Cinta itu sederhana, manusia aja yang membuatnya rumit.
-Paracetalove-
•••Mery menempelkan sebelah pipi ke bahu Arga, tangannya melingkar di perut cowok itu. Ia kira pacarnya itu menggunakan mobil tapi ternyata pakai motor sport hijau milik cowok itu.
Kalau begini, Mery jadi double seneng. Selain bisa modusin Arga ia juga berasa jadi Dilan sama Milea. Senyum-senyum sendiri nggak jelas di belakang. Pikirannya berkelana jauh, membayangkan mereka nanti di pelaminan.
Huftt. Pasti menyenangkan. Mery menghirup udara dalam-dalam.
"Pacarrr hauss," adu Mery manja, "Ke minimarket dulu ya."
"Padahal baru setengah jalan, udah hausan aja."
"Yamau gimana lagi, kamu mau aku mati gara-gara dehidrasi?"
"Nggak gitu juga kali, Ry. Oke kita
Kita masih punya waktu untuk bersama, setidaknya hari ini saja. -Mery Thevania-•••"Asik banget ya pacarannya?" Mery dan Arga lantas menjauhkan mulut mereka dari perman kapas tadi, lalu saling berpandangan. Mery menunduk malu-malu, sedangkan Arga mengusap tengkuk salah tingkah. Sial, kenapa harus ketahuan sih? Marina dan Riko tersenyum geli, sebelum mereka sampai Mery lebih dulu berlari menghampiri lalu memeluk bundanya. "Huwaa, Bundaa, kangenn." "Lho kenapa nggak dilanjutin yang tadi?"
Kadang, yang datang bukan untuk bertahan. Tapi cuma singgah, terus pulang menyisakan sebuah kenangan.•••Setengah jam perjalanan pulang, akhirnya motor Arga tiba di rumah Mery. Cewek itu sendiri sudah tertidur pulas, Arga terpaksa membangunkannya. Menepuk-nepuk pipi pacarnya pelan, tak lama suara khas orang bangun tidur terdengar.Mery menguap sebentar, lalu membenarkan tatanan rambutnya. "Sudah sampai?"Arga bergumam sebagai jawaban, dia menurunkan standar motor. "Ayo turun.""Gendong.""Jangan manja."Mery nyengir singkat. Ia turun dari motor kemudian menghadap Arga. "Makasih pacarrr. Kira-kira sekarang udah jam berapa ya?""Jam delapan," jawab Arga, melirik jam tangan hitamnya."Oh. Pacar nggak mau mampir dulu?""Enggak. Aku buru-
Kalau dia benar-benar sayang, nggak mungkin tiba-tiba ngilang.•••Setelah mendapat telepon dari rumah sakit cewek itu bergegas meninggalkan kelas. Sempat dilarang oleh pengawas, namun seorang guru berhasil membujuknya membuat cewek itu buru-buru menuju parkiran.Rasa panik mendominasi perasaannya saat ini, cewek itu terus berdoa dalam hati. Sialnya, mobil cewek itu terjebak hingga mengeluarkannya cukup menyita waktu. Selamatkan Papa Ya Tuhan, selamatkan Papa.. batin cewek itu.Berhasil mengeluarkan mobilnya, cewek itu melewati gerbang sekolah dengan menjalankan mobil di atas kecepatan rata-rata. Membelah jalanan kota Bandung yang masih ramai pagi ini.Akibatnya, tidak sampai sepuluh menit, cewek itu berhasil tiba di rumah sakit lebih awal. Dia langsung menuju kamar pasien nomor 20, dimana seorang pria paruhbaya terbaring lemah di sana
Bagian terpenting dari menjalani sebuah hubungan bukan cuman kepercayaan. Tapi juga kejujuran. Kalau saling percaya tapi sering bohong. Ya percuma.●●●"Yan, pliss. Hari ini aja. Gue yakin Aileen bisa naikin rating majalah sekolah kita, apalagi kalau difoto sama lo. Terus makin banyak deh yang ikut eskul ini. Dan secara nggak langsung, kita juga bantu eskul modelling nambah anggota.""Dengan make gue?""Bukan!! Elo mah sotoy!""Terus apaan?"Arga mengambil duduk di salah satu sofa. Dia sudah malas meladeni Kevin yang sedari tadi mengungkit soal Aileen. Cowok itu mengambil kameranya, membersihkan lensanya dengan hati-hati.Mengingat waktunya sekarang, bagi cowok itu mengajari junior-juniornya. Meski eskul fotografi pernah dip
Ruangan eskul modelling penuh riuh sore ini. Penyebabnya tidak lain adalah kedatangan ketua eskul fotografi. Meski bukan pertama kali datang ke sini, tetap saja Arga merasa risih. Dalam sekejap, cowok itu menjadi pusat perhatian para siswi yang sedang menggosip di bilik pemotretan. Mereka saling berbisik-bisik lalu melihat Arga. Mengedipkan sebelah mata atau melempar senyuman semanis mungkin. Dan yah, Arga tidak terpengaruh sama sekali. Ia tetap fokus memotret seorang siswi yang tengah berpose di depan background shoot berwarna kuning. "Berapa lama lagi sih?" tanya Arga, mendelik pada Kevin, cowok itu duduk di depan laptop yang telah terhubung dengan kameranya.
Tawa dan senyumnyu adalah hal yang kutunggu-tunggu.•••Penjelasan Aileen barusan berhasil menumbuhkan rasa sakit di kepala Arga. Membuat dirinya dilanda bimbang yang luar biasa. Di satu sisi, dia ingin memberitahu fakta ini pada Mery, sementara di sisi lain dia juga tidak mau membuat pacarnya itu sakit hati. Cukup sudah masalah dalam hubungan mereka. Untuk hari ini saja Arga ingin Mery tersenyum tanpa sedikit masalah pun.Maka dari itu, Arga mampir di salah satu warung tidak jauh dari sekolah. Berniat menenangkan diri dengan meminum secangkir coffe di sana. Ditambah lagi, Aileen memaksanya nebeng pulang. Mau tak mau Arga mengantarnya dengan malas-malasan.Sekali lagi, Arga merasa bersalah pada Mery. Maafin, aku ya, Ry, maaf. "Ini teh kopinya, Mas Kasep, mangga diminum."
Terlalu sayang itu boleh, tapi jangan berlebihan saat kamu sendiri belum memberikannya kepastian.•••Seorang cewek tengah misuh-misuh ketika melihat pemandangan di depannya. Alisnya bertautan tanda tidak suka. Mengintip dari balik pohon rindang seraya merenggut kesal satu persatu daun dari pohon itu.Ada setengah jam cewek itu berdiri, hanya untuk mengintip kebersamaan Arga dan Mery. Tidak puas? Ya, ia sangat tidak puas jika hanya melihatnya saja. Mungkin sebentar lagi akan keluar dan menghancurkan kebersamaan mereka.Namun harapan itu langsung pupus, saat lengannya mendadak ditarik, menghadap seseorang. Mata cewek itu menyipit."Lo?" "Sampai kapan kamu akan seperti ini Aileen? Ayo sekarang kita pulang, dan biarkan merek
Mimpi itu cuma bunga tidur, nggak memiliki kemungkinan besar mimpi itu menjadi nyata.-P a r a c e t a l o v e-•••Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Arga akhirnya memilih pulang. Arga melirik jam tangannya, pukul 21.30. Itu artinya Arga harus cepat-cepat mengantar Mery pulang. Sebab, batas waktu jalan-jalan mereka hanya sampai jam sepuluh malam. Cewek itu sendiri, sekarang bersandar nyaman di bahunya. Sesekali menggesekan hidung yang membuat belakang Arga terasa geli. "Kok ngendus-ngendus?" Tanya Arga. Dari kaca spion, dia melihat Mery cengengesan. "Ngantuk banget, pacar. Pengen tidur tapi takut jatuh," jawabnya.