Share

5-Pasar Budak

Author: Suheri
last update Last Updated: 2023-10-01 11:07:58

"Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya.

Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.

Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.

Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya.

"Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semangatnya di matanya yang meredup sayup.

Ctaarrr!

"Hei! Perhatikan langkah mu! Apa kamu sudah idiot budak sialan?!"

Menajamkan indra pendengarannya. Qin Fan mendengar suara pecutan cambuk tepat mengenai kulit seseorang. "Itu pasti rasanya sangat sakit," gumamnya. Qin Fan yang tak dicambuk saja dapat merasakan betapa perih dan panasnya cambukan itu mengenai kulit.

Ia pernah dipukul atas hukuman kenakalannya dengan menggunakan kayu. Itu saja sudah cukup sakit. Apalagi cambuk yang dikerahkan dengan tenaga besar. Membayangkannya, Qin Fan merasa tak kuasa.

Matanya yang ia pejamkan membuatnya tak bisa melihat saat ini ia berada di mana. Segala jenis suara menyakitkan telinganya dapat ia dengar. Kebanyakan suara yang memenuhi telinganya adalah, suara tangis penuh permohonan dari orang-orang di sini.

Qin Fan sebenarnya merasa penasaran. Ia ingin membuka matanya, ingin melihat dengan jelas, tempat seperti apa yang kini ia masuki. Tapi, hatinya mengatakan, sebaiknya ia pejamkan matanya saja.

"Wow, wow, aku tidak menyangka akan melihat kalian lagi di sini." Seseorang menyambut mereka dengan sindiran.

"Apa kami harus senang mendengarnya, Tuan Zimo?" Han Yuze membalasnya begitu sinis.

Lian Zimo merupakan salah seorang yang berkuasa di tempat ini. Tempat yang dikenal dengan pasar budak. Di tempat ini juga terjadi transaksi gelap. Kebanyakan tindakan tak manusiawi terjadi di tempat ini. Dari hasil penjarahan, biasa dibawa ke tempat ini untuk diperjual-belikan. Terkhususnya anak-anak yang tak berdosa menjadi korban jual-beli dalam pelelangan seperti halnya sebuah barang.

"Tentu saja tidak, aku hanya merasa takjub dan heran melihat kalian bisa lolos dari pengejaran pemburu Bandit. Tidak salah kan aku berkata seperti itu? Lagian tak hanya aku saja yang akan seperti ini bila melihat kalian, siapapun mereka yang mengenal kalian, pasti akan sama seperti ku."

Pintar sekali bicara. Mereka semua sama-sama menunjukkan wajah tak senang terhadap pria tersebut. Apalagi melihatnya yang selalu menggunakan topeng berbentuk monyet. Rasanya mereka ingin menghancurkan topeng itu dan menonjok wajahnya yang tak pernah ditunjukkannya.

Wajah Lian Zimo sangat misterius. Siapapun tak pernah berhasil melihat wajah pria yang pintar sekali bicara itu. Sekalipun dia itu penguasa tempat ini.

"Beri kami jalan! Ada bocah menarik yang bisa memanaskan pelelangan hari ini," ujar ketus To Mu pada pria tersebut.

"Begitu ya? Aku akan melihatnya." Dia berjalan mencari bocah yang dikatakan To Mu.

Seperti biasanya, rasa penasarannya itu selalu membuat mereka berempat merasa kesal, termasuk Wang Xuemin Bos Bandit tersebut.

Byuurr!

"Apa yang kau lakukan sialan?!" To Mu berteriak marah melihat tindakan asal Lian Zimo pada anak laki-laki di dalam kurungan tersebut, begitu santainya menyiram air yang ntah didapatkan dari mana sampai membuat tubuh anak laki-laki tersebut basah kuyup.

"Si sialan ini, dari mana datangnya lagi?" Qin Fan membatin geram. Anak laki-laki itu sampai membuka matanya dan duduk dengan mata merahnya yang terpasang tajam.

"Anak ini ingin menipuku, dia pura-pura seakan pingsan ternyata dia masih sadar!" Lian Zimo menunjuk Qin Fan yang hanya diam mendelikkan matanya.

"Sejak tadi dia tidak pingsan, dia hanya memejamkan mata," ujar Wang Xuemin seakan-akan membela Qin Fan yang tak ada sama sekali membuka suara. Tapi yang dikatakan Wang Xuemin cukup mengejutkan Qin Fan karena apa yang dikatakannya itu memang kebenaran.

"Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia juga menyadari aku memejamkan mata karena sesuatu?" pikir Qin Fan merasa tak tenang.

"HAHAHA!" Pria itu tertawa terbahak mengherankan semua orang di sini. Termasuk keempat para bandit gunung itu, Wang Xuemin, To Mu, Han Yuze dan Xiuhuan, serta Qin Fan yang berada dekat dengan pria bertopeng monyet itu.

"Apa yang kau tertawakan?" ucap To Mu tak senang.

"Ah... haha ... aku merasa ini sesuatu yang langkah bagi Bos Bandit Wang yang terhormat membela bocah yang akan dijualnya sendiri. Benar 'kan, itu aneh sekali?" Ia memiringkan kepalanya ke arah pria besar, To Mu.

Mereka tahu betul bagaimana liciknya pemikiran Lian Zimo. Pria itu hanya dengan kata-katanya saja bisa begitu mudah menjatuhkan lawan bicaranya. Dan jangan ditanya lagi berapa seringnya mereka merasakan harga diri mereka jatuh di hadapan pria misterius tersebut.

"Bisakah kau berhenti menganggu kami?" To Mu berkata datar.

Lian Zimo mulai merasakan hawa tak nyaman dari mereka, seketika memundurkan langkah, ia beralasan untuk pergi tanpa menimbulkan kemarahan mereka, "Sepertinya waktu pelelangan akan segera berlangsung. Aku harus segera pergi! Tuan-tuan bandit, sampai ketemu lagi!"

Saat terlihat cukup jauh, Lian Zimo membalikkan tubuh sebentar untuk melihat anak laki-laki yang berada di dalam kurungan. "Mata merah itu ... apa dia berasal dari tempat itu?"

"Dia selalu mengesalkan seperti biasanya, rasanya aku ingin menebas kepalanya," kata To Mu tanpa menyembunyikan kekesalannya.

Suara Wang Xuemin dingin saat berkata, "Sebaiknya kita segera bertemu dengan Tuan Pemilik untuk transaksi ini."

Mereka berempat bersamaan dengan anggota bandit lainnya yang membawa kurungan besi Qin Fan dikurung memasuki suatu ruangan seperti yang dilihat Qin Fan, tempat itu begitu mirip dengan tempat tinggalnya di tempat kumuhnya. Namun bedanya, tak ada tumpukan jerami di tempat itu, melainkan terlihat banyaknya kurungan yang mengurung anak-anak sepertinya.

"Apa mereka sama seperti ku, terjebak juga?" Qin Fan berpikir seperti itu terhadap mereka, sepertinya yang ceroboh memasuki tenda bandit yang jelas-jelas itu berbahaya.

Kurungan Qin Fan diletakkan di antara kurungan yang lainnya, yang terlihat di dalamnya ada beberapa anak kebanyakan tubuh mereka dirantai, dari kaki, tangan dan leher. Kondisi mereka juga tak jauh lebih baik darinya. Meski tubuhnya kurus, tapi tubuh mereka juga tak jauh lebih kurus darinya. Dan lebih memiriskannya, ada lebam-lebam di tubuh mereka seperti dari tindakan kekerasan yang didapatkan dari orang yang membawa mereka ke sini.

Bibir Qin Fan terangkat miring merasa perih sendiri melihatnya. "Tempat ini tidak wajar."

"Ternyata kau menyadarinya, aku berpikir juga demikian." Qin Fan memutar kepalanya ke samping. Ia mendapati seorang anak laki-laki yang terlihat seusianya tengah duduk bersila dan matanya terlihat terpejam, seperti tengah fokus bersemedi. Tapi yang membuat Qin Fan heran, bagaimana bisa anak laki-laki itu mendengarnya bicara padahal ia berbicara sangat pelan dan memungkinkan siapapun tak ada mendengarnya?

Matanya perlahan terbuka. Memperlihatkan mata coklatnya yang indah. Kemudian ia menatap ke samping Qin Fan yang bengong menatapnya. "Apa kau sama seperti ku, terjebak?"

Qin Fan mengangguk.

"Aku kesal yang menjebak ku paman ku sendiri. Seharusnya aku tidak mempercayainya setelah tahu bagaimana sikapnya dia terhadapku. Harusnya aku sadar, jika ada sesuatu dari tindakan baiknya padaku. Hais~ bodohnya aku." Anak laki-laki itu menyandarkan tubuhnya di jeruji besi dengan kedua tangan ia lipat ke atas sebagai bantalan sandarannya.

Senyum Qin Fan mengecut mendengar penuturan anak laki-laki itu. Paman ya ... sepertinya akibat ia terjebak di sini karena paman-nya juga. Paman Ruo 'nya pernah berkata padanya, bahwasanya paman Yu itu sejak lama tak menyukai keberadaannya. Namun, Qin Fan tetap percaya pada paman Yu.

"Sebenarnya mudah saja aku keluar dari sini, tapi aku juga menyadari, kalau aku keluar, di mana aku tinggal? Menjadi budak, sepertinya tidak buruk juga."

"Budak itu apa?" tanya Qin Fan penasaran.

"Apa kau tidak tahu?" Anak itu terkejut mendengarnya.

Qin Fan menggeleng.

"Sepertinya dia anak polos dari desa terpencil," gumam anak laki-laki tersebut, kemudian ia berkata menjelaskannya pada Qin Fan, "Budak itu semacam bawahan, tapi posisinya sangat rendah. Jika kau tahu bawahan, pikirkan saja seperti itu."

"Bukankah kedengarannya buruk? Hidup mu pasti akan dibawah mereka."

"Kau tidak salah, tapi menurut ku, jauh lebih baik menjadi budak ketimbang menjadi anak yang kehadirannya tidak dilihat. Budak kan sangat diinginkan kehadirannya," kata anak tersebut, tersenyum kecil namun di matanya menunjukkan secercah kesedihan.

Qin Fan diam. Lalu sesaat kemudian ia berkata, "Paman ku pernah mengatakan, 'jangan hidup dibawah orang. Hiduplah dengan bebas sendiri, sampai kamu bisa melihat betapa luasnya dunia ini.' Aku dulu bingung apa yang dikatakan pamanku, tapi sekarang aku mengerti maksudnya. Hidup dibawah kekangan orang, tidak akan seenak itu. Kau tidak akan pernah merasakan kebebasan dari hidupmu."

Anak laki-laki tersebut tertegun dengan apa yang dikatakan Qin Fan. Saat hatinya mengatakan menyerah, kemudian anak asing baru datang ke tempat ini mengatakan sesuatu yang membangkitkan dirinya. Ia baru menyadari, bahwa waktunya di sini, sepertinya tak lama lagi, dan sepertinya cap budak itu akan didapatkannya.

"Jangan menyerah, pasti ada solusi untuk kita bisa melarikan diri dari sini," kata Qin Fan menunjukkan semangat besar yang membara.

"Kau benar, tapi kau juga salah," ujarnya tersenyum miris. "Tempat ini seperti penjara, meloloskan diri dari sini, sama saja mendekatkan diri pada kematian. Dan lagi ... mustahil membuka kurungan ... eh?!"

"Anu ... sepertinya gemboknya mudah dilepas." Qin Fan tersenyum canggung menatap anak laki-laki tersebut yang menjadi melongo lebar melihat satu tangan Qin Fan yang memegang gembok kurungannya sendiri.

"Se-sebenarnya kau siapa?"

Bersambung ...

Related chapters

  • Pangeran Terbuang Qin   6-Tuan Muda Zhang

    "Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur

    Last Updated : 2023-10-11
  • Pangeran Terbuang Qin   7-Alam Bawah Sadar

    Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam

    Last Updated : 2023-10-15
  • Pangeran Terbuang Qin   8-Plakat Kayu

    "Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa

    Last Updated : 2023-11-25
  • Pangeran Terbuang Qin   9-Hukuman yang Menyadarkan

    "Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya

    Last Updated : 2023-11-27
  • Pangeran Terbuang Qin   1-Sumpah Kepedihan

    Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya. Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya. Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!" Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao. "Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam b

    Last Updated : 2023-10-01
  • Pangeran Terbuang Qin   2-Anak Pembangkang

    Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah. Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit. Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya. "Ada apa Tuan?" Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya me

    Last Updated : 2023-10-01
  • Pangeran Terbuang Qin   3-Jebakan Keserakahan

    "Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok

    Last Updated : 2023-10-01
  • Pangeran Terbuang Qin   4-Terperangkap

    "Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri. "Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya. Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pand

    Last Updated : 2023-10-01

Latest chapter

  • Pangeran Terbuang Qin   9-Hukuman yang Menyadarkan

    "Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya

  • Pangeran Terbuang Qin   8-Plakat Kayu

    "Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa

  • Pangeran Terbuang Qin   7-Alam Bawah Sadar

    Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam

  • Pangeran Terbuang Qin   6-Tuan Muda Zhang

    "Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur

  • Pangeran Terbuang Qin   5-Pasar Budak

    "Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya."Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semanga

  • Pangeran Terbuang Qin   4-Terperangkap

    "Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri. "Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya. Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pand

  • Pangeran Terbuang Qin   3-Jebakan Keserakahan

    "Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok

  • Pangeran Terbuang Qin   2-Anak Pembangkang

    Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah. Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit. Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya. "Ada apa Tuan?" Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya me

  • Pangeran Terbuang Qin   1-Sumpah Kepedihan

    Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya. Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya. Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!" Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao. "Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam b

DMCA.com Protection Status