Pernahkah kalian berfikir bahwasanya dunia parallel itu benar adanya? Dunia yang sama persis dengan dunia kita.Penduduk yang sama dan cerita kehidupannya sama pula.Aku percaya bahwa bumi bisa berjumlah sebanyak bintang bintang yang terhampar di angkasa raya.Dunia itu benar benar ada dan berinteraksi dengan kita.
Tertawalah jika kalian menganggap ini lelucon dan simaklah, bacalah sampai akhir jika kalian percaya dengan omong kosong ini.Apakah kalian pernah membayangkan seperti apa diri kalian di masa sebelumnya? Atau mungkin masa yang akan datang?
Seperti misalnya, kebanyakan dari kita melihat wujud dinosaurus melalui tulang belulang yang ditemukan dan disatukan kembali menjadi sebuah kerangka makhluk zaman purba.Atau kita biasa melihatnya melalui sebuah proyeksi, gambar di atas kertas dan visual di layar gadget.Kita tidak pernah tau seperti apa wujud aslinya.Apakah benar benar seperti yang kita lihat selama ini atau tidak.
Aku mulai menemukan gagasan seperti ini ketika umurku mencapai 5 tahun dimana hari hariku ditemani oleh dinosaurus warna warni yang bernyanyi di televisi.Saat itu aku menganggap bahwa dinosaurus adalah makhluk paling menyenangkan di dunia.Hingga tiba ketika aku berusia 12 tahun dimana aku mengenal film berjudul Jurassic Park.Semua gambaran tentang dinosaurus gemuk dan ramah runtuh ketika tyrex menunjukkan selusin taringnya.
Inilah yang ku maksud dengan dunia lain.Jika di dunia ini aku hidup berkecukupan, kemungkinan di dunia lain aku adalah seorang gelandangan.Jika di dunia ini aku adalah manusia, bisa saja di dunia lainnya aku adalah flora atau fauna.
Semua terlalu memusingkan untuk dimuat di dalam otak remaja 17 tahun.
Pertama tama perkenalkanlah diriku,Demitria Scarletta.Orang orang memanggilku Demitria atau Detra atau Demitri (seperti nama laki laki).Yang lebih kurang ajar lagi anak anak yang tidak menyukaiku memanggilku Demit.Aku memiliki Kakak super jahil bernama Laurent.Aku dan Laurent tidak pernah bisa disebut saudara.Laurent kerap sekali membuatku menangis di masa kecil.Aku ingat betul dia menukar permen kapas milikku dengan kapuk dari pohon randu yang ada di belakang rumah Nenek.
Di saat kami sudah remaja,kenakalannya bertambah berkali kali lipat.Apalagi saat Laurent mendengar kabar bahwa aku punya pacar.Cinta pertamaku jatuh kepada laki laki berambut hitam legam,berparas manis dan merupakan kapten basket sekolah kami.Orang orang biasanya memanggilnya Ken padahal namanya Christopher Arnold.Setidaknya mereka bisa memanggilnya Kris lebih masuk akal.Ken bertahan denganku hanya 5 hari.Dia memutuskan pergi karena Laurent terus menerornya dan mengancam akan menghajar laki laki itu jika tidak segera meninggalkanku.Sejak saat itu banyak anak laki laki yang menaruh hati kepadaku keder duluan mendengar nama Laurent.Dari peristiwa itu aku sempat tidak bertegur sapa dengan Laurent hampir sebulan lamanya.
Setelah itu aku bertemu laki laki baru.Dia Ansel, masih berpacaran denganku hingga saat ini.Laurent tidak pernah mau macam macam dengan Ansel karena Ansel adalah sahabatnya.Tapi tak jarang Laurent menanyakan kapan rencana kami putus.Intinya Laurent tidak pernah membiarkanku bahagia.
***
Kisah ini berawal dari 1 Desember.Siang itu sedang deras derasnya badai menghantam atap sekolah kami.Aku melipat lipat kakiku menahan hasrat ingin buang air kecil di jam terakhir.Bel berbunyi membuatku bersemangat menyambar tas dan melesat pergi dari kelas yang belum bubar.Koridor mulai ramai membuatku mati matian menahan sambil berdesak desakan.Satu keuntungan menjadi adiknya Lau, mereka langsung menyingkir begitu aku melintas.Sesampainya di kamar mandi, tak cukup baik keadaannya.Semua toilet terpakai.Aku merutuki diri sendiri karena telah berada di kelas yang jaraknya cukup jauh dari toilet.Dan aku masih memiliki cukup akal sehat untuk tidak memaksa masuk ke toilet laki laki yang pasti aku berakhir di hajar oleh Laurent.Aku benar benar panik tidak menemukan satu tempat pun yang bisa ku pinjam toiletnya.Tidak pilihan lain, aku harus menuntaskan rasa yang menyakitkan ini.Aku menendang pintu toilet laki laki yamg waktu itu berisi 3 orang cowok tengah merokok.Mereka langsung menatapku horor.
"Aku adiknya Royce Laurent, keluarlah kalian semua! Aku akan memakai semua toilet disini"
Mendengar nama Laurent disebut, mereka langsung melempar puntung rokok ke dalam toilet dan melenyapkannya.Setelah mereka raib balik pintu, aku segera membuka salah satu bilik terdekat dan segera melaksanakan kewajibanku.Aku keluar dengan perasaan seringan permen kapas.Karena benar benar tak ada orang sama sekali, ku putuskan mendandani diri di depan cermin seukuran figura tempat foto presiden yang biasanya di pajang di depan kelas.Aku tersenyum, mengoleskan lipstik, menyemprotkan parfum dan bersisir.Sempurna.
Aku menatap lekat cermin tersebut.Aku sedang bersisir tapi kenapa tapi kenapa pantulan diriku tetap diam sambil menatapku.Dia tersenyum.Otak lemotku baru bekerja, seharusnya aku lari terbirit birit atau pingsan melihat hal janggal se terang ini.Tapi rasa penasaran sekaligus takjub ku lebih besar.Aku melambaikan tanganku,dia melambaikan tangannya.
"Siapa kau?" Tanyaku.
Diriku yang berada di cermin hanya diam, tersenyum, melambaikan tangannya.Ini keren, ini hebat, ini menakutkan tetapi jauh lebih keren.Katakan aku gila, setelah mengenyahkan segala ketakutan, akhirnya aku memutuskan untuk menyukainya.
Dan aku mencurinya.
~HAPPY READING~
Aku melewatkan makan malam dengan berdiam diri di depan cermin persegi milik toilet sekolahan yang kini beralih ke meja belajarku.Aku masih menatap diriku yang ada di dalam cermin.Aku memutar bola mata dan yang ada di dalam cermin juga begitu.Tidak pernah seumur hidupku memandangi cermin sampai 3 jam begini.Aku menghela nafas, seketika aku jadi merinding sendiri.Menurut cerita yang beredar di kalangan penduduk sekolah, toilet cowok adalah tempat angker nomor 3 setelah laboratorium bahasa dan gudang penyimpanan.Aku sih tidak terlalu mempercayai hal itu.Akan tetapi kejadian siang tadi benar benar membuatku terpana dimana aku melihat pantulanku bertindak seenaknya.Mungkin saja itu adalah tipuan proyeksi karya anak anak genius dan jahil.Atau bisa saja sebenarnya aku memilki lembaran tak kasat mata yang bisa ku lihat hanya melalui cermin.Namun jika benar seperti itu maka seharusnya ini bukan kali pertama mengalami peristiwa macam ini.Kembali ke logika, lebih b
Sesuai janji Laurent, aku menyetir mobilnya ke sekolah.Laurent meneriakiku agar berjalan cepat dan jika aku menambah sedikit kecepatan, maka ia akan mendepak kepalaku agar aku berhati hati.Kami sampai di sekolahan tepat saat bell berbunyi.Laurent menggerutu tentang penyesalannya yang mengizinkan bayi kemarin sore menyetir mobil.Aku langsung melempar kunci mobil itu ke dada pemiliknya dengan sedikit lebih keras.Aku berjalan memasuki kelas dan langsung di sambut oleh berita Demitria memasuki toilet laki laki.Sahabatku Asheelin langsung menerjangku dan mulai menginterogasiku."Jadi apa benar kau masuk ke toilet cowok?" Itu pertanyaannya alih alih menyapaku."Itu benar" jawabku tidak minat sama sekali."KAU GILA! KAU BISA DI HUKUM DETRA!""Lalu bagaimana lagi jika aku sudah kebelet? Apa aku harus buang air kecil di depan pintu kamar mandi? Di bawah pohon? Begitu?" T
Aku menggendong tas ku sambil merapat rapat di tembok.Aku sedang memastikan tidak ada seorang pun yang ada di sekitar ku.Sekiranya aman, aku langsung mengeluarkan benda (cermin) itu.Tidak ada Scarlet.Hanya ada diriku yang sedang melongo.Aku benci jika harus menunggu apalagi yang tidak pasti seperti ini.Scarlet tidak bisa di tebak kapan munculnya.Bisa saja kan sekarang ini dia ada di depanku hanya saja sedang menyamar.Dia hanya pernah muncul 2 kali."Scarlet" bisikku."Scarlet""SCARLET!!!!" Habis sudah kesabaran."Berisik sekali"Jantungku mencelos mendengar suara berat itu.Aku berbalik dan mendapati cowok super ganteng bernama Ethan berdiri di belakangku.Aku langsung menyembunyikan cermin itu ke belakang tubuhku.Raut wajah Ethan terlihat datar dan tidak memiliki minat untuk menghajarku.Biasanya anak ini main pukul kalau melihat ada orang bodoh di daerahnya.Dan aku salah satu orang bodoh it
Tamat? Tentu saja tidak,karena aku membuka mata lagi keesokan harinya.Kepalaku dilanda pusing tapi tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.Aku yakin kemarin kepalaku mengeluarkan se ember darah.Apa yang terjadi sebenarnya?Aku segera bangun dan menuruni tangga.Mama sedang memasak sementara Papa,entah apa yang sedang dilakukannya.Biasanya Papa membaca koran atau berkutik dengan laptop di pagi hari.Tapi untuk hari ini beliau sedang merangkai kotak kotak yang kuyakin itu adalah kotak kue.Apa Mama akan mengadakan arisan? Ada acara keluarga? Lantas untuk apa Mama memasak? Apa dia sudah memecat semua pembantunya?"Pagi Ma,Pa" Tiga kata yang selalu ku ucapkan untuk memulai hari yang membingungkan."Pagi sayang" sapa mereka balik.Aku hampir kehilangan pita suaraku.Jika aku mengucapkan kata itu biasanya Papa hanya menanggapi dengan gumanan atau hanya berupa suara koran yang dibalik.Sementara Mama tidak pernah m
"Sarapan kesukaanmu" ujar Mama.Sepotong sandwich berisi telur goreng dan sayuran berada di depanku. Aku berjengkit, katanya aku dan Scarlet adalah orang yang sama. Bagaimana bisa ia menyukai sesuatu yang paling ku benci didunia. Aku ingin makan pasta!"Ma,aku mau pasta""Kita tidak punya pasta sayang. Biasanya kamu tidak minta pasta. Oh ini milikmu, biskuit kacang" Mama meletakkan sepiring kecil biskuit kacang di depanku.APALAGI INI? Aku membenci kacang! Scarlet serius kau menyukai tanaman itu? Aku akan membunuhmu jika kita bertemu lagi nanti."Aku benci kacang.Mama tidak punya rasa Strawberry? " tanyaku merajuk.Mama, Papa dan laki laki asing itu menatapku dengan kerutan di dahi mereka masing masing. Aku hanya menatap mereka datar. Mama menyipitkan mata ketika mengganti sepiring biskuit kacang dengan biskuit strawberry. Aku hanya mengedikkan bahu sambil mendorong jauh jauh sandwich telur itu. Aku mulai makan dengan tenang."Jadi,ba
“Kau membentakku? Berani sekali kau”Bola air kembali terlempar ke wajahku. Ansel dan teman temannya tertawa. Apakah Scarlet tidak berpacaran dengan Ansel? Tapi bagaimana bisa?"Ansel, aku Demitria, pacarmu"Tawa khas anak laki laki menggelegar. Aku melihat pusaran air di belakang tubuhnya. Bagai kilat yang menyambar, air itu sudah membelit tubuhku dalam satu kedipan mata. Aku berputar di tengah pusarannya membuatku tampak seperti penari amatiran yang kemudian terlempar dalam keadaan berlutut di bawah kaki Ansel. Ini gila! Memalukan!Aku tidak kenal Ansel yang ada di dunia ini. Ini bukan Anselku. Ansel yang ada ku kenal akan selalu memelukku di pagi hari sebagai ucapan selamat paginya. Ansel yang ku kenal tidak akan menggunakan kata-kata kasar sekalipun ke perempuan selain aku. Ansel ku lembut dan tidak pecundang. Aku mengepalkan Tangan di tanah. Ansel yang ini membuatku marah.
Kepalaku nyaris terbelah memikirkan dunia ini. Sebenarnya ini dunia sihir atau dunia dimana spesies sepertiku ditendang jauh jauh. Aku merana di dunia orang. Di saat saat seperti ini aku membutuhkan Grandia.Pertama, aku ingin les kepadanya tentang dunia aneh ini. Kedua, aku mau menuruti kata katanya agar cepat terbebas dari dunia ini. Dan yang terakhir, tentu saja aku mau memanfaatkan wajahnya yang tampan demi kesehatan mataku. Bubur ayam yang sedari tadi hangat ketika ku ajak curhat perlahan ia mulai dingin. Aku menyukai segala hal di dunia Scarlet minus kehidupan sekolahnya dan keadaan ekonominya.Biasanya aku memesan pasta,sapi panggang, kari ayam dan seafood. Tetapi begitu aku merogoh saku ku, ternyata aku seharusnya berdiri di barisan rombong bubur ayam, mie kuah dan sup panas. Aku duduk dengan canggung di pojokkan kantin. Mataku tak pernah putus dari adik Scarlet sejak 10 menit yang lalu. Raven mondar mandir kesana kemari m
"COWOK SETAN"Aku membuat boneka salju di tepi danau yang beku (di duniaku tempat ini berupa minimarket). Ada 4 boneka salju besar tak berbentuk. Masing masing ku beri nama, dari yang paling timur Ethanez, Louis, Clarion, Ferrars. Aku menjerit jerit bak orang kesetanan sambil menendangi mereka satu per satu. Aku benar benar kehilangan akal sampai sampai kucing lewat pun ku hantam bola salju sebesar kepalan tangan. Hewan itu memberenggut kesal lalu menghilang dari balik pohon. Suara helaan nafas terdengar lagi dan lagi. Aku langsung menatap tajam makhluk itu. "Suara nafasmu mengganggu" salakku setengah ingin menelannya. "Kenapa harus berurusan dengan Entitas Mulia sih? " Tanya Grandia jeng