Share

9-kita

Penulis: Asterona
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-21 08:04:11

Kita hanya sebatas rindu yang berujung temu.

—Paracetalove—

•••

"Selamat malam, Om." 

Riko mengernyitkan dahi, mendapati cowok berhoodie putih datang ke rumahnya malam-malam seperti ini. 

"Mau ketemu siapa?" tanya Riko ketus.

Arga meneguk salivanya kasar, ini pertama kali ia berinteraksi dengan Riko. Rasanya gugup, tentu, dalam dua bulan menjalani hubungan dengan Mery. Arga sangat jarang melihat pria itu di rumah. 

"Saya mau ketemu Mery, Om. Boleh?" tanyanya, alis Riko bertaut tanda tidak suka, melihat itu Arga buru-buru berkata, "Cuma sebentar, saya janji nggak akan ganggu Mery belajar."

Riko bersedekap, dalam hati ia tertawa, senang sekali bisa menjahili pacar putrinya. "Ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain kok, Om. Kalo Om keberatan, saya bicaranya di luar, Om bisa mantau dari dalam," kata Arga, takut Riko salah paham.

"Maksud saya, ngapain kamu tunda-tunda? Cepetan masuk!"

Rahang Arga nyaris jatuh ke tanah, ia kira Riko tidak akan mengijinkan, jelas, dari rautnya saja Riko terlihat kurang suka. Membuat nyali Arga kicep seketika, plus mati gaya.

Mendapati keheranan dari wajah Arga, Riko menepuk pelan bahunya, "Apalagi yang ditunggu? Kamu pacarnya yang saya tau. Terima kasih sudah buat dia berubah."

Arga tersenyum hangat, ternyata tidak sia-sia memberi nasihat pada Mery. Buktinya, cewek itu sudah berubah—terutama bagaimana cara bersikap yang benar pada orang tua. 

"Sama-sama, Om."

"Yaudah cepetan masuk, saya panggilkan Merynya."

Arga tersenyum menanggapi, mereka akhirnya masuk dengan Riko yang mendahului. Sampai di dalam, Riko mengajak Arga duduk di ruang tamu, sementara ia memanggil Mery.

"MERYYY! CEPETAN TURUN, ADA YANG MAU KETEMU KAMU."

"SIAPA PA?"

"NGGAK TAU. POKOKNYA KAMU CEPETAN KE BAWAH. KASIHAN ORANGNYA NUNGGU," alibi Riko, dia mengedipkan sebelah mata pada Arga, bercanda.

"MALES AH, PA. PASTI RAYA SAMA TASYA, SURUH AJA KE KAMAR MERY. YA PA." 

Riko mendengus pasrah, daripada membuat Arga menunggu lama, dia biarkan cowok itu menemui Mery di kamarnya saja. Dengan satu syarat, "Pintunya jangan ditutup. Saya percaya sama kamu."

"Siap Om."

Kamar Mery berada di atas, Arga buru-buru menaiki tangga dengan rasa rindu yang membara. Rasanya ingin sekali memeluk Mery berlama-lama.

Bukan hanya itu tujuan Arga, dia juga ingin meminta maaf perihal jemputan sore tadi. Ia akui ia salah membiarkan cewek itu sendiri.

Tiba di kamar Mery sengaja ia membuka pintu perlahan, dan tersenyum ketika melihat Mery asik menikmati alunan lagu lewat headset dengan mata terpejam. 

Dia, terlalu asik mungkin.

Enggan mengganggu, Arga diam-diam masuk lalu duduk di samping Mery tanpa menutup pintu. Diambilnya satu headset Mery kemudian memasangkannya ke telinganya. Terdengar jelas, lagu yang mengalun di sana adalah I Won't Tell A Soul milik Charlie Puth—yang tidak lain adalah lagu kesukaannya juga. 

Merasa janggal ada yang mencabut headsetnya, Mery membuka mata, alhasil, ia terkejut bukan main saat menemukan Arga di sampingnya. Cowok itu—tetap duduk anteng seraya memejamkan mata. Mungkin dia nggak sadar aku udah buka mata kali ya? Batin Mery. 

"Kenapa dilepas?" Arga berkata membuat Mery menatapnya. 

"Enggak papa, kaget aja kamu ternyata yang datang. Tumben."

"Emang nggak boleh jengukin pacar sendiri?" tanya Arga.

Mery terkekeh, "Ish. Bukan gitu, maksud aku tumben kamu jenguknya malam-malam. Mau ngajak jalan?"

"Besok masih sekolah, Ry. Aku ke sini ada yang diomongin, lagian ini malam, nggak baik cewek jalan."

"Yah, yang penting, 'kan sama kamu tau! Nanya aja ketus amat, sih."

"Ketus darimananya? Cara ngomong aku emang gitu."

"Au ah, lupain aja. Bete aku tuh," sebal Mery, bibirnya mengerucut, memalingkan muka dari Arga.

Arga mendengus berat, sifat ini yang kadang ia kurang sukai dari Mery, memang cara bicara seperti itu masih saja tidak tahu.

Menghindari masalah, Arga melepas sepatunya guna menaikkan satu kaki ke kasur, menyamping agar bisa melihat wajah Mery yang sedang sebal itu.

Lucu, menggemaskan, membuat Arga ingin mencubit-cubit pipinya.

"Maaf," Arga berucap, menyampirkan anak rambut Mery ke telinga. "Maaf nggak bisa jadi cowok yang selalu ngerti kamu."

Mery menatap Arga tidak mengerti. "Eh, kamu ngomong apa sih? Aku becanda, Ga."

"Maaf karena lupa jemput kamu sore tadi."

"Ga."

"Maaf karena pernah ngebentak kamu."

"Ga."

"Maaf karena aku nggak bisa seromantis cowok lain di luar sana. Maaf karena selalu ketusin kamu."

"Ih, Gaaa. Minta maaf aja terus sampai aku bosen dengernya."

Sedetik kemudian tawa Arga mengudara, menggoda Mery ternyata asik juga. Tapi jujur, semua perkataannya tadi memang tulus dari dalam hati.

"Seriusan?" Arga menaikkan satu alisnya. "Mau aku ucapin maaf sampai berapa kali? Seratus? Oke aku coba."

Mery mengernyit, ia biarkan Arga melancarkan aksinya.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, ma—" Mery membekap mulut Arga, membuat ucapannya terpotong tiba-tiba.

"Kayaknya minta maaf aja nggak cukup deh," ujar Mery, melepas bekapannya. "Kamu harus kasih aku sesuatu gitu."

"Yaudah minta aja."

"Yakin bisa ngabulin?" Mery menaikan alisnya menggoda.

"Yang penting bukan aneh-aneh," jawab Arga, Mery terkekeh geli, ini waktunya menggoda cowok itu kembali.

"Aku minta ini," Mery menunjuk bibir Arga, si empunya langsung melotot tidak terima.

"Apa? Nggak!" tolak Arga. "Masih remaja, nggak boleh! Minta yang lain aja."

"Ish, katanya bisa ngabulin."

"Ya tapi itu nggak!"

"Umm, boleh ya, boleh dong, ya ya, kemarin pas kita berantem kamu oke-oke aja tuh," rayu Mery, memonyongkan bibir, berharap Arga mengiyakan permintaanya.

"Nggak! Kemarin beda situasi, Ry."

"Yah, kamu mah, siapa suruh punya bibir kissable kayak gitu, menggoda banget tau nggak?"

Arga menggidikan bahunya  "Aku nggak minta kayak gini sama Tuhan, emang udah cetakannya dari lahir."

"Hehe, ternyata Papa kamu hebat bikinnya," cengir Mery, Arga langsung menyentil bibir cewek itu. Dasar Mery, mesumnya masih tingkat tinggi.

"Mulutnya," kekeh Arga. Bukannya marah, Mery justru memajukan wajah dan meraba-raba bibir cowok itu dengan jari.

"Boleh ya, janji abis itu nggak lagi."

Pasrah, Arga mengusap wajahnya frustasi, sementara Mery memasang wajah seimut mungkin, "Ya ya?"

"Oke-oke. Cuma sekilas, kamu tutup mata cepetan," perintah Arga.

Mery mengangguk antusias, dia mulai menutup mata lalu beringsut mendekati Arga.

Arga terkekeh pelan, dia gugup luar biasa, pasalnya baru pertama kali Mery mengajak itu secara terang-terangan. Melirik sekeliling, sangat sepi, namun tetap saja Arga tidak mau ambil resiko.

"Kok lama, Ga?" tanya Mery seraya terpejam. Jantungnya deg-degan. Ada sekitar sepuluh detik ia menunggu. Dan pada akhirnya...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

..

..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pluk.

"Cium tuh guling." Bukan bibir Arga yang menempel di bibirnya, tapi sebuah guling yang sengaja dilempar oleh cowok itu.

"Ish, nyebelin banget sih, Ga. Nyebelin! Nyebelin! Nyebelin! Kamu tuh ya," berenggut Mery, memukul Arga dengan guling berkali-kali. Pukulan yang tidak berarti apa-apa untuk cowok berahang tegas itu.

"Ampun nyonya, ampunn …" cicit Arga, membangun pertahanan dengan kedua tangannya.

Lengah karena puas memukulinya, Arga memanfaatkan kesempatan menggelitik pinggang Mery.

"Ish, haha, geli tau, Ga. Udahan ah."

Diam-diam seseorang memperhatikan mereka dari luar, Riko—menyembulkan kepala di balik tembok pembatas pintu, senyumnya mengembang sempurna.

Dikeluarkannya gawai dari saku lalu mengirim pesan untuk Marina—mantan istrinya.

Marina

Besok kita bisa ketemu

di cafe yang dulu?

Send.

★★★

"Ga, kalo yang ini bagus nggak?" tanya Mery pada Arga. Cowok yang sibuk menghitung sesuatu di kertas coretan itu menggelengkan kepala.

"Nggak! Bagus apanya baju kayak kekurangan bahan gitu? Ganti yang lain."

"Ish, Ga. Ini tuh bukan kekurangan bahan namanya, emang modelnya sampai paha doang. Aku belinya waktu sama Papa di Amrik. Limited Edition!"

"Pantesan limited edition, bahannya kurang."

"Ish," Mery sebal, pengen banget nyakar muka cowok itu tapi sayang, nanti gantengnya hilang, "Terus yang menurut kamu modelan bagus itu gimana?" tanya Mery. Kesal, tiga dress telah ia tunjukkan pada Arga katanya nggak bagus semua.

"Yang panjang nutupin kaki, terus warnanya nggak tembus pandang."

"Oh gituuu, eh kayaknya aku punya deh. Bentaran."

Mery kembali mengacak lemarinya demi mencarikan baju yang sesuai kategori Arga. Menemukan, Mery berbalik dan menunjukkan dress pink panjang.

"Tadaaa. Yang ini, 'kan, panjang nih, coba kamu liat dulu," ujar Mery.

Dari jauh saja Arga tau dress itu sangatlah ketat, meski panjang menutupi lutut, tapi yang salah itu di bagian bahu.

"Apaan tuh bahunya bolong-bolong, jangan bilang kamu belinya di Amrik terus limited Edition lagi. Ganti ah yang lain, nggak suka."

Mery cemberut seketika, ia ingin marah tapi rasanya sia-sia. Memilih diam, Mery akhirnya melempar sembarang dressnya ke lemari lalu duduk di sofa kecil sudut kamar.

"Yaudah aku beli baju dulu, liburannya ditunda aja."

"Yakin?"

"Hm."

Skakmat. Mery terdiam, dia kira Arga akan paham maksudnya. Namun yang terjadi sebaliknya. Dasar nggak peka!

Sebal, Mery menopang dagu sambil cemberut, kapan sih Ga kamu iyain kemauan aku? Batin Mery, miris sekali.

Tiba-tiba Arga mendekat dan duduk di sampingnya. "Punya jeans overall sama kaos?"

"Punya," jawab Mery singkat.

"Pake itu aja."

"Nggak mau. Kayak cupu."

"Belum dicoba udah sok tau. Coba dulu gih, aku yakin cocok banget buat kamu."

"Males, aku nggak terbiasa pakai pakaian kayak gitu."

"Terus kenapa dibeli?"

"Bukan beli, hadiah ultah dari Papa."

Arga tertawa pelan. Menyadarkan Mery memang butuh kesabaran.

"Berarti kamu nggak sayang Papa dong. Kalo sayang pasti dipake," ucap Arga, Mery sempat mengernyit tidak suka. Arga buru-buru berkata sebelum cewek itu menyela. Diusapnya lembut rambut Mery. "Ry, nilai suatu hadiah itu nggak dilihat dari seberapa mahal harganya atau sebagus apa modelnya, tapi dari seberapa tulus niat orang itu memberikannya buat kamu. Papa ngasih itu penuh kasih sayang, masa kamu sia-siain gitu aja? Aku yakin Papa seneng kalo liat kamu pakai hadiah darinya."

Mery tertegun atas ucapan Arga, apalagi mengingat soal hadiah dari Riko, yang saat itu hubungan mereka baik-baik saja—setahun yang lalu lebih tepatnya.

"Masa?"

"Iya. Percayalah sama aku. Makanya kamu coba dulu."

"Okelah kalo gitu, kalo kekecilan kamu jangan ketawa."

"Iya-iya."

Jadilah, Mery beranjak dari sofa kemudian mencari jeans overall dan kaos ungu yang diberikan Riko setahun lalu. Mirisnya, baju itu masih terbungkus kado, Mery enggan memakai sebab tak suka modelnya.

Selesai mengganti baju di kamar mandi, Mery keluar, ukurannya ternyata tetap pas dan agak sedikit kebesaran.

"Gimana?" tanya Mery, memperlihatkan baju yang ia pakai.

Arga mengulum senyum, "Bagus. Kebesaran dikit sih. Tapi manis kalo kamu yang pakai."

Pipi Mery merona, ia mencubit lengan Arga. "Apaan, sih? Gombal!"

"Seriusan," kata Arga, dia merentangkan tangan. "Boleh peluk?"

Mery termangu sesaat, "Pe-peluk? Oh oke, aku nunggu itu dari tadi."

Mereka pun akhirnya berpelukan, Arga mengusap rambut Mery dengan nyaman, "Kangen."

Tiba-tiba deheman dari luar membuat keduanya refleks melepas pelukan.

"Papa?"



Bab terkait

  • Paracetalove [INDONESIA]   10-Siapa Dia?

    Kata mereka, waktu sangat berharga, tapi bagiku, kamu lebih dari segalanya. -Mery Thevania-•••Mereka pun akhirnya berpelukan, Arga mengusap rambut Mery dengan nyaman. "Kangen."Tiba-tiba deheman dari luar membuat keduanya refleks melepas pelukan."Papa?"Riko berdiri tepat di ambang pintu, matanya memicing menatap Arga. Tatapan seperti itu, benar-benar membuat Mery maupun Arga gelagapan, terutama Arga—ia takut Riko salah paham, jadilah cowok itu bersuara."Om kami tadi—"Belum selesai kalimatnya, Riko lebih dulu berjalan melewati Arga. Pandangan pria itu beralih pada pakaian Mery, menelitinya dari atas ke bawah dengan mata berkaca-kaca."Pa Mery—""I

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Paracetalove [INDONESIA]   11-Rival

    Bahkan, jika semesta menginginkan kita berpisah, aku akan menentangnya.-Paracetalove-•••"Buset Ry, lo kenapa?" tanya Arlan, dia menghentikkan langkah saat hendak menuruni tangga. Tak sengaja berpapasan dengan Mery yang menangis sambil mengusap pipinya. "Gue nggak Papa." Arlan yang curiga tidak membiarkan Mery pergi begitu saja, ia lantas menahan lengan cewek itu dan menepikkannya. Arlan mengernyit, "Lo nangis?""Gue udah bilang gue nggak papa.""Gara-gara pacar lo lagi?""Lan," cicit Mery. Ia menepis perlahan tangan Arlan dari lengannya. Kemudian m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   12-Ancaman

    Aku takut kehilanganmu dirimu. Dirimu yang selalu menjagaku tanpa kenal waktu. Jangan pergi, meski hubungan ini terasa sulit dilalui.-Arga Adyasta-•••Bel istirahat kedua berbunyi. Surga dunia untuk seluruh murid SMA Bakti Buana. Terutama untuk Mery, dia hampir ketiduran saking membosankannya pelajaran Bu Wulan tadi. Selain membosankan, efek pelajaran bu Wulan juga membuatnya kepanasan. Mery menempelkan sebelah pipinya ke meja."Kantin, kuy!" Ajak Gafa. Ketua kelas yang duduk dipojokan."Kuy-kuy! Nyari cewek cantik sekalian!" balas Cavin, yang mengedipkan sebelah mata."Cewek cantik cewek cantik! Itu si Citra mau lo kemanain, bang?" G

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   13-Sebuah Misi

    Cinta itu sederhana, manusia aja yang membuatnya rumit.-Paracetalove-•••Mery menempelkan sebelah pipi ke bahu Arga, tangannya melingkar di perut cowok itu. Ia kira pacarnya itu menggunakan mobil tapi ternyata pakai motor sport hijau milik cowok itu.Kalau begini, Mery jadi double seneng. Selain bisa modusin Arga ia juga berasa jadi Dilan sama Milea. Senyum-senyum sendiri nggak jelas di belakang. Pikirannya berkelana jauh, membayangkan mereka nanti di pelaminan.Huftt. Pasti menyenangkan. Mery menghirup udara dalam-dalam."Pacarrr hauss," adu Mery manja, "Ke minimarket dulu ya.""Padahal baru setengah jalan, udah hausan aja.""Yamau gimana lagi, kamu mau aku mati gara-gara dehidrasi?""Nggak gitu juga kali, Ry. Oke kita

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   14-Tidak Akan Sama

    Kita masih punya waktu untuk bersama, setidaknya hari ini saja. -Mery Thevania-•••"Asik banget ya pacarannya?" Mery dan Arga lantas menjauhkan mulut mereka dari perman kapas tadi, lalu saling berpandangan. Mery menunduk malu-malu, sedangkan Arga mengusap tengkuk salah tingkah. Sial, kenapa harus ketahuan sih? Marina dan Riko tersenyum geli, sebelum mereka sampai Mery lebih dulu berlari menghampiri lalu memeluk bundanya. "Huwaa, Bundaa, kangenn." "Lho kenapa nggak dilanjutin yang tadi?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   15-Paket Misterius

    Kadang, yang datang bukan untuk bertahan. Tapi cuma singgah, terus pulang menyisakan sebuah kenangan.•••Setengah jam perjalanan pulang, akhirnya motor Arga tiba di rumah Mery. Cewek itu sendiri sudah tertidur pulas, Arga terpaksa membangunkannya. Menepuk-nepuk pipi pacarnya pelan, tak lama suara khas orang bangun tidur terdengar.Mery menguap sebentar, lalu membenarkan tatanan rambutnya. "Sudah sampai?"Arga bergumam sebagai jawaban, dia menurunkan standar motor. "Ayo turun.""Gendong.""Jangan manja."Mery nyengir singkat. Ia turun dari motor kemudian menghadap Arga. "Makasih pacarrr. Kira-kira sekarang udah jam berapa ya?""Jam delapan," jawab Arga, melirik jam tangan hitamnya."Oh. Pacar nggak mau mampir dulu?""Enggak. Aku buru-

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   16-Jalan dan Angan

    Kalau dia benar-benar sayang, nggak mungkin tiba-tiba ngilang.•••Setelah mendapat telepon dari rumah sakit cewek itu bergegas meninggalkan kelas. Sempat dilarang oleh pengawas, namun seorang guru berhasil membujuknya membuat cewek itu buru-buru menuju parkiran.Rasa panik mendominasi perasaannya saat ini, cewek itu terus berdoa dalam hati. Sialnya, mobil cewek itu terjebak hingga mengeluarkannya cukup menyita waktu. Selamatkan Papa Ya Tuhan, selamatkan Papa.. batin cewek itu.Berhasil mengeluarkan mobilnya, cewek itu melewati gerbang sekolah dengan menjalankan mobil di atas kecepatan rata-rata. Membelah jalanan kota Bandung yang masih ramai pagi ini.Akibatnya, tidak sampai sepuluh menit, cewek itu berhasil tiba di rumah sakit lebih awal. Dia langsung menuju kamar pasien nomor 20, dimana seorang pria paruhbaya terbaring lemah di sana

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Paracetalove [INDONESIA]   17-Ambil Bagian

    Bagian terpenting dari menjalani sebuah hubungan bukan cuman kepercayaan. Tapi juga kejujuran. Kalau saling percaya tapi sering bohong. Ya percuma.●●●"Yan, pliss. Hari ini aja. Gue yakin Aileen bisa naikin rating majalah sekolah kita, apalagi kalau difoto sama lo. Terus makin banyak deh yang ikut eskul ini. Dan secara nggak langsung, kita juga bantu eskul modelling nambah anggota.""Dengan make gue?""Bukan!! Elo mah sotoy!""Terus apaan?"Arga mengambil duduk di salah satu sofa. Dia sudah malas meladeni Kevin yang sedari tadi mengungkit soal Aileen. Cowok itu mengambil kameranya, membersihkan lensanya dengan hati-hati.Mengingat waktunya sekarang, bagi cowok itu mengajari junior-juniornya. Meski eskul fotografi pernah dip

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05

Bab terbaru

  • Paracetalove [INDONESIA]   53-Baby Twins

    "Mery, sudah siap?" tanya Arga yang berada di ambang pintu kamar mereka. Cowok itu sudah selesai bersiap-siap untuk menemani Mery check up sore ini."Belum, Ga. Tunggu bentar lagi." Mery mendelik sekilas Arga, tangannya sibuk memilah pakaian yang berjejer di kasur. Sesekali gadis itu mencocokkan bajunya di cermin. Lagi-lagi, Mery dibuat heran karena banyak dress kesukaannya menjadi terasa sesak saat dipakai. Padahal, sebagian dari dress itu baru ia beli minggu kemarin.Mery mendengus, satu lagi dress putih yang ia coba terasa sesak dibagian lengan. Ditambah bagian perutnya terlihat lebih menonjol. Sadar akan sesuatu, Mery membulatkan mata lalu memekik heboh. "HUWAA ARGA AKU GENDUTANNNN," teriaknya.

  • Paracetalove [INDONESIA]   52-Pregnant

    Mery menjilat bibir bawahnya ketika melihat isi kulkas, banyak sekali es krim, donat, pancake dan makanan dingin yang lain tersusun rapi di dalam sana. Ya, siapa lagi yang membelikannya kalo bukan Arga. Suaminya itu selalu menyiapkan persediaan makanan bahkan sebelum habis.Mery menyipitkan matanya sambil mengetuk telunjuk ke dagu, memilih makanan mana yang akan ia bawa ke ruang tamu. Semuanya tampak enak dan membangkitkan jiwa rakusnya. Rasanya Mery ingin membawa kulkasnya sekalian, jadi dia tidak perlu capek-capek bolak-balik ke ruang makan."Kamu mau yang mana sih, nak? Enak semua ini," tanya Mery sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Ia terkikik, seolah bayi dalam perutnya bisa menjawab pertanyaanya.Efek ngidam membuat nafsu makannya melonjak. Bahkan, setiap jam Mery merasa lapar, ia ingin makan nasi lagi tapi takut perutnya yang sudah buncit ini makin tambah buncit. Sehingga Mery takut bayinya nanti kesesakan d

  • Paracetalove [INDONESIA]   51-Wedding

    Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari dimana dua insan yang saling mencintai akan hidup bersama melalui ikatan yang sah. Saling menyayangi. Saling menjaga apa pun keadaannya. Mereka adalah Mery dan Arga. Waktu bergulir begitu cepat. Perasaan, baru kemarin mereka bertemu di sekolah yang sama, lalu lama-kelamaan perasaan cinta perlahan tumbuh di hati keduanya. Dan hari ini, Mery mengambil keputusan untuk menerima Arga menjadi pasangan hidupnya. Dulu, Mery membenci cowok itu karena sifatnya yang begitu gengsi, dingin, galak, judes dan menyebalkan. Tapi sekarang, ia mencintai semua yang ada pada diri Arga. Toh, hati manusia tidak ada yang tahu, 'kan? Cinta Mery akan bertambah atau berkurang? Semua itu hanya diketahui oleh Tuhan. Yang pasti, Mery akan mencintai dan menyayangi Arga semampu dan setulus hatinya.

  • Paracetalove [INDONESIA]   50-Hangat

    "Aku memang pengen punya pacar lagi. Tapi ceweknya kamu. Mau?"Deg. Perkataan itu sukses membuat Mery mematung di tempat. Pipinya bersemu merah bak kepiting rebus. Kedua sudut bibirnya bergetar menahan senyuman. Andai dia berada di kasur, Mery pasti guling-guling saking senangnya.Jantungnya sendiri? Jangan ditanya lagi. Jedag-jedug tidak karuan. Mery bungkam. Lidahnya dibuat kelu untuk mengucap satu kata pun."Mery. Mau nggak? Atau permintaan aku kurang jelas?" tanya Arga sebab Mery belum menjawab permintaannya.Dengan mata terpejam, Mery berbalik menatap Arga yang masih duduk. "Ih iya-iya! Aku mauuu!Aku mau kita balikannn!"Arga mengulum senyum melihat tingkah gadis itu. "Bukan balikan. Tapi jadi pacar aku lagi. Anggap kita nggak pernah jadi mantan. Setuju?""Kenapa gitu?" Mery membuka matanya."Karena... aku mau kita mulai awal yang baru. Dan ja

  • Paracetalove [INDONESIA]   49-Mantan Rasa Pacar

    Mery mengecek sekali lagi penampilannya di cermin. Siang ini dia akan pergi ke studio milik Arga. Mery sangat berharap cowok itu mau diajak balikan olehnya. Nyaris satu bulan mereka memiliki kedekatan, namun statusnya hanya teman. Entah, Arga yang memang tidak ingin menjalin hubungan lagi dengannya atau dirinya yang terlalu banyak berharap.Akan tetapi, Mery tidak akan menyerah. Dia harus berusaha meraih hati Arga lagi meskipun rasanya susah."Oke, perfect!" gumam Mery. Senyum mengembang di wajah cantiknya. Gadis itu memakai rok sebatas lutut dan juga kaos.Di tengah kesibukannya memoles bedak, Aileen tiba-tiba muncul

  • Paracetalove [INDONESIA]   48-De Javu

    Arga galau. Ia masih tak percaya hubungannya berakhir secepat ini. Apalagi dengan cara bertengkar hebat kemarin sore. Semalaman, cowok itu hanya bisa tidur kurang lebih dua jam. Selebihnya Arga menggunakan waktu tidurnya untuk melamun, sesekali memandangi kalung MeryDian di genggaman tangannya.Tidak sedikitpun Arga berniat menghubungi Mery, pasalnya ia ingin memberikan waktu gadis itu menenangkan diri.Mungkin, Mery benar. Mereka sudah tidak cocok lagi. Sehingga hubungan ini tidak pantas dilanjutkan.Arga meringkuk di kasurnya seperti orang kedinginan. Jangan katakan ia lemah. Karena cowok itu sekarang sedang,menangis dalam diam.☆☆☆Mery sesegukan. Setelah mendengar semua fakta yang diceritakan Marina tentang Aileen dan Arga. Gadis itu tak dapat menahan air matanya. Mery terguncang, sy

  • Paracetalove [INDONESIA]   47-Untuk Apa

    Mery terus berlari. Ia tak peduli pada Arga yang mengejar dan meneriaki namanya di belakang. Air mata gadis itu bercucuran. Ia bahkan tak segan menabrak bahu siapa pun yang menghalanginya.Tiba di luar apartemen, Mery semakin mempercepat langkahnya. Pandangannya memburam oleh air mata. Tanpa gadis itu sadari bahwa di depannya adalah jalan besar. Mery pun menerobos jalan itu dan ternyata..."MERY!!"Sempat mengira ia akan tetabrak, beruntung tangan Mery diraih cepat oleh Arga, sehingga tubuh cewek itu berakhir dalam dekapannya.Mery yang syok hanya pasrah ketika Arga memeluk lalu memarahinya."KAMU GILA?! KAMU HAMPIR AJA KETABRAK, RY!" tanya Arga membentak. "BISA NGGAK SIH KAMU NGGAK USAH LARI-LARI?! KALO AKU TELAT SEDIKIT AJA KAMU UDAH DITABRAK TRUK ITU, MERY!""Biarin! Biarin aku mati, Ga! Memang siapa

  • Paracetalove [INDONESIA]   46-Oh Ternyata

    Jika hubungan yang tidak cocok terus dipaksakan, maka hanya akan menimbulkan kesakitan.•••Ada satu hal yang membuat Arga bisa menghembuskan napas lega sekarang, yaitu kabar bahwa Aileen diperbolehkan pulang. Meski begitu, Aileen belum pulih penuh. Ia masih butuh perawatan."Aku pulangnya kemana?" tanya Aileen pada Marina. Gadis itu duduk di kursi roda. Sementara Marina mengemas semua pakaian Aileen ke dalam tas miliknya. "Ke rumah tante?"Dipanggil seperti itu, Marina lantas menoleh. Ia tersenyum samar. "Hari ini kamu tinggal di apartemen kamu dulu ya. Besok baru deh kita tinggal bareng-bareng.""Bedua?"Marina menggeleng. Satu tangannya tergerak mengusap rambut Aileen. "Nambah satu lagi. Mery. Dia, 'kan adik kamu," ujarnya lembut.Aileen langsung membuang muka. Tidak suka.

  • Paracetalove [INDONESIA]   45-Ignore

    Setidaknya, katakan jika kamu sudah bosan. Supaya aku tidak mengharapkan yang lebih lagi. Karena itu menyakitkan.-Ignore-•••Mery lelah.Bukan lelah batinnya saja, tapi hatinya lebih.Gadis itu menyandarkan punggung ke sandaran kursi bertepatan ketika mobil Dirga berhenti di depan pagar rumahnya.Dirga paham, Mery sedang kecewa. Ia tahu betapa sakitnya diabaikan oleh orang yang kita cinta secara perlahan."Ry," panggil Dirga.Sejurus kemudian Mery menoleh. Senyum paksa terukir di bibir mungilnya."Thanks udah nganterin, Kak," ucap Mery. Sebelum turun, dia melepas jaket Dirga namun ditahan oleh cowok itu."Pake aja, lagian masih gerimis. Jarak antara mobil gue sama teras rumah lo lumayan jauh tuh," titah Di

DMCA.com Protection Status