"Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri.
"Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya.Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pandang melihatnya.Pria yang sibuk menyantap sebuah buah persik begitu lahapnya seperti menantang Qin Fan yang sedang kelaparan di sini, hingga Qin Fan hanya bisa menelan saliva-nya. Pria itu yang menanyai pria besar tersebut."Tempat busuk ini ternyata masih menyimpan barang yang berguna. Walaupun kumal, wajahnya tidak buruk." Kaki Qin Fan digoyangkan, membuat Qin Fan yang dalam posisi terbalik merasa pusing. "Tenaganya juga lumayan seperti anak seusianya, dia anak yang penuh energik. Dan yang lebih mengesankan, dia bukan anak yang penakut. Lihatlah mata merah tajamnya itu, dia terlihat seperti monster kecil." Pria besar itu menjelaskan secara terperinci tentangnya. Qin Fan tak tahu maksudnya pria itu."Menarik, padahal kita sengaja singgah di sini demi menghindar dari kejaran para Kultivator pemburu bandit. Sekarang kita menemukan sesuatu yang bagus." Senyum lebar mengembang di bibir pria satunya, yang sibuk menghitung uang di atas meja kecil, di tempat terbuka ini tanpa sedikit pun rasa takut dicuri."Itu aku yang menemukannya!" tegas pria besar tersebut.Pria yang sibuk menghitung uang itu mengibaskan satu tangannya tak ingin ambil pusing berdebat dengan pria besar tersebut. "Ya, baiklah, kau yang menemukannya.""Apa sih yang mereka bicarakan? Mereka membuat ku pusing. Ternyata masih ada orang yang lebih cerewet mulutnya dibandingkan kakek," dumel Qin Fan dalam batinnya tanpa rasa takut sedikit pun."Kurung dia dan pastikan dia tidak mati sampai besok," ujar pria yang sibuk membersihkan pedangnya tanpa sedikit menatap ke arah mereka."Lepaskan aku sialan!" berontak Qin Fan lagi. Kali ini ia lakukan agar ia tidak masuk ke dalam kurungan besar yang ia lihat sendiri, kurungan itu seperti penjara yang pernah dijabarkan paman Ruo 'nya."Ternyata bajingan kecil ini masih memiliki kemampuan berbicara dengan baik. Aku jadi bersemangat melihat mu ketakutan bocah.""Mulut mu bau busuk!" cibir Qin Fan tak tahan wajahnya didekatkan dengan mulut beraroma busuk pria besar tersebut."Kau pandai juga berbicara ya. Apa kau ingin mulut kecil mu itu kurobek?"Qin Fan menjulurkan lidahnya. Bukannya ia takut. Malahan ia sangat begitu berani menantangnya.Sampai pria itu merasa emosinya meluap, secara asal ia melempar tubuh Qin Fan masuk ke dalam kurungan besi yang sejak tadi terbuka.Brak!"Akhh! Shitt!" Qin Fan meringis merasakan tulang lengannya itu bergeser sedikit dari tabrakkan tubuhnya tepat mengenai besi kurungan. Ia meringkuk, menggeliat kesakitan di dalam. "Apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit?! Kau melukai seorang anak kecil!" protes Qin Fan sambil memegangi bahunya yang berdenyut nyeri dan terpampang kedua bola mata merahnya mendelik tajam ke arahnya."Melukai anak kecil itu malah pekerjaan kami." Pria tersebut menjawabnya dengan senyuman menjengkelkan seraya mengunci kurungan besi tersebut.Jika Qin Fan bukan anak kecil saya. Ia berpikir akan menghabisi pria besar itu saat ini juga. Tindakan yang pria besar itu lakukan padanya cukup membuatnya memendam sebuah dendam yang besar. "Akan kuhabisi kau!" umpatnya membatin penuh kebencian."Anak itu lumayan merepotkan, aku tadi hampir kehilangan batas kesabaranku." Mengambil duduk di samping seorang rekannya yang dikenalnya sebagai penggila uang. Pria besar itu membuat keluhannya."Kau harus lebih sabar lagi, To Mu.""Aku sudah bersabar selama ini. Dan kurasa baru kali ini kesabaranku teruji hanya dengan seorang anak laki-laki. Dia terlihat begitu berani dan yang paling membuatku jengkel saat menatapnya, mata merahnya itu yang seperti ingin menelanku hidup-hidup.""Dia anak kecil, bagaimana bisa dia menelanmu yang besar ini? Sadar To Mu, tubuh mu itu besar," ledek pria kurus yang doyan makan persik berada di bawah pohon, menyender dengan teramat santai, Han Yuze namanya.To Mu pria besar, memiliki bentuk tubuh yang tinggi, kekar, dan memiliki warna kulit yang gelap di antara kedua rekannya yang lain. Han Yuze si kurus dan Xiuhuan sang penggila uang dan dia dipercaya sebagai pemegang uang kelompok bandit ini. Sedangkan satu pria yang begitu sibuk dengan pedangnya itu bukan rekan mereka, dia Bos mereka yang terkenal dingin dan sulit untuk diajak bicara. Dia Wang Xuemin, Bos bandit yang tampilannya cukup membuat orang ketakutan hanya melihatnya saja. Wajahnya lebih menyeramkan dibandingkan To Mu. Dia memiliki bekas luka di bagian hidungnya, bekas dari pertarungan besarnya dengan seorang Kultivator hebat."Xiuhuan, simpan uang itu, sekarang kita akan bergerak pergi dari tempat ini. To Mu, perintahkan yang lainnya untuk bersiap-siap berangkat, dan kau Han Yuze, berhenti makan sekarang dan bergerak bantu To Mu memanggil yang lain." Wang Xuemin beranjak dari duduknya, memerintah mereka bertiga untuk segera pergi dari tempat ini."Bos, kenapa secepat ini?" To Mu bertanya penasaran."Aku merasakan tempat ini tidak akan aman lagi untuk kita," ujarnya sesaat, lalu berlalu begitu saja meninggalkan mereka.Mereka bertiga saling lempar tatap kebingungan dan kemudian mereka saling menggeleng kepala sama-sama tak tahu dengan pemikiran Bos mereka yang tak terduga-duga."Teman-teman sebaiknya kita segera bergerak. Jangan sampai kita membuat Bos mengamuk lagi." To Mu menyarankan, mereka semua mengangguk lalu pergi sama-sama melakukan apa yang ditugaskan Bos mereka, Wang Xuemin.Pergerakkan mereka cepat untuk pergi dari tempat ini. Ruo Xuan sampai tak sempat menyusul mereka, bukan karena tempat mereka jaraknya jauh, tetapi saat akan ke sana ia berkali-kali terjebak ke dalam perangkap yang sepertinya sengaja mereka buat. Ruo Xuan tak terlalu memperhatikan perangkap tersebut karena tertutup daun-daun kering dan ranting-ranting pohon, sampai itu menjatuhkannya ke dalam lubang buatan yang cukup merepotkan untuknya naik ke atas kembali.Dan ketika berhasil naik. Ruo Xuan terperanjat karena tempat ini sudah sepi dan tak ada para bandit itu lagi di sini."Mereka di mana?!" Ruo Xuan berteriak emosi. Sudah terperangkap, kini ia tak melihat para bandit itu di sini. Rasanya kekesalannya memuncak. Karena yang perlu ia pikirkan adalah, keadaan Qin Fan anak laki-laki yang sudah ia anggap putranya sendiri berada di tangan para bandit itu. "TIDAAK! KEBALIKAN QIN FAN BRENGSEK!" Teriakan Ruo Xuan sangat memekik sampai kedengaran Qin Fan yang berada di kurungan para bandit yang sudah berada cukup jauh dari tempat kumuh tersebut."Paman?" Qin Fan mendengar suara Ruo Xuan seketika duduk memegangi jeruji besi kurungan tersebut dan berteriak, "PAMAN AKU DI SINI!"Sayang teriakan Qin Fan itu tak terdengar karena Wang Xuemin sudah memasang penghalang suara di kurungan besi yang menghalangi suaranya terdengar keluar. Sedangkan Qin Fan sendiri mendengar suara yang berada di luar, sehingga tak mengherankan Qin Fan dapat mendengar suara Ruo Xuan."Ooh, ternyata tempat itu, tempatnya partai pengemis." To Mu mengangguk-angguk mengerti, setelah mendengar penjelasan dari Bos-nya, ia langsung paham penyebab Bos-nya menyuruh mereka cepat pergi. Partai pengemis itu ... cukup berbahaya bagi mereka.Bersambung ..."Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya."Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semanga
"Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur
Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam
"Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa
"Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya
Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya. Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya. Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!" Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao. "Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam b
Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah. Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit. Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya. "Ada apa Tuan?" Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya me
"Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok