Arga galau. Ia masih tak percaya hubungannya berakhir secepat ini. Apalagi dengan cara bertengkar hebat kemarin sore. Semalaman, cowok itu hanya bisa tidur kurang lebih dua jam. Selebihnya Arga menggunakan waktu tidurnya untuk melamun, sesekali memandangi kalung MeryDian di genggaman tangannya.
Tidak sedikitpun Arga berniat menghubungi Mery, pasalnya ia ingin memberikan waktu gadis itu menenangkan diri.
Mungkin, Mery benar. Mereka sudah tidak cocok lagi. Sehingga hubungan ini tidak pantas dilanjutkan.
Arga meringkuk di kasurnya seperti orang kedinginan. Jangan katakan ia lemah. Karena cowok itu sekarang sedang,
menangis dalam diam.
☆☆☆
Mery sesegukan. Setelah mendengar semua fakta yang diceritakan Marina tentang Aileen dan Arga. Gadis itu tak dapat menahan air matanya. Mery terguncang, sy
Mery mengecek sekali lagi penampilannya di cermin. Siang ini dia akan pergi ke studio milik Arga. Mery sangat berharap cowok itu mau diajak balikan olehnya. Nyaris satu bulan mereka memiliki kedekatan, namun statusnya hanya teman. Entah, Arga yang memang tidak ingin menjalin hubungan lagi dengannya atau dirinya yang terlalu banyak berharap.Akan tetapi, Mery tidak akan menyerah. Dia harus berusaha meraih hati Arga lagi meskipun rasanya susah."Oke, perfect!" gumam Mery. Senyum mengembang di wajah cantiknya. Gadis itu memakai rok sebatas lutut dan juga kaos.Di tengah kesibukannya memoles bedak, Aileen tiba-tiba muncul
"Aku memang pengen punya pacar lagi. Tapi ceweknya kamu. Mau?"Deg. Perkataan itu sukses membuat Mery mematung di tempat. Pipinya bersemu merah bak kepiting rebus. Kedua sudut bibirnya bergetar menahan senyuman. Andai dia berada di kasur, Mery pasti guling-guling saking senangnya.Jantungnya sendiri? Jangan ditanya lagi. Jedag-jedug tidak karuan. Mery bungkam. Lidahnya dibuat kelu untuk mengucap satu kata pun."Mery. Mau nggak? Atau permintaan aku kurang jelas?" tanya Arga sebab Mery belum menjawab permintaannya.Dengan mata terpejam, Mery berbalik menatap Arga yang masih duduk. "Ih iya-iya! Aku mauuu!Aku mau kita balikannn!"Arga mengulum senyum melihat tingkah gadis itu. "Bukan balikan. Tapi jadi pacar aku lagi. Anggap kita nggak pernah jadi mantan. Setuju?""Kenapa gitu?" Mery membuka matanya."Karena... aku mau kita mulai awal yang baru. Dan ja
Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari dimana dua insan yang saling mencintai akan hidup bersama melalui ikatan yang sah. Saling menyayangi. Saling menjaga apa pun keadaannya. Mereka adalah Mery dan Arga. Waktu bergulir begitu cepat. Perasaan, baru kemarin mereka bertemu di sekolah yang sama, lalu lama-kelamaan perasaan cinta perlahan tumbuh di hati keduanya. Dan hari ini, Mery mengambil keputusan untuk menerima Arga menjadi pasangan hidupnya. Dulu, Mery membenci cowok itu karena sifatnya yang begitu gengsi, dingin, galak, judes dan menyebalkan. Tapi sekarang, ia mencintai semua yang ada pada diri Arga. Toh, hati manusia tidak ada yang tahu, 'kan? Cinta Mery akan bertambah atau berkurang? Semua itu hanya diketahui oleh Tuhan. Yang pasti, Mery akan mencintai dan menyayangi Arga semampu dan setulus hatinya.
Mery menjilat bibir bawahnya ketika melihat isi kulkas, banyak sekali es krim, donat, pancake dan makanan dingin yang lain tersusun rapi di dalam sana. Ya, siapa lagi yang membelikannya kalo bukan Arga. Suaminya itu selalu menyiapkan persediaan makanan bahkan sebelum habis.Mery menyipitkan matanya sambil mengetuk telunjuk ke dagu, memilih makanan mana yang akan ia bawa ke ruang tamu. Semuanya tampak enak dan membangkitkan jiwa rakusnya. Rasanya Mery ingin membawa kulkasnya sekalian, jadi dia tidak perlu capek-capek bolak-balik ke ruang makan."Kamu mau yang mana sih, nak? Enak semua ini," tanya Mery sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Ia terkikik, seolah bayi dalam perutnya bisa menjawab pertanyaanya.Efek ngidam membuat nafsu makannya melonjak. Bahkan, setiap jam Mery merasa lapar, ia ingin makan nasi lagi tapi takut perutnya yang sudah buncit ini makin tambah buncit. Sehingga Mery takut bayinya nanti kesesakan d
"Mery, sudah siap?" tanya Arga yang berada di ambang pintu kamar mereka. Cowok itu sudah selesai bersiap-siap untuk menemani Mery check up sore ini."Belum, Ga. Tunggu bentar lagi." Mery mendelik sekilas Arga, tangannya sibuk memilah pakaian yang berjejer di kasur. Sesekali gadis itu mencocokkan bajunya di cermin. Lagi-lagi, Mery dibuat heran karena banyak dress kesukaannya menjadi terasa sesak saat dipakai. Padahal, sebagian dari dress itu baru ia beli minggu kemarin.Mery mendengus, satu lagi dress putih yang ia coba terasa sesak dibagian lengan. Ditambah bagian perutnya terlihat lebih menonjol. Sadar akan sesuatu, Mery membulatkan mata lalu memekik heboh. "HUWAA ARGA AKU GENDUTANNNN," teriaknya.
Kepercayaan itu seperti sebuah kaca, jika sudah pecah, tidak ada yang bisa membuatnya kembali sempurna.•••Seorang cewek berambut selengan berjalan santai menuju tangga, senyum terpapar di wajahnya kala melihat seorang cowok dengan kedua tangan masuk ke saku celana menghampirinya. Itu Arga, pacarnya. "Udah lama nunggu, ya?" tanya Mery.Arga tersenyum lebar. Disampirkannya anak rambut Mery ke telinga. "Enggak kok. Gimana ujian kamu? Lancar?"Mery menggangguk. Cewek yang memiliki tinggi hanya sebatas dadanya itu tersenyum. "Lancar kok, berkat olimpiade bulan lalu aku jadi mudah banget ingat sama materinya. Makasih ya, Ga.""Iy--""Iya sama-sama. Alga nanti ajalin Mely bikin anak juga ya." Suara itu milik Arlan, Mery tersenyum malu sementara Arga terkekeh.Ya, hari ini-atau lebih tepatnya tiga hari ke depan murid kelas XII akan melaksanakan ujian kelulusan. Jika semua murid bersorak ria, berbeda untuk Arga, jauh dalam lubuk hatinya, ia justru merasa takut kehilangan Mery. Mengingat kepu
"Kak Mery?"Mery menoleh, sementara Arga membuang napas berat."Eh, Syifa? Sini-sini, duduk sama kakak." Mery menepuk space kosong di sampingnya.Syifa tengah berdiri tidak jauh sambil merekah senyum. Gadis berkepang itu kemudian mendekat bersama boneka teddy bearnya.Arga hanya bisa menghela berat, padahal sore ini ia berniat menghabiskan waktu bersama Mery. Tapi, enyahlah niat itu karena ada Syifa di sini."Kak Mery lagi pacaran ya di sini? Hayo ngaku ... " goda Syifa, matanya memicing, sementara Arga terkekeh.Pipi Mery memerah malu. "Eng ... enggak kok. Kakak mampir aja tadi beli es-krim. Terus karena capek, kita milih duduk deh.""Oh. Terus kakak ini ... siapa
Usai dua puluh menit meramaikan taman kota Bandung dengan nyanyiannya, Arga mengajak Mery pulang, cewek itu tampak sudah kelelahan. Jelas, terlihat dari pelipis Mery yang terus menitikkan keringat.Kini, mereka sudah dalam perjalanan, menggunakan motor cowok itu. Seperti biasa, Mery akan bersandar di bahu Arga sambil menempelkan pipinya."Pacar, pulangnya ke rumah kamu aja, ya. Papa pasti lembur malam lagi. Aku takut sendirian di rumah," rengek Mery. Dia melingkarkan tangan di perut Arga.Arga menjawab dengan anggukan, dia memelankan laju motor saat melirik kaca spion—mendapati Mery mulai memejamkan mata. Dia tahu, Mery pasti akan memulai aksi tidurnya.Arga menghela napas, sebulan semenjak kematian Hana, dia merasakan banyak hal yang berubah dari Mery. Mulai dari penampilan cewek itu, sikap, hingga perilaku yang awalnya urakan menjadi sedikit teladan.Tidak masalah, jika itu yang terbaik untuk