Kadang, yang datang bukan untuk bertahan. Tapi cuma singgah, terus pulang menyisakan sebuah kenangan.
•••
Mery menguap sebentar, lalu membenarkan tatanan rambutnya. "Sudah sampai?"
Arga bergumam sebagai jawaban, dia menurunkan standar motor. "Ayo turun."
"Gendong."
"Jangan manja."
Mery nyengir singkat. Ia turun dari motor kemudian menghadap Arga. "Makasih pacarrr. Kira-kira sekarang udah jam berapa ya?"
"Jam delapan," jawab Arga, melirik jam tangan hitamnya.
"Oh. Pacar nggak mau mampir dulu?"
"Enggak. Aku buru-
Kalau dia benar-benar sayang, nggak mungkin tiba-tiba ngilang.•••Setelah mendapat telepon dari rumah sakit cewek itu bergegas meninggalkan kelas. Sempat dilarang oleh pengawas, namun seorang guru berhasil membujuknya membuat cewek itu buru-buru menuju parkiran.Rasa panik mendominasi perasaannya saat ini, cewek itu terus berdoa dalam hati. Sialnya, mobil cewek itu terjebak hingga mengeluarkannya cukup menyita waktu. Selamatkan Papa Ya Tuhan, selamatkan Papa.. batin cewek itu.Berhasil mengeluarkan mobilnya, cewek itu melewati gerbang sekolah dengan menjalankan mobil di atas kecepatan rata-rata. Membelah jalanan kota Bandung yang masih ramai pagi ini.Akibatnya, tidak sampai sepuluh menit, cewek itu berhasil tiba di rumah sakit lebih awal. Dia langsung menuju kamar pasien nomor 20, dimana seorang pria paruhbaya terbaring lemah di sana
Bagian terpenting dari menjalani sebuah hubungan bukan cuman kepercayaan. Tapi juga kejujuran. Kalau saling percaya tapi sering bohong. Ya percuma.●●●"Yan, pliss. Hari ini aja. Gue yakin Aileen bisa naikin rating majalah sekolah kita, apalagi kalau difoto sama lo. Terus makin banyak deh yang ikut eskul ini. Dan secara nggak langsung, kita juga bantu eskul modelling nambah anggota.""Dengan make gue?""Bukan!! Elo mah sotoy!""Terus apaan?"Arga mengambil duduk di salah satu sofa. Dia sudah malas meladeni Kevin yang sedari tadi mengungkit soal Aileen. Cowok itu mengambil kameranya, membersihkan lensanya dengan hati-hati.Mengingat waktunya sekarang, bagi cowok itu mengajari junior-juniornya. Meski eskul fotografi pernah dip
Ruangan eskul modelling penuh riuh sore ini. Penyebabnya tidak lain adalah kedatangan ketua eskul fotografi. Meski bukan pertama kali datang ke sini, tetap saja Arga merasa risih. Dalam sekejap, cowok itu menjadi pusat perhatian para siswi yang sedang menggosip di bilik pemotretan. Mereka saling berbisik-bisik lalu melihat Arga. Mengedipkan sebelah mata atau melempar senyuman semanis mungkin. Dan yah, Arga tidak terpengaruh sama sekali. Ia tetap fokus memotret seorang siswi yang tengah berpose di depan background shoot berwarna kuning. "Berapa lama lagi sih?" tanya Arga, mendelik pada Kevin, cowok itu duduk di depan laptop yang telah terhubung dengan kameranya.
Tawa dan senyumnyu adalah hal yang kutunggu-tunggu.•••Penjelasan Aileen barusan berhasil menumbuhkan rasa sakit di kepala Arga. Membuat dirinya dilanda bimbang yang luar biasa. Di satu sisi, dia ingin memberitahu fakta ini pada Mery, sementara di sisi lain dia juga tidak mau membuat pacarnya itu sakit hati. Cukup sudah masalah dalam hubungan mereka. Untuk hari ini saja Arga ingin Mery tersenyum tanpa sedikit masalah pun.Maka dari itu, Arga mampir di salah satu warung tidak jauh dari sekolah. Berniat menenangkan diri dengan meminum secangkir coffe di sana. Ditambah lagi, Aileen memaksanya nebeng pulang. Mau tak mau Arga mengantarnya dengan malas-malasan.Sekali lagi, Arga merasa bersalah pada Mery. Maafin, aku ya, Ry, maaf. "Ini teh kopinya, Mas Kasep, mangga diminum."
Terlalu sayang itu boleh, tapi jangan berlebihan saat kamu sendiri belum memberikannya kepastian.•••Seorang cewek tengah misuh-misuh ketika melihat pemandangan di depannya. Alisnya bertautan tanda tidak suka. Mengintip dari balik pohon rindang seraya merenggut kesal satu persatu daun dari pohon itu.Ada setengah jam cewek itu berdiri, hanya untuk mengintip kebersamaan Arga dan Mery. Tidak puas? Ya, ia sangat tidak puas jika hanya melihatnya saja. Mungkin sebentar lagi akan keluar dan menghancurkan kebersamaan mereka.Namun harapan itu langsung pupus, saat lengannya mendadak ditarik, menghadap seseorang. Mata cewek itu menyipit."Lo?" "Sampai kapan kamu akan seperti ini Aileen? Ayo sekarang kita pulang, dan biarkan merek
Mimpi itu cuma bunga tidur, nggak memiliki kemungkinan besar mimpi itu menjadi nyata.-P a r a c e t a l o v e-•••Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Arga akhirnya memilih pulang. Arga melirik jam tangannya, pukul 21.30. Itu artinya Arga harus cepat-cepat mengantar Mery pulang. Sebab, batas waktu jalan-jalan mereka hanya sampai jam sepuluh malam. Cewek itu sendiri, sekarang bersandar nyaman di bahunya. Sesekali menggesekan hidung yang membuat belakang Arga terasa geli. "Kok ngendus-ngendus?" Tanya Arga. Dari kaca spion, dia melihat Mery cengengesan. "Ngantuk banget, pacar. Pengen tidur tapi takut jatuh," jawabnya.
Mery mengayunkan kakinya pelan, sekarang cewek itu duduk di kursi pinggir lapangan, menonton acara classmeeting sendirian sambil menopang dagu dengan kedua tangan. Jujur saja, Mery merasa galau banget. Sebab hari ini hari terakhirnya menginjakkan kaki di SMA Bakti Buana.Dan besok, dia harus berkemas dan menyiapkan diri untuk bersekolah di Amerika. Mery belum siap, sangat-sangat belum siap meninggalkan semua kenangannya di Indonesia. Teman-temannya, sahabatnya Raya dan Tasya, dan yang terutama adalah pacarnya--Arga."MERY!!" Mery menoleh ketika namanya dipanggil dari arah kanan. Cewek itu tersenyum manis, menyembunyikan perasaan sedihnya dari Raya dan Tasya yang berjalan mendekatinya."Lo di sini ternyata, capek tau kita nyariin, Ry," ucap Tasya. Cewek itu berkacak pinggang.
Area pinggir kolam, menjadi tempat pilihan Arga mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan untuk Mery. Sebab di malam hari udaranya sangat sejuk di sini. Juga tempatnya yang lumayan luas guna menampung banyak orang. Arga memasang lampu tumbler di sisi tembok pembatas.Melihatnya, Dirga yang sedang menyiapkan panggangan tercenung beberapa saat. Sepupunya itu benar-benar berusaha keras membuat pesta ini. Dirga sempat mengusulkan mereka menyewa beberapa pelayan untuk membantunya. Tapi, Arga menolak mentah-mentah. Katanya hal itu berlebihan hanya untuk pesta sekecil ini."Nggak capek?" Dirga akhirnya mendekat, mengulurkan satu botol mineral pada Arga. Mengingat, sepulang sekolah tadi, cowok itu langsung bergegas menyiapkan pesta."Nggak." Arga menoleh sekilas, dia tersenyum. Turun dari tangga lipat lalu menerima botolnya. "Makasih.""It's oke. Gue apresiasi banget sama kerja ker
"Mery, sudah siap?" tanya Arga yang berada di ambang pintu kamar mereka. Cowok itu sudah selesai bersiap-siap untuk menemani Mery check up sore ini."Belum, Ga. Tunggu bentar lagi." Mery mendelik sekilas Arga, tangannya sibuk memilah pakaian yang berjejer di kasur. Sesekali gadis itu mencocokkan bajunya di cermin. Lagi-lagi, Mery dibuat heran karena banyak dress kesukaannya menjadi terasa sesak saat dipakai. Padahal, sebagian dari dress itu baru ia beli minggu kemarin.Mery mendengus, satu lagi dress putih yang ia coba terasa sesak dibagian lengan. Ditambah bagian perutnya terlihat lebih menonjol. Sadar akan sesuatu, Mery membulatkan mata lalu memekik heboh. "HUWAA ARGA AKU GENDUTANNNN," teriaknya.
Mery menjilat bibir bawahnya ketika melihat isi kulkas, banyak sekali es krim, donat, pancake dan makanan dingin yang lain tersusun rapi di dalam sana. Ya, siapa lagi yang membelikannya kalo bukan Arga. Suaminya itu selalu menyiapkan persediaan makanan bahkan sebelum habis.Mery menyipitkan matanya sambil mengetuk telunjuk ke dagu, memilih makanan mana yang akan ia bawa ke ruang tamu. Semuanya tampak enak dan membangkitkan jiwa rakusnya. Rasanya Mery ingin membawa kulkasnya sekalian, jadi dia tidak perlu capek-capek bolak-balik ke ruang makan."Kamu mau yang mana sih, nak? Enak semua ini," tanya Mery sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Ia terkikik, seolah bayi dalam perutnya bisa menjawab pertanyaanya.Efek ngidam membuat nafsu makannya melonjak. Bahkan, setiap jam Mery merasa lapar, ia ingin makan nasi lagi tapi takut perutnya yang sudah buncit ini makin tambah buncit. Sehingga Mery takut bayinya nanti kesesakan d
Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari dimana dua insan yang saling mencintai akan hidup bersama melalui ikatan yang sah. Saling menyayangi. Saling menjaga apa pun keadaannya. Mereka adalah Mery dan Arga. Waktu bergulir begitu cepat. Perasaan, baru kemarin mereka bertemu di sekolah yang sama, lalu lama-kelamaan perasaan cinta perlahan tumbuh di hati keduanya. Dan hari ini, Mery mengambil keputusan untuk menerima Arga menjadi pasangan hidupnya. Dulu, Mery membenci cowok itu karena sifatnya yang begitu gengsi, dingin, galak, judes dan menyebalkan. Tapi sekarang, ia mencintai semua yang ada pada diri Arga. Toh, hati manusia tidak ada yang tahu, 'kan? Cinta Mery akan bertambah atau berkurang? Semua itu hanya diketahui oleh Tuhan. Yang pasti, Mery akan mencintai dan menyayangi Arga semampu dan setulus hatinya.
"Aku memang pengen punya pacar lagi. Tapi ceweknya kamu. Mau?"Deg. Perkataan itu sukses membuat Mery mematung di tempat. Pipinya bersemu merah bak kepiting rebus. Kedua sudut bibirnya bergetar menahan senyuman. Andai dia berada di kasur, Mery pasti guling-guling saking senangnya.Jantungnya sendiri? Jangan ditanya lagi. Jedag-jedug tidak karuan. Mery bungkam. Lidahnya dibuat kelu untuk mengucap satu kata pun."Mery. Mau nggak? Atau permintaan aku kurang jelas?" tanya Arga sebab Mery belum menjawab permintaannya.Dengan mata terpejam, Mery berbalik menatap Arga yang masih duduk. "Ih iya-iya! Aku mauuu!Aku mau kita balikannn!"Arga mengulum senyum melihat tingkah gadis itu. "Bukan balikan. Tapi jadi pacar aku lagi. Anggap kita nggak pernah jadi mantan. Setuju?""Kenapa gitu?" Mery membuka matanya."Karena... aku mau kita mulai awal yang baru. Dan ja
Mery mengecek sekali lagi penampilannya di cermin. Siang ini dia akan pergi ke studio milik Arga. Mery sangat berharap cowok itu mau diajak balikan olehnya. Nyaris satu bulan mereka memiliki kedekatan, namun statusnya hanya teman. Entah, Arga yang memang tidak ingin menjalin hubungan lagi dengannya atau dirinya yang terlalu banyak berharap.Akan tetapi, Mery tidak akan menyerah. Dia harus berusaha meraih hati Arga lagi meskipun rasanya susah."Oke, perfect!" gumam Mery. Senyum mengembang di wajah cantiknya. Gadis itu memakai rok sebatas lutut dan juga kaos.Di tengah kesibukannya memoles bedak, Aileen tiba-tiba muncul
Arga galau. Ia masih tak percaya hubungannya berakhir secepat ini. Apalagi dengan cara bertengkar hebat kemarin sore. Semalaman, cowok itu hanya bisa tidur kurang lebih dua jam. Selebihnya Arga menggunakan waktu tidurnya untuk melamun, sesekali memandangi kalung MeryDian di genggaman tangannya.Tidak sedikitpun Arga berniat menghubungi Mery, pasalnya ia ingin memberikan waktu gadis itu menenangkan diri.Mungkin, Mery benar. Mereka sudah tidak cocok lagi. Sehingga hubungan ini tidak pantas dilanjutkan.Arga meringkuk di kasurnya seperti orang kedinginan. Jangan katakan ia lemah. Karena cowok itu sekarang sedang,menangis dalam diam.☆☆☆Mery sesegukan. Setelah mendengar semua fakta yang diceritakan Marina tentang Aileen dan Arga. Gadis itu tak dapat menahan air matanya. Mery terguncang, sy
Mery terus berlari. Ia tak peduli pada Arga yang mengejar dan meneriaki namanya di belakang. Air mata gadis itu bercucuran. Ia bahkan tak segan menabrak bahu siapa pun yang menghalanginya.Tiba di luar apartemen, Mery semakin mempercepat langkahnya. Pandangannya memburam oleh air mata. Tanpa gadis itu sadari bahwa di depannya adalah jalan besar. Mery pun menerobos jalan itu dan ternyata..."MERY!!"Sempat mengira ia akan tetabrak, beruntung tangan Mery diraih cepat oleh Arga, sehingga tubuh cewek itu berakhir dalam dekapannya.Mery yang syok hanya pasrah ketika Arga memeluk lalu memarahinya."KAMU GILA?! KAMU HAMPIR AJA KETABRAK, RY!" tanya Arga membentak. "BISA NGGAK SIH KAMU NGGAK USAH LARI-LARI?! KALO AKU TELAT SEDIKIT AJA KAMU UDAH DITABRAK TRUK ITU, MERY!""Biarin! Biarin aku mati, Ga! Memang siapa
Jika hubungan yang tidak cocok terus dipaksakan, maka hanya akan menimbulkan kesakitan.•••Ada satu hal yang membuat Arga bisa menghembuskan napas lega sekarang, yaitu kabar bahwa Aileen diperbolehkan pulang. Meski begitu, Aileen belum pulih penuh. Ia masih butuh perawatan."Aku pulangnya kemana?" tanya Aileen pada Marina. Gadis itu duduk di kursi roda. Sementara Marina mengemas semua pakaian Aileen ke dalam tas miliknya. "Ke rumah tante?"Dipanggil seperti itu, Marina lantas menoleh. Ia tersenyum samar. "Hari ini kamu tinggal di apartemen kamu dulu ya. Besok baru deh kita tinggal bareng-bareng.""Bedua?"Marina menggeleng. Satu tangannya tergerak mengusap rambut Aileen. "Nambah satu lagi. Mery. Dia, 'kan adik kamu," ujarnya lembut.Aileen langsung membuang muka. Tidak suka.
Setidaknya, katakan jika kamu sudah bosan. Supaya aku tidak mengharapkan yang lebih lagi. Karena itu menyakitkan.-Ignore-•••Mery lelah.Bukan lelah batinnya saja, tapi hatinya lebih.Gadis itu menyandarkan punggung ke sandaran kursi bertepatan ketika mobil Dirga berhenti di depan pagar rumahnya.Dirga paham, Mery sedang kecewa. Ia tahu betapa sakitnya diabaikan oleh orang yang kita cinta secara perlahan."Ry," panggil Dirga.Sejurus kemudian Mery menoleh. Senyum paksa terukir di bibir mungilnya."Thanks udah nganterin, Kak," ucap Mery. Sebelum turun, dia melepas jaket Dirga namun ditahan oleh cowok itu."Pake aja, lagian masih gerimis. Jarak antara mobil gue sama teras rumah lo lumayan jauh tuh," titah Di