Tawa dan senyumnyu adalah hal yang kutunggu-tunggu.
•••Maka dari itu, Arga mampir di salah satu warung tidak jauh dari sekolah. Berniat menenangkan diri dengan meminum secangkir coffe di sana. Ditambah lagi, Aileen memaksanya nebeng pulang. Mau tak mau Arga mengantarnya dengan malas-malasan.
Sekali lagi, Arga merasa bersalah pada Mery. Maafin, aku ya, Ry, maaf.
Terlalu sayang itu boleh, tapi jangan berlebihan saat kamu sendiri belum memberikannya kepastian.•••Seorang cewek tengah misuh-misuh ketika melihat pemandangan di depannya. Alisnya bertautan tanda tidak suka. Mengintip dari balik pohon rindang seraya merenggut kesal satu persatu daun dari pohon itu.Ada setengah jam cewek itu berdiri, hanya untuk mengintip kebersamaan Arga dan Mery. Tidak puas? Ya, ia sangat tidak puas jika hanya melihatnya saja. Mungkin sebentar lagi akan keluar dan menghancurkan kebersamaan mereka.Namun harapan itu langsung pupus, saat lengannya mendadak ditarik, menghadap seseorang. Mata cewek itu menyipit."Lo?" "Sampai kapan kamu akan seperti ini Aileen? Ayo sekarang kita pulang, dan biarkan merek
Mimpi itu cuma bunga tidur, nggak memiliki kemungkinan besar mimpi itu menjadi nyata.-P a r a c e t a l o v e-•••Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Arga akhirnya memilih pulang. Arga melirik jam tangannya, pukul 21.30. Itu artinya Arga harus cepat-cepat mengantar Mery pulang. Sebab, batas waktu jalan-jalan mereka hanya sampai jam sepuluh malam. Cewek itu sendiri, sekarang bersandar nyaman di bahunya. Sesekali menggesekan hidung yang membuat belakang Arga terasa geli. "Kok ngendus-ngendus?" Tanya Arga. Dari kaca spion, dia melihat Mery cengengesan. "Ngantuk banget, pacar. Pengen tidur tapi takut jatuh," jawabnya.
Mery mengayunkan kakinya pelan, sekarang cewek itu duduk di kursi pinggir lapangan, menonton acara classmeeting sendirian sambil menopang dagu dengan kedua tangan. Jujur saja, Mery merasa galau banget. Sebab hari ini hari terakhirnya menginjakkan kaki di SMA Bakti Buana.Dan besok, dia harus berkemas dan menyiapkan diri untuk bersekolah di Amerika. Mery belum siap, sangat-sangat belum siap meninggalkan semua kenangannya di Indonesia. Teman-temannya, sahabatnya Raya dan Tasya, dan yang terutama adalah pacarnya--Arga."MERY!!" Mery menoleh ketika namanya dipanggil dari arah kanan. Cewek itu tersenyum manis, menyembunyikan perasaan sedihnya dari Raya dan Tasya yang berjalan mendekatinya."Lo di sini ternyata, capek tau kita nyariin, Ry," ucap Tasya. Cewek itu berkacak pinggang.
Area pinggir kolam, menjadi tempat pilihan Arga mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan untuk Mery. Sebab di malam hari udaranya sangat sejuk di sini. Juga tempatnya yang lumayan luas guna menampung banyak orang. Arga memasang lampu tumbler di sisi tembok pembatas.Melihatnya, Dirga yang sedang menyiapkan panggangan tercenung beberapa saat. Sepupunya itu benar-benar berusaha keras membuat pesta ini. Dirga sempat mengusulkan mereka menyewa beberapa pelayan untuk membantunya. Tapi, Arga menolak mentah-mentah. Katanya hal itu berlebihan hanya untuk pesta sekecil ini."Nggak capek?" Dirga akhirnya mendekat, mengulurkan satu botol mineral pada Arga. Mengingat, sepulang sekolah tadi, cowok itu langsung bergegas menyiapkan pesta."Nggak." Arga menoleh sekilas, dia tersenyum. Turun dari tangga lipat lalu menerima botolnya. "Makasih.""It's oke. Gue apresiasi banget sama kerja ker
Mery duduk di kursi pinggir kolam, gadis itu dengan bosan memperhatikan gerak teman-temannya. Arlan dan Kevin sibuk menata minuman ke meja, sementara Raya dan Tasya tampak asik memanggang daging sambil sesekali tertawa. Sedangkan Arga--cowok itu menaruh gitar ke sisi panggung kecil tidak jauh di depan sana.Mery menarik napasnya, jika bukan karena Arga memintanya duduk saja, Mery tidak akan sebosan ini."Tamu spesial duduk aja di situ, nggak boleh capek-capek.""Nggak mau. Ntar bosen pacar.""Nih mainin hp aku."Seketika, Mery menepuk jidatnya, dia hampir lupa gawai Arga ada padanya. Gadis itu lantas mengambil benda pipih berlogo apel setengah digigit itu dari sling bagnya.Pilihan Mery, jatuh menelusuri aplikasi whatsapp Arga, didapatinya history chat cowok itu penuh dengan pesan tak terbaca dari grub apala
Ucapan Dirga masih terngiang di telinga Mery, gadis itu menatap kosong ke bawah. Ternyata, pemikirannya mengenai Aileen selama ini benar. Aileen adalah orang yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Aileen adalah orang kedua setelah Hana yang diam-diam menyukai pacarnya.Rasa resah pun hadir dalam dirinya, Mery takut Aileen berhasil meraih hati Arga seperti sebelumnya. Dan dia tidak ingin merasakan kesakitan itu lagi sekarang."Mery, lo mikirin apa sih? Liat tuh di depan Arga akan nyanyi sebuah lagu untuk lo," celetuk Tasya membayurkan lamunan Mery. Gadis berompi abu itu duduk di sampingnya. Entah sejak kapan dia di sana.Pandangan Mery beralih ke depan, tepat di atas panggung kecil depan sana, dia mendapati Arga duduk dengan sebuah gitar yang cowok itu tumpu di paha, siap dimainkan olehnya. Terlihat sangat keren dan tampan.Membuat pipi Mery merona. Gadis i
"Sudah sampai," ujar Arga, ketika motor hitammya berhenti tepat di depan pagar rumah Mery. Seperti biasa, Arga tidak mau Mery pulangnya terlalu malam. Jadilah cowok itu buru-buru mengantar pacarnya pulang. Walau dalam hati Arga masih ingin menghabiskan waktu bersama gadis itu.Menguap sesaat, Mery merentangkan tangannya lalu mendesah cepat, dia ketiduran kurang lebih lima belas menit sambil bersandar di bahu Arga. "Mau aku gendong masuk ke dalam ya?" Arga bertanya sesaat Mery terlihat suntuk dan tidak berdaya. Cowok itu sudah turun dan berbalik, namun Mery menahannya. Mery cengengesan. "Nggak usah, beb. Bisa sendiri, hehe.""Hmm.""Makasih ya udah mau nganterin tiap hari," ucap Mery lirih, dia mendadak sedih.Arga mengacak rambut cewek itu. "S
"HUWAAA KAK MERY. SYIFA NGGAK MAU KAK MERY PERGIII," rengek Syifa yang baru saja datang dengan berlari. Gadis berseragam SD itu langsung memeluk Mery.Mery yang tadinya sibuk memasukkan koper dan barang-barang yang lain ke bagasi terpaksa berbalik kemudian membalas pelukan Syifa. Cewek bershall abu itu mengelus-ngelus punggung sahabatnya. "Cup-cup. Syifa jangan sedih. Kak Mery pasti pulang kok. Kak Mery kan juga punya nomor Syifa. Kita masih bisa kontek-kontekan. Oke?"Bukannya menjawab, Syifa malah menggeleng dengan bibir mengerucut lucu. Gadis berkepang satu itu mengacungkan kelingkingnya. "Janji yaa.""Janji," Mery membalas tautan kelingking Syifa."Syifa mau dibeliin apa? Barang di Amerika nanti bagus-bagus lho. Nanti kakak kirim barangnya. Hmm?" Syifa menggeleng lagi. "Nggak mau apa-apa. Maunya Kak Mery aja. Biar bisa main bareng lagi."