Kalau dia benar-benar sayang, nggak mungkin tiba-tiba ngilang.
•••Rasa panik mendominasi perasaannya saat ini, cewek itu terus berdoa dalam hati. Sialnya, mobil cewek itu terjebak hingga mengeluarkannya cukup menyita waktu. Selamatkan Papa Ya Tuhan, selamatkan Papa.. batin cewek itu.
Berhasil mengeluarkan mobilnya, cewek itu melewati gerbang sekolah dengan menjalankan mobil di atas kecepatan rata-rata. Membelah jalanan kota Bandung yang masih ramai pagi ini.
Akibatnya, tidak sampai sepuluh menit, cewek itu berhasil tiba di rumah sakit lebih awal. Dia langsung menuju kamar pasien nomor 20, dimana seorang pria paruhbaya terbaring lemah di sana
Bagian terpenting dari menjalani sebuah hubungan bukan cuman kepercayaan. Tapi juga kejujuran. Kalau saling percaya tapi sering bohong. Ya percuma.●●●"Yan, pliss. Hari ini aja. Gue yakin Aileen bisa naikin rating majalah sekolah kita, apalagi kalau difoto sama lo. Terus makin banyak deh yang ikut eskul ini. Dan secara nggak langsung, kita juga bantu eskul modelling nambah anggota.""Dengan make gue?""Bukan!! Elo mah sotoy!""Terus apaan?"Arga mengambil duduk di salah satu sofa. Dia sudah malas meladeni Kevin yang sedari tadi mengungkit soal Aileen. Cowok itu mengambil kameranya, membersihkan lensanya dengan hati-hati.Mengingat waktunya sekarang, bagi cowok itu mengajari junior-juniornya. Meski eskul fotografi pernah dip
Ruangan eskul modelling penuh riuh sore ini. Penyebabnya tidak lain adalah kedatangan ketua eskul fotografi. Meski bukan pertama kali datang ke sini, tetap saja Arga merasa risih. Dalam sekejap, cowok itu menjadi pusat perhatian para siswi yang sedang menggosip di bilik pemotretan. Mereka saling berbisik-bisik lalu melihat Arga. Mengedipkan sebelah mata atau melempar senyuman semanis mungkin. Dan yah, Arga tidak terpengaruh sama sekali. Ia tetap fokus memotret seorang siswi yang tengah berpose di depan background shoot berwarna kuning. "Berapa lama lagi sih?" tanya Arga, mendelik pada Kevin, cowok itu duduk di depan laptop yang telah terhubung dengan kameranya.
Tawa dan senyumnyu adalah hal yang kutunggu-tunggu.•••Penjelasan Aileen barusan berhasil menumbuhkan rasa sakit di kepala Arga. Membuat dirinya dilanda bimbang yang luar biasa. Di satu sisi, dia ingin memberitahu fakta ini pada Mery, sementara di sisi lain dia juga tidak mau membuat pacarnya itu sakit hati. Cukup sudah masalah dalam hubungan mereka. Untuk hari ini saja Arga ingin Mery tersenyum tanpa sedikit masalah pun.Maka dari itu, Arga mampir di salah satu warung tidak jauh dari sekolah. Berniat menenangkan diri dengan meminum secangkir coffe di sana. Ditambah lagi, Aileen memaksanya nebeng pulang. Mau tak mau Arga mengantarnya dengan malas-malasan.Sekali lagi, Arga merasa bersalah pada Mery. Maafin, aku ya, Ry, maaf. "Ini teh kopinya, Mas Kasep, mangga diminum."
Terlalu sayang itu boleh, tapi jangan berlebihan saat kamu sendiri belum memberikannya kepastian.•••Seorang cewek tengah misuh-misuh ketika melihat pemandangan di depannya. Alisnya bertautan tanda tidak suka. Mengintip dari balik pohon rindang seraya merenggut kesal satu persatu daun dari pohon itu.Ada setengah jam cewek itu berdiri, hanya untuk mengintip kebersamaan Arga dan Mery. Tidak puas? Ya, ia sangat tidak puas jika hanya melihatnya saja. Mungkin sebentar lagi akan keluar dan menghancurkan kebersamaan mereka.Namun harapan itu langsung pupus, saat lengannya mendadak ditarik, menghadap seseorang. Mata cewek itu menyipit."Lo?" "Sampai kapan kamu akan seperti ini Aileen? Ayo sekarang kita pulang, dan biarkan merek
Mimpi itu cuma bunga tidur, nggak memiliki kemungkinan besar mimpi itu menjadi nyata.-P a r a c e t a l o v e-•••Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Arga akhirnya memilih pulang. Arga melirik jam tangannya, pukul 21.30. Itu artinya Arga harus cepat-cepat mengantar Mery pulang. Sebab, batas waktu jalan-jalan mereka hanya sampai jam sepuluh malam. Cewek itu sendiri, sekarang bersandar nyaman di bahunya. Sesekali menggesekan hidung yang membuat belakang Arga terasa geli. "Kok ngendus-ngendus?" Tanya Arga. Dari kaca spion, dia melihat Mery cengengesan. "Ngantuk banget, pacar. Pengen tidur tapi takut jatuh," jawabnya.
Mery mengayunkan kakinya pelan, sekarang cewek itu duduk di kursi pinggir lapangan, menonton acara classmeeting sendirian sambil menopang dagu dengan kedua tangan. Jujur saja, Mery merasa galau banget. Sebab hari ini hari terakhirnya menginjakkan kaki di SMA Bakti Buana.Dan besok, dia harus berkemas dan menyiapkan diri untuk bersekolah di Amerika. Mery belum siap, sangat-sangat belum siap meninggalkan semua kenangannya di Indonesia. Teman-temannya, sahabatnya Raya dan Tasya, dan yang terutama adalah pacarnya--Arga."MERY!!" Mery menoleh ketika namanya dipanggil dari arah kanan. Cewek itu tersenyum manis, menyembunyikan perasaan sedihnya dari Raya dan Tasya yang berjalan mendekatinya."Lo di sini ternyata, capek tau kita nyariin, Ry," ucap Tasya. Cewek itu berkacak pinggang.
Area pinggir kolam, menjadi tempat pilihan Arga mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan untuk Mery. Sebab di malam hari udaranya sangat sejuk di sini. Juga tempatnya yang lumayan luas guna menampung banyak orang. Arga memasang lampu tumbler di sisi tembok pembatas.Melihatnya, Dirga yang sedang menyiapkan panggangan tercenung beberapa saat. Sepupunya itu benar-benar berusaha keras membuat pesta ini. Dirga sempat mengusulkan mereka menyewa beberapa pelayan untuk membantunya. Tapi, Arga menolak mentah-mentah. Katanya hal itu berlebihan hanya untuk pesta sekecil ini."Nggak capek?" Dirga akhirnya mendekat, mengulurkan satu botol mineral pada Arga. Mengingat, sepulang sekolah tadi, cowok itu langsung bergegas menyiapkan pesta."Nggak." Arga menoleh sekilas, dia tersenyum. Turun dari tangga lipat lalu menerima botolnya. "Makasih.""It's oke. Gue apresiasi banget sama kerja ker
Mery duduk di kursi pinggir kolam, gadis itu dengan bosan memperhatikan gerak teman-temannya. Arlan dan Kevin sibuk menata minuman ke meja, sementara Raya dan Tasya tampak asik memanggang daging sambil sesekali tertawa. Sedangkan Arga--cowok itu menaruh gitar ke sisi panggung kecil tidak jauh di depan sana.Mery menarik napasnya, jika bukan karena Arga memintanya duduk saja, Mery tidak akan sebosan ini."Tamu spesial duduk aja di situ, nggak boleh capek-capek.""Nggak mau. Ntar bosen pacar.""Nih mainin hp aku."Seketika, Mery menepuk jidatnya, dia hampir lupa gawai Arga ada padanya. Gadis itu lantas mengambil benda pipih berlogo apel setengah digigit itu dari sling bagnya.Pilihan Mery, jatuh menelusuri aplikasi whatsapp Arga, didapatinya history chat cowok itu penuh dengan pesan tak terbaca dari grub apala