yang akan menjaganya? Aku di sini bekerja. Lagipula biaya pengobatannya juga pasti mahal," keluh gadis itu.

"Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk ibu."

"Nanti aku akan menyewa perawat yang menemani dan merawatnya, kita bisa menjenguknya kalau diakhir pekan. Soal biaya Dhea tidak usah memikirkannya, setelah kita menikah, ibumu menjadi tanggung jawabku. Sekarang yang penting ibu sembuh dulu, ya? Kita harus mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk ibu."

Mendengar perkataan lelaki di hadapannya, tak bisa ditahan air mata lolos dari netra almond gadis itu. Ternyata Tuhan maha baik, dia dipertemukan dengan lelaki baik seperti ini, walaupun pertemuan mereka belum ada dua jam, kenapa rasanya sudah tidak asing lagi, bahkan aroma tubuh lelaki itu yang tercium samar seperti sudah begitu akrab di indera penciumannya. 

"Terima kasih, Bang."

"Tidak usah berterima kasih, aku ini calon suamimu, sudah kewajibanmu memikirkan masalahmu juga," ujar Bram sambil mengusap bulir bening di pipi mulus gadis itu.

"Dhea, sudah ketemu dokternya?" tanya Rini yang tengah menunggu di depan kamar bersama suaminya.

"Sudah, Tante."

"Lekas temui ibumu, dia sudah menunggumu. Tante dan Om pulang dulu, ya?"

"Oh iya, Tante. Terima kasih banyak sudah membawa ibu ke rumah sakit."

"Iya, semoga ibu kamu lekas sembuh ya? Oh iya, ini siapa?" Rini yang dari tadi menahan penasaran pada lelaki yang datang bersama Dhea akhirnya menanyakannya juga.

"Ini a__"

"Halo, Tante, Om. Saya Bram, calon suaminya Dhea."

 Bram langsung saja memotong perkataan Dhea, membuat gadis itu melongo hingga matanya melotot ke arah lelaki itu. Bram sudah menduga, Dhea pasti tidak akan mengatakan jika dia adalah calon suaminya.

"Oh ya? Wah, tidak menyangka kalau Dhea sudah punya calon suami, perasaan Tante baru kemarin membantu Dhea mengucir dua rambutnya," ujar Rini dengan tertawa.

****

Setelah Rini pergi, Bram menyuruh Dhea masuk menemui ibunya, sementara dia akan pergi ke bagian administrasi.

"Ibu, kenapa ibu masih bekerja di tempat Tante Rini? Dhea kan sudah bilang agar ibu berhenti bekerja, ibu sedang sakit. Dhea mohon, Bu. Ibu berhenti bekerja, pikirkan kesembuhan ibu, Dhea sangat kuatir ibu jatuh pingsan seperti ini. Dhea hanya punya ibu di dunia ini, Dhea mohon jangan membuat Dhea kuatir."

Dhea menangis melihat kondisi ibunya yang pucat pasi dengan jarum infus dan selang oksigen di hidungnya.

"Dhea, maafkan ibu. Ibu hanya tidak tega melihat Dhea bekerja keras sendirian," ujar Paramitha dengan suara lemah.

"Ibu tidak perlu mengkuatirkan Dhea mulai saat ini. Dhea akan menikah, Bu. Mungkin Minggu depan Dhea akan menikah, ibu harus fokus pada kesembuhan, ya?"

"Kamu akan menikah? Menikah dengan Aryan?"

Dhea terdiam. Paramitha bukanlah orang gila, dia hanya mengalami trauma berat, atau yang biasa disebut PTSD. Jika trauma itu datang, maka tubuh Paramitha akan menggigil ketakutan, berteriak-teriak. Apabila melihat api atau melihat mobil yang berjalan kencang, tubuh Paramitha akan kejang-kejang. 

Jika teringat almarhum suaminya ataupun kedua anaknya Paramitha akan menangis kencang, berteriak dan meratap. Kadang ketika Dhea pulang terlambat, Paramitha akan menelponnya bahkan menerornya agar lekas pulang, dia takut jika Dhea tidak kembali seperti  suami dan kedua anaknya.

"Bukan, Bu. Bukan Aryan."

Paramitha memicingkan matanya, bukankah anaknya ini tengah dekat dengan anak tetangganya yang bernama Aryan? Pemuda baik hati yang selalu menemaninya dan menghiburnya? Bahkan sering membawakannya makanan enak? Paramitha lupa jika selama setahun ini dia tidak pernah lagi melihat Aryan.

"Ibu mau melihatnya? Dhea akan  kenalkan pada calon suami Dhea. Dia ikut ke sini juga, sekarang sedang mengurus administrasi perawatan Ibu."

Dhea meraih tangan Paramitha dan mengelusnya dengan lembut.

"Kenapa bukan Aryan? Aryan kemana?" desis Paramitha.

"Aryan sudah menikah dengan wanita lain, Bu."

"Dhea! Jadi kamu dikhianati? Pemuda sebaik Aryan tidak mungkin mengkhianatimu?" Paramitha cukup histeris mendengar perkataan Dhea. Rasanya tidak mungkin Aryan melalakukan semua itu.

"Tidak ada pengkhianatan, Bu. Kita putus baik-baik. Keluarga Aryan tidak setuju jika Dhea menjadi menantunya. Maka kami putus, Dhea tidak sanggup jika tidak diterima oleh keluarganya," ujar Dhea dengan lemah lembut.

Paramitha menatap Dhea dengan prihatin, dielusnya pipi anak gadisnya itu. 

"Benar, keputusanmu sudah benar, sangat sakit jika kita tidak diterima oleh keluarga pasangan kita."

Paramitha bukan bicara omong kosong, dia sudah merasakan sendiri. Suaminya dulu terpaksa pergi meninggalkan keluarganya yang kaya raya demi menikahi gadis yatim piatu seperti dirinya. Dia juga tidak ingin putrinya mengalami semua itu.

Tok .. tok ...

"Masuk!" perintah Dhea.

Seraut wajah tampan menyembul di balik pintu, tatapan mata elang itu melembut ketika menatap wanita tua yang terbaring di ranjang UGD.

Di belakang lelaki itu menyusul dokter Adrian dan dua orang perawat.

"Selamat malam, Bu. Bagaimana kondisi Ibu?" tanya dokter Adrian dengan ramah.

"Baik, Dok."

"Kita pindah ke ruang perawatan ya, Bu. Setelah kondisi ibu pulih, diperbolehkan pulang. Ibu harus banyak-banyak istirahat untuk berobat ke Jakarta."

"Ha? Berobat ke Jakarta, Dok?" tanya Paramitha dengan heran.

"Iya, Bu. Ayo, Sus. Dibantu ibunya untuk pindah."

Pramita tidak bisa melakukan protes, karena memang tidak diberi kesempatan. Dokter Adrian juga segera pergi setelah memerintah para perawat memindahkannya ke ruang perawatan yang membuat mata tuanya terbelalak. Ruang perawatan kelas VVIP di lantai paling atas rumah sakit ini. Wanita tua itu mengedarkan pandangan untuk melihat dan bertanya pada putrinya, tetapi gadis itu tidak terlihat sampai para perawat selesai merapikan kondisinya dan menyiapkan segala kebutuhannya.

"Kenalkan, ini suster Halimah. Suster ini yang akan merawat Ibu selama berobat ke Jakarta."

Dhea manatap lelaki di hadapannya dengan tidak percaya, secepat ini dia bisa mencari seorang perawat?

"Saya Halimah, Mbak. Mbak tenang saja, saya akan menjaga ibu anda dengan baik di sana."

Pandangan Dhea beralih pada wanita muda yang dari raut wajahnya sepertinya lebih tua darinya. Dia menyunggingkan senyum pada wanita itu.

"Saya Dhea, Sus. Terima kasih kesediaan suster untuk menjaga ibu saya selama berobat ke Jakarta nanti," ujar Dhea sambil mengulurkan tangan.

Dhea harus beramah tamah dan berbaik-baik pada wanita ini, karena nasib ibunya juga akan tergantung pada wanita ini juga nantinya.

"Baik, saya permisi dulu untuk menjalankan tugas," ujar Halimah sambil mengangguk hormat.

"Baiklah, nanti sekiranya akan berangkat, suster akan kami hubungi," kata Bram

"Abang serius mau membawa ibuku ke rumah sakit Dharmais?" tanya Dhea setelah suster Halimah berlalu dari hadapan mereka.

"Apa aku terlihat main-main?" tanya Bram dengan tatapan serius.

Dhea yang mendapat tatapan tajam itu menjadi gugup tidak karuan.

"Eng, ya mak_ maksudku hanya untuk meyakinkan saja."

"Sekarang, Ayo temui ibumu. Aku juga harus meminta izin untuk menikahi putrinya."

Dhea mendadak menjadi bodoh dan linglung, sungguh lelaki di depannya itu bukanlah lawannya. Lelaki itu berjalan dengan santai dan tegap, ketenangannyaseperti tidak terpengaruh apapun, sementara dia yang harus selalu menahan napas dan gugup tidak karuan.

Sampai mereka di kamar perawatan Paramitha, wanita tua itu langsung memanggil Dhea, dia sudah duduk dengan menyandar pada dashboard ranjang.

"Ibu sudah baikan?"

"Sudah. Dhea ... kenapa ibu dirawat di kamar seperti ini? BPJS ibu kan cuma meng-cover kelas tiga?" tanya Paramitha dengan perasaan gelisah.

"Ini ... Yang membiayai pengobatan ibu adalah calon suami Dhea," jawab Dhea sambil menoleh ke belakang.

Di sana Bram berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana, menatap kedua wanita beda generasi itu dengan tatapan serius.

"Dia .. dia calon suami Dhea, Bu."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
cukup baik ceritanya.
goodnovel comment avatar
Khadijah Annisa
mantul ceritanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   7. Kenapa Abang terburu-buru menikah?

    Part 7"Dia .. dia calon suami Dhea, Bu.""Selamat malam, Ibu. Perkenalkan, Saya Bram. Calon suami putri ibu." Bram mengulurkan tangannya.Paramitha menyambut uluran tangan Bram, namun tak ada senyum di wajahnya. Reaksi yang ditunjukkan oleh Paramita membuat Dhea menjadi gugup, dia tahu pasti ibunya terkejut, memang selintas Bram terlihat masih berusia dibawah tiga puluh tahunan, namun jika diamati lebih dalam, mungkin ibunya bisa menebak jika pria itu jauh lebih tua darinya."Maaf, Bang. Ibuku tidak pernah tersenyum lagi sejak delapan tahun ini, maksudku ... Aku sudah cerita sama Abang, kan?" ujar Dhea pelan, mencoba memberi pengertian pada lelaki itu."Ya, aku paham. Kalau begitu aku pulang dulu, besok aku akan kembali lagi untuk menjemput kalian, dokter sudah mengijinkan ibumu pulang besok. Jangan pergi dulu sebelum aku jemput," ujar Bram dengan suara pelan."Iya, baiklah. Terima kasih sebelumnya," ujar Dhea mencoba tersenyum walau masih terasa kaku."Aku pulang dulu," ujar Bram sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   8. Pria berumur

    Dhea masuk ke kamar perawatan ibunya dengan perasaan yang gamang, masih ragu di dalam hatinya kalau dia menerima ajakan nikah pria yang bisa dibilang seusia pamannya, jarak mereka lima belas tahun. Tapi tidak juga, jarak Intan dan kakak pertamanya, Bang Andra juga jauh, malah tujuh belas tahun. Intan anak ke empat, karena memiliki tiga putra maka paman sepupunya, Om Muhtar menginginkan anak perempuan, ketika Andra kelas dua SMA, Intan baru lahir. Dilihat ibunya sudah tertidur dengan nyenyak, mungkin pengaruh obat juga yang membuat wanita paruh baya itu lekas tertidur. Dhea duduk di sofa dengan mrnselonjokan kakinya yang terasa letih. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, dia cukup terkejut ternyata dayanya mati. Dia segera mengecas baterainya agar bisa nyala kembali, untung saja dia selalu membawa charger ke manapun dia pergi. Kemudian dia tinggalkan untuk melakukan salat isya, untung juga dia selalu membawa mukena lipat ke manapun dia pergi. Setelah salat isya, daya ponselnya su

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   9. Pekerja Magang

    "Eh, Tan. Baju ini pas banget buat aku. Ini baju kapan?" Intan menoleh ke arah pintu kamar mandi yang sudah terbuka, pertanyaannya tadi belum sempat dijawab oleh bibinya, kini di depannya Dhea sudah siap untuk berangkat kerja. "Itu bajuku waktu magang dulu, waktu aku masih kurus. Ambil saja untukmu, dengan aku juga sudah gak muat." "Jangan dong, nanti kalau kamu sudah lahiran siapa tahu kurus lagi," ujar Dhea yang tengah merapikan riasannya. Intan hanya tersenyum sambil mengelus perutnya yang tengah isi tiga bulan. "Aku pergi, ya? Aku minta tolong jagain ibu, ya? Aku akan usahakan pulang cepat." "Kami kayak sama siapa aja, Bi Mitha itu juga Bibiku. Aku sudah ijin sama mas Afkar untuk menjaganya hari ini. Nanti Mama juga akan ke sini." "Oke, kalau gitu terima kasih. Bu ... Dhea berangkat kerja dulu, kalau ada apa-apa cepat kabari, ya?" Dhea mencium punggung tangan ibunya dan mencium pipi wanita tua itu. "Iya, kamu gak usah kuatir, kerja aja yang benar." "Ayo, aku antar samp

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   10. Menghadapi atasan gila

    Menjadi karyawan magang memiliki kesulitan yang tidak sedikit. Karena paling junior sering kali Dhea di suruh-suruh oleh para senior di luar tupoksi kerjanya. Di suruh membelikan sarapan atau makan siang serta membuatkan kopi walaupun di sana ada OB yang bertugas. Di suruh memfoto copy bahkan disuruh mengerjakan laporan yang seharusnya di kerjakan oleh para seniornya.Di bagian keuangan ini ada delapan orang pegawai, yang baik padanya hanya dua orang yang mengajaknya berbincang tadi, Nilam dan Mario. Yang lain, dengan dalih men-training-nya, malah justru sering memanfaatkan tenaga Dhea.Dhea melakukan pekerjaan itu dengan berusaha bersikap ikhlas dan legowo, dia selalu memotivasi dirinya agar bekerja lebih keras, bisa diterima bekerja di perusahaan ini merupakan anugerah yang sangat besar baginya.Namun demikian, ada satu hal yang selalu membuat Dhea takut dan selalu waspada, yaitu ruang kerja atasannya Faisal. Baru beberapa hari Dhea bekerja, Faisal sudah bersikap kurang ajar padanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   11. Dhea sudah dipinang pria tua?

    Part 11"Hai, Dhe?" Dhea membeku melihat orang yang ada di belakang Afkar. Dhea lupa kalau suami sepupunya itu juga berprofesi sama dengan lelaki di sebelahnya, ternyata mereka juga sekantor? Kebetulan sekali."Hai, Bang? Oh, maaf semua ... Saya buru-buru, saya permisi dulu, ya?" Sungguh Dhea tidak ingin berada di situasi canggung seperti ini. Bertemu dengan mantan? Hal itulah yang selalu Dhea hindari selama ini."Kamu mau ke rumah sakit?" tanya Afkar."Iya, Mas. Saya pergi dulu, ya?" Dhea terburu-buru pergi ke arah lobi kantor, dia segera memutus percakapan yang menurutnya sangat tidak penting ini."Siapa yang sakit?" tanya Aryan setelah mereka masuk ke dalam lift."Ibunya Dhea, sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Oh, ya ... Bang Aryan kenal sama Dhea?" tanya Afkar dengan nada penasaran."Ya," jawab Aryan dengan singkat.Sebenarnya Afkar ingin bertanya banyak, seperti kenal di mana? Seberapa dekat mereka? Namun melihat sikap Aryan yang dingin dan acuh jadi diurungkan.Afkar meman

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   12. Maaf, gak bisa dibatalin

    Bab 12Sementara itu, di ruang kerja departemen keuangan tampak sibuk, mereka bekerja di kubikel masing-masing dengan serius."Nilam, ke mana anak baru itu? Jam segini kok belum nampak batang hidungnya! Pemalas banget!" tanya seseorang dengan nada ketus."Eh, Bu Gracia? Dhea izin Bu hari ini, ibunya masuk rumah sakit," jawab Nilam dengan kalem."Ijin? Baru sebulan kerja sudah berani ijin. Memangnya kantor ini punya keluarganya? Memangnya siapa yang mengizinkan!?" ujar wanita yang dipanggil Bu Gracia itu berang."Tadi Dhea sempat datang ke kantor, terus dipanggil Pak Faisal, setalah dari ruang Pak Faisal dari langsung pulang, katanya Pak Faisal yang mengijinkannya.""Aduh, jadi bagaimana nasib laporan saya ini? Mana besok harus sudah selesai lagi," keluh Gracia."Nilam, mana Dhea? Saya mau suruh foto copy berkas ini empat rangkap untuk bahan meeting nanti jam sepuluh," ujar seorang lelaki empat puluhan menuju meja kerja Nilam."Dia ijin, Pak. Gak masuk, ibunya sakit." Nilam menjawab de

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   13. Bagaimana kalau dia ternyata suka sesama jenis?

    Bab 13"Iya, Mbak. Assalamu'alaikum?"'Dhea, kamu serius sudah ijin pulang sama Pak Faisal?' ujar Nilam di sebrang telepon."Iya, mbak. Tadi dia sendiri yang bilang.""Loh, dia ke sini, dia bilang kok gak ada ngijinin kamu?""Masak? Dia sendiri yang ngomong. Katanya, kenapa kamu gak bilang kalau ibumu sakit? Sebaiknya kamu gak usah masuk kalau ibumu sakit, gitu katanya."Nilam memandang Faisal yang masih berada di dekatnya, suara telepon tersebut bahkan di loud speaker. 'Dhea! Sekarang ke kantor! Saya butuh laporan anggaran perencanaan yang saya suruh revisi sekarang! Cepat, saya tunggu!' ujar Faisal merebut ponsel yang ada di tangan Nilam."Revisi anggaran perencanaan untuk real estate itu, Pak?" tanya Dhea.'Iya, akan dibawa rapat sebentar lagi!' jawab Faisal ketus."Oh, yang itu ... Baru saja saya selesaikan, Pak. Saya kirim lewat email bapak, silahkan cek Lina menit lagi. Maaf, Pak saya gak bisa datang ke kantor lagi, bapak kan tadi nyuruh saya gak perlu datang ke kantor? Sudah y

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   14. Misteri di balik pertemuan Bram dan Dhea.

    Partisipasi 14Bram baru selesai mengadakan pertemuan di sebuah hotel bintang lima, hotel di mana awal mula jalan bertemu dengan Dhea. Ketika melintasi ballroom hotel tersebut, dia tersenyum mengenang kejadian siang kemarin. Saat itu dia juga selesai mengadakan rapat di ruangan ujung hotel lantai yang sama dengan ballroom, di sana dia melintasi ballroom yang tengah mengadakan acara resepsi pernikahan, tiba-tiba dia mendengar seseorang sedang berbicara di telpon dan menepi ke tempat yang sedikit sepi. "Ya, halo?"".....""Oke, di mana?"".....""Oke, cafe cassanova meja nomor dua empat, ya?""....""Iya, aku pasti datang. Benar, ya? Gadis itu cantik?"".....""Iya, deh ... Aku percaya! Aku pastikan kencan buta kali ini gak akan mengecewakan, kamu tenang saja. Aku serius kok mau mencari calon istri, jam delapan, kan? Aku pasti datang, tenang saja, Af! Cafe Casanova meja nomor dua empat, jam delapan nanti malam." Mendengar percakapan searah lelaki itu Bram begitu tergelitik, pasalnya d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26

Bab terbaru

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   350

    Dhea hanya bisa berbaring di tempat tidur yang cukup besar dan mewah, kasurnya empuk, kamarnya luas dengan kamar mandi yang juga cukup mewah. Tidak kalah dengan kondisi di rumah Bram dulu. Dia hanya bisa berbaring dan tidak banyak melakukan aktifitas sepanjang hari untuk menghemat tenaga. Dua butir telur rebus dan setengah liter air mineral yang dijatah kepadanya sekarang sungguh benar-benar tidak akan cukup untuk melakukan aktivitas yang lebih dari itu. Apalagi awal-awal dia hanya mengkonsumsi tiga butir telur, rasanya hampir tiga malam dia tidak bisa tidur karena kelaparan. Semakin ke sini, tubuhnya sudah terbiasa, tetapi dia juga harus menghemat energi. Sedang hari ini, dia hanya menerima jatah dua butir telur. Ini baru hari ke tujuh, tetapi rasanya sudah sangat menyiksa. Lebih tersiksa dari kondisinya di penjara dulu, padahal dulu dia sama sekali menempati kamar yang tidak layak sama sekali. Dulu dalam satu ruangan hanya ada satu buah kasur singel, yang dihuni oleh enam orang

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   349

    Niko dengan serius memantau dua komputer sekaligus, rute pelacak yang ada pada Bram, serta navigasi robot kecilnya yang terus terbang di udara. Dalam dua puluh menit, robot itu sudah menyusul mobil yang membawa Bram ke arah barat daerah Banten."Cepat sekali dia menyusul," ujar Fikri i yang juga ikut memantau gerakan robot itu."Dia terbang, bukan jalan. dalam waktu satu menit sudah mencapai belasan kilometer," ujar Adi mengkomentari omongan Fikri, sementara Niko tetap serius menggerakkan kursor mouse untuk mengendalikan robot kecilnya."Kita keluarkan cengkeraman pada robot itu agar menempel di mobil itu, untuk menghemat baterai," ujar Niko."Emang cengkeramannya sekuat apa? tidak takut diterbangkan angin?" tanya Fikri yang antusias seperti mendapat mainan baru "Dia ditempatkan di belakang mobil agar bisa terlindungi angin. Cengkeramannya tidak kuat, hanya dilapisi lem seperti lem alteco.""Loh, kalau tidak bisa lepas bagaimana?" tanya Adi yang mengernyit heran, pasalnya lem itu ter

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   348

    "Kau terlalu banyak mengeluh, harusnya kondisi istrimu bisa menjadi motivasi untukmu. Atau kuhadirkan juga anakmu yang masih bayi?" ancam Abimanyu. "Aku tidak akan tergerak kalau belum melihat secara langsung bagaimana kondisi istriku, juga tidak akan termotivasi kalau belum berbincang dengannya," ujar Bram dengan keras kepala. "aish! baiklah!" dengus Abimanyu akhirnya mengalah. "Sakti, Ijal ... Bawa dia bertemu istrinya, biar dia puas melihat keadaan istrinya. Ketika pergi ke sana pastikan tangan dan kakinya terikat biar tidak kabur, matanya juga ditutup biar tidak tahu kondisi jalan!" perintah Abimanyu yang tidak sabar mendengar rengekan Bram. Setelah mengatakan itu, Abimanyu kembali lagi ke ruang pribadinya, sementara Bram tersenyum. Ternyata hanya sebatas ini kemampuan Abimanyu dalam mendengarkan keluhannya, dia hanya mengikuti saja pengaturan lelaki itu ketika para pengawal itu langsung meraih tangannya untuk memasang borgol dan menutup matanya dengan kain hitam. Para pengawa

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   347

    "Sakti?!" ujar Abimanyu yang melihat siapa yang mengetuk ruang pribadinya ini. "Selamat sore, Pak?" sapa Sakti yang melihat Abimanyu tengah bersantai duduk di sofa sambil bermain game di ponselnya. "Ada apa?" tanya lelaki itu masih fokus dengan ponselnya. "Pak Bram memaksa untuk bertemu dengan anda, Pak." Mendengar perkataan Sakti, Abimanyu berhenti menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel, spontan lelaki itu menatap Sakti dengan tatapan garang. "Bukankah sudah kukatakan? kalau dia tidak boleh menemui ku kalau tugasnya dalam menstabilkan harga saham sudah berhasil, ini apa? belum ada kemajuan apa-apa," ujar Abimanyu dengan marah. "Justru itu yang akan dikatakan dan didiskusikan oleh pak Bram kepada anda, Pak." "Tidak ada negosiasi apalagi diskusi. Usir dia dari sini. Kenapa kau bawa dia ke sini tanpa bilang padaku dulu, Ha? kamu ini terlalu lancang, Sakti!" Abimanyu bertambah marah mendengarnya. "Situasi di perusahaan terlalu rumit, Pak. Bapak tidak bisa membuat hal

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   346

    Pulang kerja, seperti hari kemarin Bram dikawal oleh beberapa orang dan disupiri oleh supir baru yang juga tidak Bram kenal. Apalagi selama beberapa hari ini mereka juga tidak berinteraksi, Bram juga malas untuk bertegur sapa dengan mereka. "Antarkan saya ke tempat Abimanyu!" perintah Bram. "Bukankah Pak Abimanyu mengatakan dengan jelas, Pak Bram boleh menemuinya jika pekerjaan pak Bram selesai. Ini belum ada apa-apanya jadi pak Bram tidak berhak bertemu pak Abimanyu," ujar supir itu dengan tegas. "Kamu itu hanya sekedar supir, jadi tidak perlu mendikte saya. Saya tidak akan menyelesaikan tugas dari Abimanyu. Terserah dia sekarang, saya juga sudah buntu! saya mana bisa bekerja sendiri, saya akan bilang sama dia untuk memberi saya tim." "Ingat, Pak. Bapak harus keluarkan semua potensi dan usaha. Karena taruhannya nyawa istri dan anak bapak." "Keluarkan potensi dan usaha apa? sementara saya tidak boleh menghubungi siapapun. Memangnya saya bisa menyulap dengan sendiri nilai sah

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   345

    Mang Giman selalu membersihkan ruangan Bram pukul tujuh pagi sebelum semua karyawan datang ke kantor. Dia membersihkan ruangan Bram seperti biasa dan tidak mencurigakan, ketika dia sedang mengelap-elap meja dan merapikan dokumen diatas meja, dia segera meletakkan surat ber amplop putih itu di atas meja dekat kotak tissue. Lelaki itu menahan napas ketika melakukan itu semua, segera dia cepat-cepat keluar dan masuk toilet, di sana dia menghela napas sekuat-kuatnya, sangat ketakutan karena dia merasa gerak-geriknya dipantau dari jarak jauh oleh orang yang tidak diketahui siapa. Sungguh misterius dan menakutkan untuk orang awam seperti dia. Jam menunjukan pukul delapan pagi, semua karyawan sudah berdatangan dan sudah masuk ke ruangan kerja masing-masing. Bram sendiri datang sekitar jam setengah sembilan pagi. Ketika masuk ruangan, dia terus berkutat pada dokumen, sungguh tidak ada pegawai atau orang suruhan yang kompeten yang dia percaya sekarang. "Pak Bram, ini sudah seminggu, tetapi

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   344

    Sudah tiga hari Bram bekerja mengurus perusahannya, tetapi tidak ada perubahan sama sekali pada peningkatan nilai saham. Abimanyu sendiri mengatakan jika semua pegawai dan kolega Bram sudah dimutasi bahkan sudah dipecat dari perusahaan. Bram sendiri yang terpaksa menandatangani surat pemecatan mereka, pasalnya Abimanyu mengancam tidak akan memberikan makanan apapun pada Dhea jika dia tidak mengikuti semua perintah lelaki itu. Bram memang masuk ke kantor tetapi tetap saja rasanya seperti dipenjara. Dia tidak bisa mengontak siapapun dan meminta bantuan siapapun. Semua pekerja yang ada di kantor ini diduduki oleh orang-orang baru atau orang lama memang sudah bersekongkol dengan Abimanyu. Bram duduk dengan frustasi dengan semua kondisi ini, bahkan Adi orang kanannya sekarang tidak tahu di mana. Abimanyu memberi batas sampai tiga Minggu untuk menstabilkan nilai saham dan melakukan peralihan pemilik perusahaan dalam waktu tiga bulan. Abimanyu juga tidak bisa terburu-buru agar apa yang t

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   343

    Adi langsung menghubungi Niko, keberadaan Niko selama ini dibelakang Bram hanya sebagai bayangan dan tidak diperlihatkan di mata umum jika Niko adalah kartu truf Bram yang selalu menjadi mesin kontrol perusahaan. Adi juga hanya menjanjikan bisa melakukan pembajakan tetapi tidak memberitahu siapa yang membantunya. Bram sudah berpesan, selain dirinya, Fikri dan Dhea tidak ada yang tahu keberadaan Niko. Tidak butuh waktu lama untuk Niko membuat harga saham Aditama merangkak turun ke level paling bawah. Keahlian lelaki itu semakin meningkat pesat, dia bahkan bisa membobol bursa saham. Dengan meretas akun berita, dia juga melempar penyebab saham Aditama grup turun, yaitu alpanya kepemimpinan perusahaan. Sejak perusahan dipegang oleh sepasang suami istri Bram dan Dhea, mereka jarang berada di perusahaan dan mengurus perusahaan itu. Sehingga kondisi perusahaan mudah diserang oleh pihak lawan dan hilang kepercayaan pemegang saham dan kepercayaan publik. Akhirnya krisis itu memang terjadi

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   342

    "Bagaimana?" "Misi berhasil, dia sudah muncul di publik!" Niko memencet tombol keluar pada tuts keyboard di laptopnya. Lelaki itu menghela napas lega dan menoleh menatap pria yang berdiri di hadapannya. "Sebaiknya pak Adi segera ke perusahaan. Dia datang ke sana," ujar Niko "Aku akan hubungi Fikri dulu, dia masih berada di perusahaan." Adi segera mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Fikri, segera dia sentuh lambang telepon dan menunggu telepon itu berdering. "Halo?!" tak berapa lama terdengar suara di seberangnya. "Fikri, bagaimana situasi di sana? Pak Bram sudah datang, kan?" "Sudah, Pak Adi. beliau langsung masuk ke ruang rapat direksi. Tapi saya tidak bisa mendekatinya." "Kenapa? kamu kan sekretarisnya, kenapa tidak bisa melakukan akses dengannya?" "Pak Bram didampingi oleh dua orang manager, manager umum dan manager keuangan. Dia juga dikawal oleh beberapa orang dengan memakai jas hitam-hitam, mereka ada sekitar lima belas orang dan menjaga agar siapapun tid

DMCA.com Protection Status