Home / Fantasi / Paralaks Semesta / Dia Demitria 2

Share

Dia Demitria 2

Author: DarkBlue01
last update Last Updated: 2021-05-21 16:25:06

Aku melewatkan makan malam dengan berdiam diri di depan cermin persegi milik toilet sekolahan yang kini beralih ke meja belajarku.Aku masih menatap diriku yang ada di dalam cermin.Aku memutar bola mata dan yang ada di dalam cermin juga begitu.Tidak pernah seumur hidupku memandangi cermin sampai 3 jam begini.Aku menghela nafas, seketika aku jadi merinding sendiri.Menurut cerita yang beredar di kalangan penduduk sekolah, toilet cowok adalah tempat angker nomor 3 setelah laboratorium bahasa dan gudang penyimpanan.Aku sih tidak terlalu mempercayai hal itu.Akan tetapi kejadian siang tadi benar benar membuatku terpana dimana aku melihat pantulanku bertindak seenaknya.Mungkin saja itu adalah tipuan proyeksi karya anak anak genius dan jahil.

Atau bisa saja sebenarnya aku memilki lembaran tak kasat mata yang bisa ku lihat hanya melalui cermin.Namun jika benar seperti itu maka seharusnya ini bukan kali pertama mengalami peristiwa macam ini.Kembali ke logika, lebih baik aku mulai percaya toilet cowok itu benar benar angker yang otomatis yang kulihat tadi hanyalah hantu kesepian yang sedang iseng.Yah setidaknya itu lebih masuk akal sih.Ku pandangi cermin itu untuk terakhir kalinya.Besok aku akan mengembalikan benda ini ke tempat asalnya.

"Demit"

"ASTAGA" Jantungku nyaris copot.

Laurent masuk ke kamarku lalu menutup pintunya kembali.Ia meletakkan nampan berisi sepotong ayam, sepiring nasi, segelas jus dan beberapa potong apel berbentuk kelinci di atas meja.Aku menatapnya dengan tatapan kenapa-kau-tidak-pergi? Dan hanya di tanggapi dengan kedikan baju.Laurent melompat ke ranjangku dan bermain ponsel disana.

"Kak, kembalilah ke kamarmu.Aku sedang tidak ingin berkelahi" kataku putus asa.

"Papa dan Mama bertengkar lagi.Kamarku yang berada di dekat mereka jadi terusik oleh suara suara yang mengganggu itu"

"Mama mencurigai sekertaris baru Papa lagi?" Tanyaku sat beralih duduk di samping Laurent.

"Mungkin.Memang apa lagi yang bisa membuat mereka bertengkar selain wanita wanita cantik di kantor Papa"

"Kasian Papa"

Papaku adalah CEO di Starlight Entertainment.Sebagai industri hiburan yang bergerak di bidang musik dan film membuat kantor Papa dipenuhi wanita wanita cantik dan pria rupawan.Bukan hal yang tabu bukan? MAMA sering---hampir setiap hari mengecek ponsel Papa, memasang spy cam di mobil Papa (Papa tidak tahu) dan setiap jam makan siang Mama datang ke kantor guna mencegah Papa makan siang dengan pegawainya yang lain.Mengenai sekertaris Papa, ini sudah ke 15 kalinya Papa bergonta ganti sekertaris dalam kurun waktu 1 tahun.Rekor tertinggi bukan?

"Aku tidur di sini saja deh" putusan sepihak.

"Tidak bisa, enak saja" gugatku langsung.

"Cuma 1 malam"

"Tidak boleh, pakai ruangan yang lain sana" usirku.

Laurent bergeming di tempat, dia bahkan tidak menggubrisku sama sekali.Oke soal dia menginap disini memang terjadi hampir setiap bulan.Seperti kata Laurent, dia akan menginap jika orang tua kami bertengkar.Aku bisa menoleransi kebiasaan mengigaunya namun aku benar benar tidak bisa berbaik hati ketika ia mengotori telingaku dengan kata kata "selamat tidur sayang" Atau "Aku rindu sekali padamu" Parahnya lagi "see u...muaah".Dia selalu begadang dengan pacar pacarnya lewat video call.Aku tidak mengerti apa bagusnya Laurent sehingga banyak gadis yang hinggap di hatinya.

"Janji deh aku nggak teleponan sama cewek"

Seperti bisa membaca pikiranku dia berujar seperti itu.Aku masih menolaknya, bisa saja dia nanti malah main game dengan Ansel sampai dini hari.Teriak teriak tidak jelas ketika menang dan menyumpah serapahi lawan ketika dirinya kalah.Laurent melancarkan segala cara agar bisa tinggal disini semalaman.Dia menawariku biskuit isi lelehan strawberry,sekaleng penuh permen beruang, jalan jalan ke luar negri, seafood, fastfood, softdrink,buku komik 100 volume, mengizinkanku menyetir selama seminggu.Setelah dia menawarkan berbagai macam tawaran menggiurkan, aku sepakat berbagi ranjang dengannya.Laurent nyicil janjinya, dia memberikanku biskuit strawberry, sekaleng permen beruang dan softdrink yang ia dapat dari kulkas.Ia juga berbaik hati meminjamiku flashdisk kesayangannya yang berisi film layar lebar barat berbagai genre.

"Apa apaan ini?" Tanyaku geli menatap flashdisk berbentuk kucing angkat tangan.

"Kucing cokelat" jawab Laurent lugas.

"Ku kira kau laki laki betulan"

"Aku benar benar laki laki Mit" suaranya meninggi.

"Berhenti memanggilku demit" tukasku sebal.

"Memang namamu Demit-ria Scarletta kan?" Goda Laurent.

"Aku bisa ganti Celine Dion"

"Kau tidak secantik itu"

"Terserah aku, lagipula aku belum punya KTP jadi bebas dong aku mau menyebut diriku sendiri sebagai Celine Dion"

Laurent tidak menanggapiku lagi.Aku juga mulai hanyut dalam film The Chronicles of Narnia sudah tonton lebih dari 8 kali.Saat tiba pada bagian Lucy menemukan dunia dalam lemari, mendadak pikiranku terlempar ke cermin yang ada di meja.

Bisa jadi cermin gerbang menuju lain.

"Emmm...Kak" panggilku yang hanya ditanggapi dengan gumanan oleh Laurent.

"Lucu tidak jika ternyata dunia semacam Narnia itu sebenarnya ada ?"

"Kenapa tiba tiba?" Tanya Laurent yang beralih menghadapku.

"Ya misalnya saja kita itu sebenarnya manusia di alam semesta 1 dan mungkin ada yang namanya alam semesta 2,3 dan seterusnya.Seperti di Narnia,ada dunia nyata dan dunia satunya(negri narnia).Mereka masuk lewat almari.Atau Harry Potter berhasil menemukan peron 9/4 hanya dengan menembus dinding stasiun.Atau..."

"Atau peradaban otakmu sedang runtuh" tukas Laurent datar.

"Tidak ada yang seperti itu di dunia, Demitria, semua itu hanya rekayasa film" lanjutnya.

"Film di ambil dari inspirasi kehidupan nyata" aku bersikeras melawannya.

"Tergantung, jika film yang kau singgung itu pasti berasal dari imajinasi liar seseorang"

"Tapi seseorang itu tidak akan berimajinasi jika tidak terpancing dari kisah kehidupan nyata bukan?"

"Seperti itulah imajinasi.Kau bebas bermain dengan imajinasi.Kau boleh membayangkan dirimu menjadi pilot yang menerbangkan 5 pesawat sekaligus.Kau bisa berimajinasi tentang Ansel yang tiba berubah menjadi kodok.Atau bisa jadi kau benar benar membayangkan seperti apa hidupmu jika kau ganti nama dari Demitria Scarletta menjadi Celine Dion"

Setelah mengatakan hal itu, Laurent mematikan ponselnya dan beranjak tidur.Aku jadi kesal dengan anak ini padahal baru berapa saat yang lalu dia berlaku manis.Berbicara dengan cowok itu tidak mengubah keadaan sama sekali.Jam kamarku menunjukkan pukul 11 malam.Tidak ada yang bisa ku lakukan selain melanjutkan menonton film yang sempat tertunda.Ketika mencapai epilog, ponselku bergetar, Ansel mengirim pesan.

Anseleo : Udah tidur?

Aku tersenyum lalu membalas pesannya.Kekesalanku pada Laurent sedikit mereda.

Demitria : Belum

Terjadilah adegan pacaran diantara kami berdua.Ansel mengeluh hari ini kalah main basket dengan SMA sebelah.Aku sudah mengatakan berulang kali kalau hanya latihan bukan pertandingan dia tidak perlu semarah itu.Tetap saja cowok itu rewel dan tangannya gatal ingin menghajar Oktavianus, kapten basket yang mengalahkannya.

Setelah melewati percakapan yang teramat panjang, akhirnya Ansel menyuruhku tidur.

Anseleo : Tidurlah bee,sudah malam besok sekolah

Demitria : Iya kamu juga, di sebelahku ada Kakak.Aku tidak bisa tidur, dari dia tadi mengigau terus.Berisik

Anseleo : Dia tidur di kamar kamu?

Demitria : Iya nih, udah aku usir tapi gak keluar keluar

Anseleo : Haha, kamu mau melakukan sesuatu tidak?

Demitria : Apa itu?

Anseleo : Tendangkan bokong Laurent untukku baby

Demitria : Dengan senang hati

Aku benar benar menendang bokong Laurent.Cowok itu hanya mengeluh tidak jelas dan sama sekali tidak terjaga.Tidur seperti mati yang ia turun dari Papa benar benar berguna.Apa jadinya dia sampai terbangun, bisa bisa aku di kurung di akuarium.

Mataku menyapu seisi ruangan.Pandanganku berhenti pada benda yang sedang memantulkan cahaya.Rasa kantuk ku menguap begitu saja.Aku berjalan mendekati cermin itu, menatapnya lekat.

1 menit...

2 menit...

5 menit...

60 menit...

Tidak terjadi apa apa.Aku menyerah! Tidur lebih bermanfaat bukan daripada menunggu yang tidak pasti.

"Tunggu"

Tubuhku membeku mendengar suara lain yang bukan berasal dari diriku.Tapi aku yakin 100% itu adalah suaraku.Rasanya aku ingin berbalik meracuninya dengan berbagai macam pertanyaan seperti siapa dirinya, dari dunia mana,umur berapa, kenapa mirip sekali denganku, apakah dia hantu.Dan jika benar dia adalah hantu, aku akan melempar cermin itu dari lantai 3 kemudian melambaikan tangan ketika dia hancur berkeping keping.Tetapi tubuhku berkhianat, ia bertindak seperti pengecut.

"Apa kau bisa mendengarku Scarlet?" Tanyanya.Scarlet? Siapa Scarlet?

Akhirnya aku memberanikan diri memutar tubuh untuk menghadapinya.Aku tidak punya senjata nanti dia merangkak keluar dari cermin.Yang bisa ku lakukan adalah melemparnya dari jendela.Tapi sepertinya aku yang itu tidak bisa keluar dari cermin.Aku duduk menatap pantulan diriku sendiri yang berbeda.Rambutnya cokelat bergelombang seperti milikku hanya saja miliknya sangat berantakan dan tidak berwarna hijau di pucuknya.Wajahnya pucat karena tidak memakai riasan,malah aku tidak yakin dia pernah menyentuh skincare.Piamanya sama persis dengan milikku.Bedanya dia memakai yang warnanya ungu, sementara aku memakai yang warna biru.

"Hai Scarlet 2" sapanya hangat seolah kami adalah tetangga akrab.

"Siapa? Aku?" Tanyaku ketika menemukan jati diriku kembali.

"Tentu saja" jawabnya sambil tersenyum lebar.

"Aku Demitria, bukan Scarlet" ingin rasanya aku bilang kalau dia ternyata salah sasaran atau bertanya kapan dia mau pergi.

"Nama panggilan mu Demitria?" Tanyanya antusias.

Alih alih menjawabnya,aku malah mengajukan pertanyaan lain "Siapa kau?".

"Demitria Scarletta" jawabnya.

"Hei, itu namaku" Tukasku tidak terima.

"Ini cukup membingungkan, tapi aku adalah Demitria Scarletta.Dan kamu adalah diriku yang lain.Kau tau dunia yang lain kan?" Dia sedikit menyipitkan mata.

"Apa maksudmu aku adalah dirimu yang lain? Kau diriku yang lain"

"Terserah tapi aku mau mengajukan pertanyaan.Sebenarnya yang di balik cermin itu apa? Aku tidak pernah melihat pantulan diriku sendiri di cermin yang ku pinjam dari museum kota.Aku biasanya melihat lalu lalang seseorang.Awalnya ku pikir itu adalah semacam jendela teleportasi bagi manusia biasa sepertiku tapi hingga ada masanya aku melihat wajahmu disana, memakai riasan dan tersenyum.Aku saat itu sadar ternyata ini bukanlah jendela teleportasi melainkan jendela penghubung dunia luar" jelasnya yang tiba tiba panjang.

"Maaf jika nanti membuatmu tersinggung, aku sempat berpikir dirimu itu hantu" kataku.

Scarlet mengrenyit sementara itu aku tertawa terbahak bahak.Padahal ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa ria.

"Dimana kau menemukan cermin itu?" Tanyanya.

"Aku menemukannya di toilet cowok"

Scarlet langsung menunjukkan ekspresi tertekan.Antara dia kesal karena aku menyebutnya hantu atau tersinggung saat aku mengatakan bahwa cermin ini kutemukan di sebuah toilet, bukan di tempat yang bagus.Sedetik kemudian dia tersenyum.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanyaku bingung.

"Kapan aku tertawa?" Tanyanya balik.

"Demitria, aku senang bertemu denganmu"

Setelah mengatakan hal itu, dia langsung hilang.Yang tersisa di cermin hanya diriku yang sebenarnya.Aku mencoba memanggilnya lagi.Bahkan yakin teriakanku itu bisa membangunkan seisi rumah, tapi Scarlet tak kunjung datang.

Sebuah bantal melayang mengenai belakang kepalaku.Aku langsung menoleh dan mendapati Laurent mengigau "Diamlah...Diamlah...Diamlah"

~HAPPY READING~

Related chapters

  • Paralaks Semesta   Tragedi 2005

    Sesuai janji Laurent, aku menyetir mobilnya ke sekolah.Laurent meneriakiku agar berjalan cepat dan jika aku menambah sedikit kecepatan, maka ia akan mendepak kepalaku agar aku berhati hati.Kami sampai di sekolahan tepat saat bell berbunyi.Laurent menggerutu tentang penyesalannya yang mengizinkan bayi kemarin sore menyetir mobil.Aku langsung melempar kunci mobil itu ke dada pemiliknya dengan sedikit lebih keras.Aku berjalan memasuki kelas dan langsung di sambut oleh berita Demitria memasuki toilet laki laki.Sahabatku Asheelin langsung menerjangku dan mulai menginterogasiku."Jadi apa benar kau masuk ke toilet cowok?" Itu pertanyaannya alih alih menyapaku."Itu benar" jawabku tidak minat sama sekali."KAU GILA! KAU BISA DI HUKUM DETRA!""Lalu bagaimana lagi jika aku sudah kebelet? Apa aku harus buang air kecil di depan pintu kamar mandi? Di bawah pohon? Begitu?" T

    Last Updated : 2021-05-22
  • Paralaks Semesta   Lintasan Waktu

    Aku menggendong tas ku sambil merapat rapat di tembok.Aku sedang memastikan tidak ada seorang pun yang ada di sekitar ku.Sekiranya aman, aku langsung mengeluarkan benda (cermin) itu.Tidak ada Scarlet.Hanya ada diriku yang sedang melongo.Aku benci jika harus menunggu apalagi yang tidak pasti seperti ini.Scarlet tidak bisa di tebak kapan munculnya.Bisa saja kan sekarang ini dia ada di depanku hanya saja sedang menyamar.Dia hanya pernah muncul 2 kali."Scarlet" bisikku."Scarlet""SCARLET!!!!" Habis sudah kesabaran."Berisik sekali"Jantungku mencelos mendengar suara berat itu.Aku berbalik dan mendapati cowok super ganteng bernama Ethan berdiri di belakangku.Aku langsung menyembunyikan cermin itu ke belakang tubuhku.Raut wajah Ethan terlihat datar dan tidak memiliki minat untuk menghajarku.Biasanya anak ini main pukul kalau melihat ada orang bodoh di daerahnya.Dan aku salah satu orang bodoh it

    Last Updated : 2021-05-22
  • Paralaks Semesta   Permainan Semesta

    Tamat? Tentu saja tidak,karena aku membuka mata lagi keesokan harinya.Kepalaku dilanda pusing tapi tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.Aku yakin kemarin kepalaku mengeluarkan se ember darah.Apa yang terjadi sebenarnya?Aku segera bangun dan menuruni tangga.Mama sedang memasak sementara Papa,entah apa yang sedang dilakukannya.Biasanya Papa membaca koran atau berkutik dengan laptop di pagi hari.Tapi untuk hari ini beliau sedang merangkai kotak kotak yang kuyakin itu adalah kotak kue.Apa Mama akan mengadakan arisan? Ada acara keluarga? Lantas untuk apa Mama memasak? Apa dia sudah memecat semua pembantunya?"Pagi Ma,Pa" Tiga kata yang selalu ku ucapkan untuk memulai hari yang membingungkan."Pagi sayang" sapa mereka balik.Aku hampir kehilangan pita suaraku.Jika aku mengucapkan kata itu biasanya Papa hanya menanggapi dengan gumanan atau hanya berupa suara koran yang dibalik.Sementara Mama tidak pernah m

    Last Updated : 2021-05-22
  • Paralaks Semesta   Titik Balik

    "Sarapan kesukaanmu" ujar Mama.Sepotong sandwich berisi telur goreng dan sayuran berada di depanku. Aku berjengkit, katanya aku dan Scarlet adalah orang yang sama. Bagaimana bisa ia menyukai sesuatu yang paling ku benci didunia. Aku ingin makan pasta!"Ma,aku mau pasta""Kita tidak punya pasta sayang. Biasanya kamu tidak minta pasta. Oh ini milikmu, biskuit kacang" Mama meletakkan sepiring kecil biskuit kacang di depanku.APALAGI INI? Aku membenci kacang! Scarlet serius kau menyukai tanaman itu? Aku akan membunuhmu jika kita bertemu lagi nanti."Aku benci kacang.Mama tidak punya rasa Strawberry? " tanyaku merajuk.Mama, Papa dan laki laki asing itu menatapku dengan kerutan di dahi mereka masing masing. Aku hanya menatap mereka datar. Mama menyipitkan mata ketika mengganti sepiring biskuit kacang dengan biskuit strawberry. Aku hanya mengedikkan bahu sambil mendorong jauh jauh sandwich telur itu. Aku mulai makan dengan tenang."Jadi,ba

    Last Updated : 2021-06-25
  • Paralaks Semesta   Entitas

    “Kau membentakku? Berani sekali kau”Bola air kembali terlempar ke wajahku. Ansel dan teman temannya tertawa. Apakah Scarlet tidak berpacaran dengan Ansel? Tapi bagaimana bisa?"Ansel, aku Demitria, pacarmu"Tawa khas anak laki laki menggelegar. Aku melihat pusaran air di belakang tubuhnya. Bagai kilat yang menyambar, air itu sudah membelit tubuhku dalam satu kedipan mata. Aku berputar di tengah pusarannya membuatku tampak seperti penari amatiran yang kemudian terlempar dalam keadaan berlutut di bawah kaki Ansel. Ini gila! Memalukan!Aku tidak kenal Ansel yang ada di dunia ini. Ini bukan Anselku. Ansel yang ada ku kenal akan selalu memelukku di pagi hari sebagai ucapan selamat paginya. Ansel yang ku kenal tidak akan menggunakan kata-kata kasar sekalipun ke perempuan selain aku. Ansel ku lembut dan tidak pecundang. Aku mengepalkan Tangan di tanah. Ansel yang ini membuatku marah.

    Last Updated : 2021-06-25
  • Paralaks Semesta   Lucifer

    Kepalaku nyaris terbelah memikirkan dunia ini. Sebenarnya ini dunia sihir atau dunia dimana spesies sepertiku ditendang jauh jauh. Aku merana di dunia orang. Di saat saat seperti ini aku membutuhkan Grandia.Pertama, aku ingin les kepadanya tentang dunia aneh ini. Kedua, aku mau menuruti kata katanya agar cepat terbebas dari dunia ini. Dan yang terakhir, tentu saja aku mau memanfaatkan wajahnya yang tampan demi kesehatan mataku. Bubur ayam yang sedari tadi hangat ketika ku ajak curhat perlahan ia mulai dingin. Aku menyukai segala hal di dunia Scarlet minus kehidupan sekolahnya dan keadaan ekonominya.Biasanya aku memesan pasta,sapi panggang, kari ayam dan seafood. Tetapi begitu aku merogoh saku ku, ternyata aku seharusnya berdiri di barisan rombong bubur ayam, mie kuah dan sup panas. Aku duduk dengan canggung di pojokkan kantin. Mataku tak pernah putus dari adik Scarlet sejak 10 menit yang lalu. Raven mondar mandir kesana kemari m

    Last Updated : 2021-06-25
  • Paralaks Semesta   Entitas Mulia

    "COWOK SETAN"Aku membuat boneka salju di tepi danau yang beku (di duniaku tempat ini berupa minimarket). Ada 4 boneka salju besar tak berbentuk. Masing masing ku beri nama, dari yang paling timur Ethanez, Louis, Clarion, Ferrars. Aku menjerit jerit bak orang kesetanan sambil menendangi mereka satu per satu. Aku benar benar kehilangan akal sampai sampai kucing lewat pun ku hantam bola salju sebesar kepalan tangan. Hewan itu memberenggut kesal lalu menghilang dari balik pohon. Suara helaan nafas terdengar lagi dan lagi. Aku langsung menatap tajam makhluk itu. "Suara nafasmu mengganggu" salakku setengah ingin menelannya. "Kenapa harus berurusan dengan Entitas Mulia sih? " Tanya Grandia jeng

    Last Updated : 2021-06-25
  • Paralaks Semesta   PR Entitas Mulia

    Pukul sebelas malam, salju turun dengan indah. Aku masih sadar (belum tidur) dan tengkurap di kasur. Setengah dari kasurky melesak dibebani bobot sebesar remaja laki laki berusia 16 tahun. Meskipun dia ini adik, seharusnya dia sadar diri dong ranjang kecil reyot ini bisa remuk jika ditumpangi dua manusia yang beranjak dewasa. Anak ini tidak mau keluar dari kamarku beberapa malam terakhir. Dia menguping pembicaraanku dan Grandia waktu itu. Namun anehnya Raven tidak mempertanyakan soal Grandia. Dan kata Grandia, tidak ada yang bisa melihat keberadaan Guardian Angel selain orang yang di jaga, sesama Guardian Angel dan Entitas Mulia."Aku sudah merasa sejak awal sebenarnya kau bukan Kakakku"Aku mendengar ini sebanyak 4 kali dalam satu malam. Itu masih belum di jumlahkan dengan malam malam sebelumnya.Aku sedang melakukan gencatan senjata. Raven mendesakku agar aku mengaku bahwa aku bukanlah Scarlet. Aku menanggapinya dengan g

    Last Updated : 2021-06-25

Latest chapter

  • Paralaks Semesta   Tahun Baru

    Dunia tak se naif yang ku kira. Di tengah kenormalan yang menaungi nya, ada beberapa peristiwa yang cukup pantas disebut sebagai keajaiban. Semakin mendekati Januari semakin banyak periatiwa-peristiwa aneh terjadi. Kurasa terlempar nya diriku ke dunia ini bukan tanpa sebab. Pasti ada alasan menarik bahkan klise dibalik keganjalan ini.Tak tak terasa genap satu bulan aku berada di dunia ini. Letusan kembang api terpancar di mana-mana. Langit hitam legam tidak lagi menampakkan kengeriannya. Sekarang ia tampak cantik di 1 januari. Sulit mempercayai kenyataan bahwa aku sekarang aku sedang menyalakan kembang api di atas menara di dekat laut dengan seorang laki-laki yang tidak bisa berhenti membuat kembang api dengan kemampuannya di dunia lain. Rasanya menyenangkan sampai aku lupa fakta bahwa tetanggaku adalah anak yang tersesat sama sepertiku. Sejak kemarin aku menolak bertemu Adam. Lalu Ethan datang ke rumah membawa segerobak bunga yang hidup di dalam pot batu

  • Paralaks Semesta   Tak Terduga

    "Pengantarku?" tanyaku tidak percaya.Aku menatap Adam yang tengah memakan keripik gula di kantin. Kami sengaja memilih tempat duduk yang jauh dari kerumunan. Luar biasa, Entitas Entitas itu tidak menyentuhku sama sekali hari ini."Asal kamu tau, keberadaanmu disini adalah hukuman atas perbuatan burukmu di dunia" ujar Adam saat ia menandaskan sekaleng penuh keripik gula."Aku? Kenapa aku? " tanyaku tidak terima."Ingat ingat apa yang kau lakukan di duniamu. Tuan Grandia sebetulnya tau apa seharusnya kau perbuat disini. Namun sepertinya ia belum mengungkapkannya" jawabnya absurd."Kenapa dia begitu?" tuntutku."Mungkin alasan ia menahanmu disini karena menyenangi penderitaanmu atau mungkin ia membiarkan Scarlet merasakan indahnya duniamu lebih lama""Spekulasi payahmu diterima"Adam tidak lagi bicara. Anak ini memang dasarnya pendiam dan le

  • Paralaks Semesta   Indigo

    ( Sebagian cerita diambil dari berbagai sumber)Ruang dan waktu dalam sejarah juga dikenal sebagai suatu konsep dimensi spasial dan temporal. Dimensi spasial adalah sebutan untuk ruang sedangkan dimensi temporal adalah waktu. Hatiku diam-diam bertanya, ada berapakah ruang dan waktu di alam semesta itu? Sebuah kejutan besar aku mendapati seseorang yang bisa menggunakan matanya untuk menembus ruang dan waktu.Indigo merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang di yakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa dan bahkan supranatural, serta memiliki pemikiran nalar di luar pemikiran anak-anak pada umumnya.Adam Andrew adalah salah satu dari segelintir orang yang memiliki kemampuan khusus. Begitu bertatap muka, ia langsung tahu bahwa aku bukanlah Scarlet dan juga bukan merupakan bagian dari dunia ini."Jadi kamu terlempar ke sini tanpa tahu sebabnya?" tanya Adam saat aku melempar berry terakh

  • Paralaks Semesta   Adam

    Kejadian di kantin membuatku menjadi selebriti yang terkenal akan kelalaiannya. Judul pembicaraan yang selama 7 hari ini masih hangat dibicarakan adalah ada sesuatu diantara Ferrars dan Valerius. Aku ingin memberitahu memang ada apa-apa di antara kami. Sebuah ikatan antara Tuan dan Hamba Sahaya nya. Namun Grandia menyuruhku diam.Selama seminggu itu Ethan sama sekali tidak berbicara denganku. Cowok itu mengeluarkan aura pekat sehingga tak ada yang berani mendekatinya dalam radius 2 meter. Ethan sering mengamuk dan menghajar siapa saja yang menyakiti penglihatannya. Tentu saja warga sekolah menyalahkanku. Bukan hanya Entitas, semua jenis makhluk hidup membullyku. Satu lawan 300 tentu saja aku kalah telak.Aku terpaksa menunda makan siang dengan berdiam diri di toilet. Pada saat pulang sekolah pun aku mengikuti guru sebelum akhirnya lari seperti dikejar setan. Grandia tidak membantu, dia mengoceh melarangku berpacaran dengan Ethan,

  • Paralaks Semesta   Black Hole

    Pertemuanku dengan Scarlet benar-benar membuat ikan-ikan memusingkan berenang di kepala. Mie pedas yang ada di depanku mulai mengembang. Aku masih menatap kosong ke depan. Entahlah mengapa salju berjatuhan lebih asik di daripada makanan. Orang-orang di depanku lalu-lalang dengan tawa yang ringan. Beberapa diantaranya basah selepas bermain perang bola salju.Kata-kata Grandia mendadak sembunyi di suatu tempat di kolong otakku. Asheelin, dan Glassina baru saja duduk di meja sebelah, dekat dengan mejaku. Dua orang datang lagi, mantan pacarku dan orang yang pernah menembak Asheelin sewaktu MOS di duniaku. Mata teduh Ken menatapku sebentar sebelum akhirnya duduk dan menautkan tangannya ke tangan Glassina. Sementara cowok yang memiliki catatan pernah naksir Asheelin itu beralih ke meja lain menemui teman-temannya.Pemandangan langka, mantan pacar beserta pacar bisa duduk di meja yang sama tanpa saling menikam. Semuanya tambah lebih seru ketika s

  • Paralaks Semesta   Gagal

    Aku nyaris melemparkan batu sebesar 3 kepalan tangan ke arah cermin itu kalau saja Grandia tidak menghentikanku. Pantulan ku melindungi wajahnya dengan kedua tangan seolah-olah batu itu bisa tembus ke dunia lain dan menghantam wajah kusut nya. Aku langsung membolos sekolah begitu berani dia memberitahu caraku pulang. Selama disini, ini adalah pertama kalinya aku berinteraksi dengan Scarlet setelah sekian lama. Aku hampir membunuhnya begitu melihat tampilan wajahnya yang menguras emosi."Kenapa Ansel membenciku? " teriakku kesal."Itu yang ingin aku tanyakan. Kenapa Ansel menempel terus kepadaku. Apa kau memiliki krlainan dalam memilih pacar? " protes Scarlet membuatku meradang."Jaga mulutmu bung, Ansel di duniaku beda jauh dengan Ansel di duniamu""Tetap saja kenapa harus cowok jahat itu? ""Bicara apa kau! Kehidupanmu sangat menyedihkan""Ada ribuan pertanyaan yang... "

  • Paralaks Semesta   Pulang?

    Aku benci belajar.Itulah sebab mengapa aku mendadak menjadi artis fenomenal yang membelakangi papan tulis. Pak Luth yang terkenal baik hati itu melempariku dengan kapur tulis warna yang ia gunakan untuk menggambar bunga-bunga di kelas ketika mendapati ku tertidur pulas di kelasnya. Aku sudah menguap hampir belasan kali saat beliau menerangkan tentang bagaimana putik dan serbuk sari bersatu.Aku langsung membuat kesimpulan, hidupku tak lebih rumit dari perkawinan silang tumbuhan. Aku menguap, mengedipkan mata, menguap, mengedipkan mata. Siklus itu berlangsung selama jam pembelajaran.Ku amati pojok kelas, Grandia tengah bersandar di tembok. Tangannya disilangkan di depan dada. Dia menatapku datar saat aku melemparkan tatapan ini-semua-salah kamu-mengajakku-aku-begadang-sampai-malam.Bel istirahat berbunyi tepat di atas kepalaku. Pak Luth berjalan keluar dari kelas tanpa menatapku sama sekali. Semu

  • Paralaks Semesta   Fungsi Entitas

    "Usiaku 220 tahun"Mendadak aku sepucat salju di luar. Otakku yang tumpul mencerna pengakuan itu dengan susah payah. Aku mengamati wajah Grandia yang serba putih itu. Tidak ada kerutan sama sekali. Wajahnya juga tidak terlihat seperti seorang buyut."10 tahun untukku, seratus tahun untukmu" jelas Grandia yang melihat banyak tanda tanya di atas kepalaku. Aku masih tidak mengerti."Jangan nenbicarakan matematika denganku. Otakku tumpul untuh hal itu" ucapku sarkastik. Grandia tersenyum, gerakan yang mampu meruntuhkan tulang kakiku."Usiaku memang 220 tahun. Tapi bagi kalian (manusia) usiaku tercatat 22 tahun"Aku mendesah lega. Yah dia tidak tua tua amat."Jadi kau tadi mau bicara apa? " tanyaku."Ah... Entitas. Karena kau adalah tanggung jawabku, maka dengarkan ini baik baik" jawabnya sok."Entitas adalah sesuatu yang unik dan berbeda dari

  • Paralaks Semesta   220 tahun

    "Kau mau menjadi bintang di hidupku ?” Tanya nya gamblang.Senyum laknat hampir tercetak di wajahku. Siapa yang tidak oleng (goyah) oleh perkataan manis dari lelaki yang berwajah seperti dirinya."Jaga jarak dariku sejauh bintang dan bumi" lanjutnya.Senyum di bibirku luntur. Aku menatapnya dengan tatapan Apa-kau-tertarik-untuk-menjadi-produk-unggulan-di-pasar-perdagangan-manusia?Ethan nyengir lebar. Deretan gigi putihnya menbuatku kehilangan panca indra. Lain kali kalau Ethan mau main ke duniaku, aku akan memberikannya ke Papa dan dijadikan model pasta gigi.Sebuah pertanyaan tanpa dasar melambung tinggi menabrak otakku."Kau yang dekat dekat denganku" tuntutku tidak terima."Kapan aku mendekatimu? " Tanya Ethan datar. Dia sudah kembali ke Ethan yang sejati.Iya, kapan Ethan mendekatiku?"Bu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status