Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya.
Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya.Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!"Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao."Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam batin, tentu Ratu Meng Yao tidak akan mengalihkan pandangan ke belakang demi keselamatannya dan kedua orang terpenting di hidupnya yang kini bersamanya.Panglima Zhao Yan mendengus gusar. "Wanita keras kepala," gumamnya memandang dingin Ratu Meng Yao yang cukup jauh jaraknya darinya. Sampai kegelapan malam seperti menelan wanita itu, ketika disadari Panglima Zhao Yan, wanita tersebut sudah memasuki kawasan hutan terlarang. Panglima Zhao Yan menghentikan laju kudanya."Berhenti!" Ia mengangkat satu tangannya, menghentikan para prajurit di belakangnya yang akan mengejar Ratu Meng Yao juga. "Kita berbalik," perintahnya sembari mengatur kudanya berbalik."Tapi panglima Zhao, bagaimana dengan Pangeran ... ""Apa kau ingin membatahku?" Pancaran mata dinginnya dan suara tegasnya membisukan prajurit yang berusaha menanyakan keraguannya. Siapapun, pasti takkan ada yang berani membantahnya.Mereka semua menurut, meninggalkan tempat di mana Ratu Meng Yao yang membawa lari Pangeran kecil yang merupakan putranya sendiri, bersama pelayan setianya meninggalkan istana.Di dalam hutan yang teramat gelap. Ratu Meng Yao dapat bernapas lega. Karena merasakan hutan ini akan aman untuk mereka yang dalam pengejaran.Ketika memasuki hutan lebih dalam lagi. Ratu Meng Yao memilih untuk berhenti dan turun dengan hati-hati dari kudanya. Wanita bernetra merah tajam itu memutuskan untuk beristirahat, menyandarkan dirinya di bawah pohon setelah dipastikan lebih dahulu keamanan tempat ini.Yi Wen pelayan setianya yang menggendong bayi kecilnya ikutan turun bersamanya."Kemari, berikan putraku padaku." Ia menjulurkan kedua tangannya untuk menerima buah hati kecilnya ke tangannya.Yi Wen memberikannya dengan hati-hati.Melihat bayi kecilnya yang tertidur pulas di tengah keadaan genting seperti ini, membuat kerisauan di hatinya perlahan menghilang. "Dilihat dari mana pun, wajah tampan Pangeran kecil Ibu tidak pernah membosankan. Padahal kamu masih bayi. Tapi wajah tampan kamu sudah terlihat saja, manisnya~ " Ia mengusap hidung kecil bayi mungilnya, gemas.Yi Wen berdiri menatapnya terharu. "Seandainya bulan purnama merah tidak terjadi di malam ini. Kebahagiaan Ratu pasti akan berlipat ganda," batinnya."Yi Wen, jika semisalnya aku tidak bertahan, tolong bawa putraku ke suatu tempat yang bisa membuatnya berkembang. Aku ingin dia menjadi seseorang yang hebat dan memiliki nama besar nantinya."Yi Wen tersentak. Perkataan Ratu-nya membuat hati kecilnya tertikam dan itu terasa menyakitkan. Sampai tak kuasa, air matanya terjatuh."Apa yang Anda katakan Yang Mulia? Tolong jangan katakan itu, Anda harus bertahan demi Pangeran. Apa Anda lupa perkataan Anda yang pernah Anda katakan saat Pangeran masih di dalam kandungan. Anda akan menjadi ibu yang baik untuk Pangeran dan membuatnya merasa puas dengan kasih sayang yang Anda berikan." Yi Wen mengusap air mata yang mengalir deras membasahi pipinya dengan kasar. "Anda tidak ingin 'kan nasib yang sama diterima Pangeran? Hiks ... Anda tidak ingin 'kan Pangeran merasakan kehidupan yang keras seperti Anda? Yang Mulia, tolong ingat itu. Jangan berikan luka yang sama kepada Pangeran. Hiks ... hiks ... "Yi Wen menjatuhkan lututnya, ia menangis terisak sambil bersujud di hadapan Ratu kebanggaannya. Ratu yang kuat dan sangat hebat di matanya. Bukan hanya ia saja, bahkan seluruh Kerajaan ini mengakuinya, Ratu Meng Yao adalah Ratu terbaik dari banyaknya Ratu yang ada.Tes! Tes! Tes!"Hujan," gumam pelan Ratu Meng Yao menatap ke atas langit malam yang tertutup rimbunnya daun.Tetesan hujan mengenai wajahnya lewat sela-sela daun rimbun pohon besar yang disandarinya. Ia merasakannya, rasanya begitu sejuk. Tapi ketika melihat putra kecilnya yang menjadi terbangun menghisap ibu jari tangannya di dalam mulutnya. Ratu Meng Yao segera mendekapnya untuk melindunginya dari tetesan hujan.Karena ibu jari tangannya ditarik dari mulutnya. Bayi kecil itu menjadi menangis sejadi-jadinya.Yi Wen mendengarnya, melihatnya apa yang terjadi. Ia semulanya penasaran kenapa Pangeran bisa menangis sekuat itu, menjadi dibuat tertegun sendiri ketika melihat darah keluar dari hidung Ratu Meng Yao dengan matanya yang dapat melihat dengan jelas meskipun di dalam kegelapan malam."Ratu ... " Air mata Yi Wen mengalir deras. Dan tanpa terasa hujan rintik-rintik mulai turun begitu derasnya ke tanah mengenainya juga.Tangan Ratu Meng Yao menarik paksa kalung liontin yang melingkari leher putihnya, kalung perak berbentuk burung phoenix yang terlihat ada permata kecil berwarna merah di bagian matanya, seperti mata milik Ratu Meng Yao dan Pangeran kecil.Ia memakaikannya di leher bayi kecilnya tapi tak terlihat saat dikenakannya, kemudian itu dengan susah-paya telunjuk tangannya yang terlihat gemetar menyentuh kening bayi kecilnya, hingga keluar dari telunjuk tangannya bulatan sinar merah yang teramat terang mulai berpindah ke kening sang bayi.Terlihat simbol api di kening bayi kecilnya kemudian menghilang setelah jari telunjuk Ratu Meng Yao tak menyentuhnya. "Ibu berikan penjaga untuk menjaga mu. Maafkan Ibu sayang, hanya ini saja yang bisa ibu lakukan."Kemudian Ratu Meng Yao beralih menatap teduh Yi Wen."Yi Wen ... berjanjilah padaku, jangan biarkan putraku bertemu dengan Baginda Raja sebelum dia kuat dan berkuasa ... " Suara pelan penuh kesusah-payaan itu berusaha dikatakannya sampai saat suaranya menghilang, matanya mulai terpejam dan perlahan seluruh tubuhnya tak bergerak kembali.Oeeckk! Oeeckk! Oeeckk!Tangisan bayi mungil di dalam dekapan sang Ratu terdengar begitu keras, seperti menandakan kesedihan mendalamnya atas kepergian ibunya.Yi Wen menatapnya begitu sedih lalu kemudian ia mengambil bayi dalam dekapan Ratu yang tengah menangis, ke dalam gendongannya.Sebelum membawa pangeran kecil Qin pergi dengan menunggang kuda, Yi Wen menatap Ratu Meng Yao terlebih dahulu. "Sampai akhir, kenapa nasib Anda selalu begini, Yang Mulia Ratu?"---Raja Qin Haoyu yang tengah berada di kamarnya menjadi berjalan bolak-balik merasa gelisah. Saat mendengar Panglima Zhao Yan menyampaikan pesan, bahwa sang Ratu memasuki hutan terlarang, rasanya kekhawatiran begitu memuncak. Istri tercintanya ... sekarang bagaimana keadaannya?Berbeda dari tempat itu, kerasnya tiupan angin, diiringi suara tangis seorang bayi laki-laki terdengar di suatu gubuk. Sampai seorang pria muda yang melewati gubuk reyot dan terlihat rapuh hampir ambruk itu meninggalkan kayu bakar yang sedang dibawanya begitu saja, ia berlari mencari sumber suara bayi yang ia dengar.Oeeckk! Oeeckk! Oeeckk!Pria itu berlari segera membawanya dengan mendekapnya berusaha untuk melindunginya dari tetesan air hujan yang mulai turun sangat deras agar tak mengenainya.Tanpa pria itu sadari, terdapat seseorang yang tengah mengamatinya membawa bayi laki-laki tersebut, dari balik gubuk reyot yang hampir hancur."Pangeran, aku akan pergi dan aku kembali di saat kamu sudah menjadi kuat."Sosok dalam kegelapan itu menghilang dalam sekejap.Sementara itu, kini bayi kecil itu dibawa pria muda tersebut ke suatu tempat tinggalnya yang terlihat seperti gudang yang dipenuhi tumpukan jerami, bersama orang-orang yang sama sepertinya, mereka terlihat berpakaian lusuh dan tampilan mereka begitu sangat tak terawat."Apa yang kau bawa itu, Ruo Xuan?" Pria yang tampak paling tua di sini menghampirinya setiba ia sampai.Shanyuan pria tua yang terlihat bertubuh bungkuk sampai jalan saja ia menggunakan bantuan tongkat kayu.Yang lain, para pria yang ada di sini, tadinya tengah berbincang-bincang bersama menjadi mengalihkan pandangan ke arahnya."Seorang bayi laki-laki? Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Shanyuan selidik."Aku menemukannya di gubuk reyot, di dekat gunung saat aku mencari kayu bakar," jawabnya jujur."Kenapa kau membawa beban ke sini? Tempat ini bukan tempat penampungan anak, seharusnya kau buang saja bayi itu, bukan malah kau membawanya ke sini!" Yu Zixin pria yang memiliki wajah angkuh menyambarnya bicara dengan nada ketus terdengar apa yang dikatakannya begitu tak menyenangkan.Ruo Xuan membalasnya balik, tak bisa tinggal diam kali ini saat mendengar ucapan Yu Zixin yang selalu saja menentangnya, "Aku tidak setega itu! Di tengah hujan badai membuang bayi kecil tak berdosa ini setelah dia sendiri dibuang. Itu sudah tindakan yang sangat keterlaluan. Kita di sini orang-orang terbuang juga, untuk apa kita bertindak seperti itu? Seharusnya kita juga dapat merasakan, bagaimana rasanya dibuang itu dan seharusnya tidak bertindak seperti orang-orang yang membuang kita."Ruo Xuan merendahkan bicaranya saat menatap Shanyuan. "Maaf. Shanyuan, aku tahu tindakan ku ini akan membebani hidup kita kelak. Tapi, aku tidak bisa membiarkan bayi kecil ini begitu saja di luar."Pria tua itu menghela napasnya. Melihat bayi yang dibawa Ruo Xuan tampak tersenyum saat ia menatapnya. Hati kerasnya, mendadak melunak. Ia yang tak pernah merasakan perasaan ini menjadi merasa aneh. Sampai-sampai senyum yang tak pernah ia tunjukkan setelah sekian lama diperlihatkan.Ruo Xuan terkesima melihatnya. Shanyuan sang pimpinan mereka tengah tersenyum? Ini sesuatu yang langkah dan mengejutkan.Tangannya terangkat rendah menyentuh kepala kecil sang bayi. Bayi mungil itu tersenyum lebar menunjukkan wajah manisnya yang memikat siapapun yang melihatnya tak terkecuali Shanyuan dan Ruo Xuan yang menggendongnya."Siapa namanya?" Shanyuan bertanya mengangkat sedikit wajahnya menatap Ruo Xuan."Qin Fan, namanya Qin Fan!" jawab spontan Ruo Xuan. Mendadak nama itu terbesit dalam pikirannya. Tak ada yang spesial kecuali nama depannya 'Qin', Ruo Xuan mengingat sosok Raja sangat ia kagumi, itu Raja Qin Haoyu, Raja kuat dan sangat bijaksana. Nyawanya dulu pernah diselamatkan olehnya, sampai kini, ia masih mengingat jasanya dan jika suatu hari ia bertemu dengannya kembali. Ruo Xuan akan rela memberikan nyawanya untuk pria tersebut sebagai balas budi atas pertolongannya.Shanyuan menunjukkan wajah tak senangnya mendengar nama tersebut. "Sampai nama bayi ini kau namakan dengan nama depannya?" Ia tahu Ruo Xuan begitu mengagumi Raja Qin Haoyu. "Kau terlalu berlebihan mengaguminya Ruo Xuan. Dia mungkin tidak akan mengingat mu. Kau harus sadar yang ditolong saat itu bukan hanya kau saja." Shanyuan bergeleng-geleng kepala sembari ia membalikkan tubuh, berjalan kembali ke tempat biasa ia beristirahat, sama seperti dengan yang lain, ia tidur di atas tumpukan jerami."Aku tahu, tetap saja dia penolong ku! Jika tanpanya, mungkin aku tidak akan bisa hidup bersama kalian di sini."Shanyuan menghentikan langkahnya sejenak ketika mendengar suara tegas Ruo Xuan. Sebelum akan lanjut kembali melangkah, ia membatin, "Kau terlalu naif Ruo Xuan. Raja yang kau lihat baik, belum tentu dia sebaik itu. Jika dia baik, kenapa dia menikahi putri seorang pengkhianat?"---Di tengah cuaca buruk yang melanda. Dalam tempat berbeda dan waktu yang berlangsung hampir bersamaan. Para prajurit istana dikerahkan langsung oleh Panglima Zhao Yan untuk mencari Pangeran kecil secara langsung ke seluruh tempat, ke rumah-rumah warga kota maupun desa di kawasan Kerajaan Qin. Hidup ataupun mati Pangeran Qin harus ditemukan. Sampai banyak prajurit membunuh asal bayi-bayi para warga yang tak bersalah.Seperti terjadi pada pasangan muda yang baru saja dikaruniai seorang bayi laki-laki.BRAKK!Seorang pria yang berada di rumah, tengah duduk tersentak tatkala pintu rumahnya didobrak dengan kasarnya tanpa ia ketahui apa sebabnya."Tuan, ada gerangan apa Anda bertamu di rumah saya?"Sikap ramahnya menyambut seseorang yang datang dengan cara tak sopan ke rumahnya itu tak menyangka akan dibalas dengan pukulan di wajahnya, secara spontan hal itu membuatnya jatuh tersungkur di lantai.Ia memegangi wajahnya yang terasa panas dan berdenyut. Kedua matanya menjadi terpasang tajam, merasa kesal. "Apa maksud Anda menampar saya?"Pria berzirah perang itu menatapnya begitu nyalang sembari ia berjongkok, menarik baju pria yang dibuatnya tersungkur itu dan berkata, "Apa kau menyembunyikan, Pangeran Qin?""Apa maksud Anda?" bingungnya."Di mana Pangeran Qin?!" Prajurit itu berteriak. Ya, pria itu seorang prajurit dan ia diperintahkan secara langsung untuk memasuki rumah-rumah warga mencari Pangeran Qin yang dibawa kabur Ratu Meng dan pelayannya.Karena teriakannya sangat keras itu. Suara tangis bayi terdengar. Tampak juga seorang wanita yang membawa bayinya yang menangis, begitu menatap terkejut ke arah suaminya yang tersungkur di lantai rumahnya."Apa yang terjadi?"Prajurit yang melihat wanita muda yang tengah menggendong bayinya, ia berdiri dan berjalan ke arah wanita itu."Lari Xiu Ying!" teriak pria itu ketika prajurit yang menghajarnya mendekati istrinya. Ia berteriak karena merasakan ancaman dari pria tersebut setelah menyinggung soal Pangeran Qin. Jelas, pasti Pangeran Qin telah lahir dan kini nyawanya menjadi incaran banyak orang.Namun terlambat. Sudah lebih cepat prajurit itu mengambil bayinya dari istrinya.Istrinya terkejut. Dia mengejar prajurit yang membawa bayi laki-laki'nya itu sambil menangis penuh permohonan. "Tolong kembalikan bayiku ... kumohon, Tuan. Tolong kembalikan ... Aaaa! Tidaaak! Bayiku ... !" teriaknya histeris.Bukannya dikembalikan, prajurit tak tahu dosa itu dengan bengisnya membunuh seorang bayi laki-laki yang baru seminggu ini lahir di depan orang tuanya.Wanita yang merupakan ibu sang bayi tengah berlutut memeluk bayinya yang sudah tak bernyawa lagi ditemani sang suami yang terlihat menatap kosong bayinya terlihat tak berdaya, apalagi ia melihat seluruh tubuh bayinya dipenuhi darah dari luka tusuk pedang tajam prajurit istana yang memasuki rumahnya tanpa permisi.Betapa hancurnya hatinya saat ini. Lututnya seketika terjatuh lemas tak kuasa melihat bayinya yang sudah tak bernyawa lagi di depannya."Aku bersumpah, jika Pangeran Qin masih hidup, dia tidak akan menerima kebahagiaan!" teriak wanita itu terdengar terisak menyumpahi Pangeran Qin yang ia yakini menjadi penyebab kematian bayinya.Sang suami menarik bahunya menyandarkannya di dadanya. Begitu sedih melihat betapa hancur dan putus asanya istrinya tersebut. Dalam benaknya, ia juga merasa marah. Ia bersumpah dalam batinnya dengan menunjukkan pancaran kemarahan yang besar, walaupun hujan tengah turun begitu derasnya. "Tunggu pembalasanku. Akan kubalas semua rasa sakitnya kehilangan, prajurit sialan!"Bersambung ...Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah. Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit. Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya. "Ada apa Tuan?" Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya me
"Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok
"Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri. "Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya. Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pand
"Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya."Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semanga
"Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur
Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam
"Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa
"Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya