Beranda / Fantasi / Pangeran Terbuang Qin / 2-Anak Pembangkang

Share

2-Anak Pembangkang

Penulis: Suheri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah.

Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit.

Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya.

"Ada apa Tuan?"

Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya.

Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya memang tidak terlalu penting, tapi bagi saya itu berguna untuk stok makan saya selama sebulan."

"Jadi begitu." Pria tua itu mengangguk-angguk mengerti. "Tunggu di sini dulu, saya akan bantu mencarinya."

Ia membungkuk menunjukkan sikap sopannya. "Terimakasih, maaf merepotkan."

"Tidak masalah." Pria tua itu tersenyum tipis sambil berbalik melangkah pergi.

Saat ia berada di dekat pohon besar dan paling rimbun dedaunan di tempat ini. Ia berteriak lantang, "Qin Fan! Di mana kau bocah?!"

"Berisik!" desis seorang anak laki-laki di atas pohon.

"Qin Fan! Kau mencuri lagi?!" Mata pria tua itu melebar melihat seorang anak laki-laki yang menangkring di dahan pohon sambil memegangi sebuah benda yang sudah jelas ditebak pria tua itu, Shanyuan. Bahwa itu benda seorang Pendekar yang hilang.

"Jika aku tidak mencuri, bagaimana bisa aku makan? Aku hanya ingin makan. Kakek terlalu banyak melarang, lama-kelamaan aku yang bisa mati kelaparan dengan larangan kakek. Apa kakek ingin kumakan?"

"Jangan gila!" Ia berseru, "Cepat turun kamu anak nakal! Jangan sampai aku memanggil Ruo Xuan untuk menghukum mu!" ancam Shanyuan.

"Kakek! Aku lapar! Apa kau tidak bisa sekali saja memahami ku?!" ujarnya lantang.

"Bukan hanya kamu saja yang lapar di sini! Diamlah, jangan banyak mengeluh, dan kemarilah turun ke sini!"

"Apa kakek kira aku bodoh?" Qin Fan tersenyum miring, hampir tertawa sampai ia bergeleng-geleng kepala. "Kau akan menghukum ku jika aku turun, dan aku juga tidak ingin mengembalikan sesuatu yang sudah kudapatkan."

"Hais, Qin Fan, apa Yu Zixin mengotori otak mu lagi?" Shanyuan mendesah pelan, ia berpikir itu perbuatan buruk Yu Zixin yang mempengaruhi otak anak kecil itu. Siapa lagi yang memiliki tindakan buruk di sini selain pria itu. "Berhenti mengikuti ajaran buruknya. Ruo Fan akan marah saat tahu kamu begini."

Qin Fan menyahut, "Apa pedulinya dia? Dia hanya tahu menghukum dan bicara saja. Dia tidak mengerti betapa sulitnya aku menahan rasa lapar."

Duagh!

Sebuah batu krikil mendarat tepat di kepalanya. Qin Fan mengelus kepalanya dengan gerutuan kecil, "Auh~ sakit tahu."

"Apa yang kau katakan tadi mengenai ku?"

Qin Fan terperanjat kaget hampir ia terjatuh dari pohon yang ditangkringinya. Saat mendongak, ia melihat Ruo Xuan berada di atasnya. Betapa terkejutnya ia melihatnya. "A-anu ... sejak kapan Paman di situ?" tanyanya gugup.

Pria berkumis tipis itu memainkan ilalang di telinganya. Dalam posisi duduk meluruskan kaki di dahan pohon. "Sejak tadi, saat kamu mulai mengomel kelaparan."

"Haha ... aku hanya mengungkapkan rasa tidak nyaman ku menahannya Paman. Paman tahu sendiri 'kan, menahan lapar itu tidak enak," paparnya tertawa canggung. Sedikit tersentak ia mendengar Ruo Xuan sejak tadi berada di atasnya dan herannya tak ia sadari keberadaannya. "Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya di sini. Paman Ruo semakin hari semakin menakutkan," pikirnya membatin, bergidik.

"Cuih! Giliran ada orangnya bicaranya halus. Sekarang mana bantahannya? Tidak berani membantah lagi?"

"Si tua ini ... tidak bisa sekali dia menjaga mulut busuknya itu," batin Qin Fan mendumel.

"Kakek, bisa tidak diam?" Qin Fan menunjukkan senyuman paksanya kepada orang tua itu.

"Ruo Xuan! Lihatlah dia! Dia menyuruh ku diam!" adunya pada Ruo Xuan.

Qin Fan menepuk pelan keningnya atas tingkah mengesalkan Shanyuan yang bisanya mengadu-domba ia dengan Paman-nya Ruo Xuan.

"Kembalikan kantong penyimpanan itu ke Paman." Ruo Xuan mengulurkan tangannya meminta kantong penyimpanan yang Qin Fan pegang dan dekap. Ia mengabaikan perdebatan Qin Fan dengan Shanyuan. Jika diladeni, pasti akan panjang ceritanya, keduanya itu takkan pernah akur jika disatukan. Ruo Xuan bahkan sudah merasa jengah dengan tingkah mereka.

Qin Fan menunjukkan tatapan tak rela. Rasanya tangannya begitu berat untuk menyerahkan kantong penyimpanan itu yang belum ia kulik isi di dalamnya. "Paman, aku lapar." Qin Fan menatapnya nanar, nada suaranya terdengar bergetar.

Ruo Xuan paling tidak bisa mendengar suara lembut Qin Fan begini. Anak laki-laki berusia 7 tahun itu selalu pandai membuatnya menjadi lunak. Jika tak ada Shanyuan, mungkin Ruo Xuan akan memanjakan Qin Fan dengan sikap tak berdayanya itu.

"Bukan kau saja yang lapar di sini. Kami juga sama seperti mu!" celetuk Shanyuan meladeni ucapan lemah lembut Qin Fan, tak mau kalah. Shanyuan tidak bodoh, ia tahu akal busuk anak kecil itu. Pasti ingin membujuk Ruo Xuan agar bisa membuatnya lepas darinya.

Dahi Qin Fan berkerut kesal. Begitu kesal dengan Shanyuan. Namun ia tak bisa menunjukkan kembali sikap kerasnya kepada pria tua itu saat di depan Ruo Xuan.

Dengan penuh keterpaksaan sampai matanya ia pejamkan. Qin Fan menyerahkan kantong penyimpanan yang berhasil ia curi dari Pendekar yang melewati tempat ini.

Setelah memberikannya, Qin Fan meloncat turun dari pohon, pergi begitu saja dan saat melewati Shanyuan. Qin Fan menatapnya begitu tajam dan terdengar Shanyuan, anak lelaki kecil itu berkata, "Awas saja kau."

Tak takut, malahan terasa lucu Shanyuan mendengarnya. Diancam oleh anak kecil itu setelah berhasil membuatnya tak berdaya, rasanya itu menyenangkan.

Setelah kepergian Qin Fan dengan kedua tangan mengepal, yang pasti mereka tahu anak lelaki itu tengah marah. Ruo Xuan turun juga ke bawah. Ia mendekati Shanyuan sambil berkata padanya, "Kamu terlalu keras bersikap padanya, Shanyuan. Aku merasa takut Qin Fan tenggelam dalam kebencian kepada kita."

Shanyuan menepuk pelan pundak Ruo Xuan, menenangkannya, "Qin Fan tidak akan seperti itu pada kita. Anak malang itu seperti itu karena dia kesepian. Di sini, tidak ada anak yang seusianya. Dan aku selalu mengajaknya bertengkar karena aku tidak ingin dia merasa kesepian." Shanyuan mengulurkan tangannya, menunjukkan telapak tangannya di depan Ruo Xuan. "Berikan kantong penyimpanan itu padaku, Pendekar muda itu pasti sedang menunggu kantong penyimpanannya kembali."

Ruo Xuan mengangguk, memberikannya. "Aku akan menyusul Qin Fan."

"Silahkan, aku hanya mengingatnya padamu lagi, jangan menunjukkan sikap lunak mu padanya. Kamu akan kalah dengan Yu Zixin dalam mendidiknya nanti," kata Shanyuan menasehatinya. Dalam arah yang berlawanan, mereka berdua melangkahkan kaki pergi.

Ruo Xuan berhasil mengejar Qin Fan. Anak laki-laki itu terlihat memasang wajah termenung duduk di bongkahan kayu sambil melempari batu-batu krikil kecil di depan tanah kosong.

Tak ingin mengganggunya. Ruo Xuan hanya duduk di sampingnya, diam saja sebelum Qin Fan sendiri yang mengajaknya bicara. "Aku sudah besar Paman, perutku tidak akan tahan hanya makan dalam sehari itu satu makanan saja." Qin Fan memutar pandangan, menatapnya. "Aku tahu Paman akan mengatakan, jangan terlalu rakus." Qin Fan sangat ingat betul perkataan Ruo Xuan setiap kali ia mengeluh begitu.

Ruo Xuan mengelus rambut hitam lurus Qin Fan yang sudah sebahu dari sejak pertama kali Ruo Xuan menemukannya. Tak ada Ruo Xuan memotong rambut anak laki-laki itu. Pertumbuhan rambut Qin Fan cukup lama, hanya tubuhnya saja yang terlihat cepat tinggi, belum apa-apa sudah setinggi lengan tangan Ruo Xuan. Padahal rasanya tidak lama Ruo Xuan menemukannya. "Qin Fan sudah besar saja ya, bayi kecil Paman sudah hampir mengimbangi tinggi Paman. Paman hampir tidak menyadari."

"Paman kira aku akan kecil saja begitu?" celetuk Qin Fan menunjukkan raut kesalnya.

Ruo Xuan tertawa kecil. Bukan merasa lucu, ia hanya merasa gemas dengan tingkah anak laki-laki itu. Mudah sekali Qin Fan merubah sikapnya menjadi keras kembali.

"Lihatlah, Paman pasti akan tertawa menikmatinya." Qin Fan mencebikkan bibirnya, mendumel.

"Baiklah, baiklah, aku akan berhenti tertawa," ucap Ruo Xuan lalu lanjut berkata, "Qin Fan, Paman selalu senantiasa menasehati mu begitu agar kamu tidak tersesat ke jalan yang salah. Apa yang Shanyuan katakan juga tidak salah Qin Fan, kamu mengenalnya 'kan bagaimana sikap Shanyuan itu? Dia begitu karena dia begitu menyayangi mu. Kamu harus tahu Qin Fan, kami di sini tidak ada yang tidak menyayangi mu. Kamu itu keluarga kami dan kami keluarga kamu. Biarpun kita tidak memiliki ikatan darah, kita tetap saudara."

Qin Fan mengangguk. Ruo Xuan menunjukkan senyum lebarnya sembari mengelus rambut hitam lebat Qin Fan. "Aku akan pergi sebentar ke hutan, jika aku mendapatkan makanan yang bisa dimakan. Aku akan membawanya untukmu. Kamu di sinilah baik-baik, jangan bertingkah buruk lagi apalagi sampai membuat Shanyuan marah. Jadilah anak yang baik di saat aku pergi." Baru setelahnya ia bangkit dari duduknya meninggalkan Qin Fan sendirian.

Baru Ruo Fan pergi. Qin Fan mulai berpikir suatu rencana pembangkangan lagi. "Paman tenang saja, aku tidak akan membuat Shanyuan marah. Tapi aku tidak berjanji menjadi anak baik."

"Paman Yu! Aku ikut!" panggil Qin Fan mengejar seorang pria berwajah angkuh yang terlihat berjalan sendirian.

Mendengar suara Qin Fan. Yu Zixin menghentikan langkahnya. "Kamu sudah pastikan Shanyuan dan Ruo Xuan tidak tahu 'kan?"

Qin Fan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Seratus persen, mereka tidak tahu."

"Bagus, kita akan pergi sekarang." Yu Zixin menepuk pelan kepala Qin Fan, cukup bangga dengan kelicikan anak kecil itu lalu mengajaknya berjalan bersamanya.

Bersambung ...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
ya ampun pangeran Qin jadi nakal
goodnovel comment avatar
Viala La
seru banget critanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pangeran Terbuang Qin   3-Jebakan Keserakahan

    "Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok

  • Pangeran Terbuang Qin   4-Terperangkap

    "Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri. "Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya. Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pand

  • Pangeran Terbuang Qin   5-Pasar Budak

    "Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya."Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semanga

  • Pangeran Terbuang Qin   6-Tuan Muda Zhang

    "Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur

  • Pangeran Terbuang Qin   7-Alam Bawah Sadar

    Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam

  • Pangeran Terbuang Qin   8-Plakat Kayu

    "Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa

  • Pangeran Terbuang Qin   9-Hukuman yang Menyadarkan

    "Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya

  • Pangeran Terbuang Qin   1-Sumpah Kepedihan

    Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya. Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya. Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!" Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao. "Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam b

Bab terbaru

  • Pangeran Terbuang Qin   9-Hukuman yang Menyadarkan

    "Huh! Aku 'kan sudah bilang tidak bisa berburu. Kenapa kalian menatapku begitu? Jangan salahkan aku." Qin Fan menekuk bibirnya dan berusaha membuang muka untuk tak melihat ke arah mereka para anak-anak yang berburu bersamanya, ada yang berdiri bersedekap dada, duduk menyandar pohon dan ada juga yang menangkring di atas pohon bersama Yun Feng, sedangkan ia duduk di sebuah batu besar di dekat danau di tempat ini menjauh sendiri dari mereka. Dan Qin Fan tak melihat ke arah mereka, karena mereka sama-sama memberikan berbagai macam tatapan yang tak menyenangkan untuk dilihat. "Buruan kita jadi lepas karenamu! Seharusnya kita bisa mendapatkannya tadi!" maki gadis bernama Xia Ling yang berdiri bersedekap dada begitu angkuhnya. Sejak awal Qin Fan bergabung dengan tim berburu mereka. Gadis itu sudah menunjukkan rasa tak senangnya melihat kehadirannya, bahkan kata-kata pedas berani gadis itu lontarkan padanya, tanpa pikir ia sakit hati atau tidak mendengarnya. Mulutnya asal ceplos mencibirnya

  • Pangeran Terbuang Qin   8-Plakat Kayu

    "Tidak ada yang gratis di dunia ini."Qin Fan menatapnya untuk sesaat dan kemudian ia menyantap habis bakpao itu baru ia berkata membalasnya, "Apa yang harus kulakukan?" "Kau sangat tanggap. Sepertinya kau tidak sebodoh anak-anak di sini," ujarnya tersenyum cukup puas."Katakan padaku, apa yang harus kulakukan?" Qin Fan menegaskan suaranya. Seperti seharusnya ia bersikap kepada seorang penipu.Sikap tak sopan Qin Fan, membuat pria itu tak senang, hingga ia berkata, "Berburu di hutan, lakukan itu bersama anak-anak yang kutugaskan melakukan pekerjaan itu.""Berburu? Kau menyuruhku berburu?!" Qin Fan berdiri menunjuk wajah pria itu terkejut. "Kau tidak memiliki mata ya?! Aku ini masih anak kecil!""Lalu?" Pria itu membalasnya santai."Lalu kau bilang?!""Kau pikir aku peduli? Usia itu bukan patokan untuk bekerja di sini. Mau kau anak-anak, orang tua, itu bukan masalah asalkan tubuhmu tidak lumpuh." Pria itu menatap ke samping. "Jika kau tidak ingin menurut peraturan yang kubuat, enyah sa

  • Pangeran Terbuang Qin   7-Alam Bawah Sadar

    Qin Fan hampir terjatuh tersandung akar pohon. Langkah kaki cepatnya membuatnya tak melihat dengan baik jalan yang ia tapaki, apalagi di tengah pengejaran orang-orang dari tempat berbahaya itu. Ia asal melangkah cepat demi bisa meloloskan diri dari kejaran mereka.Beruntung ia dapat melihat permukiman penduduk. Qin Fan segera mempercepat langkahnya memasuki tempat tersebut dengan napasnya yang sudah terengah-engah, demi bisa bersembunyi dari pengejaran mereka.Ia berlari tanpa melihat ke depan untuk melihat ke belakang orang-orang yang mengejarnya yang semakin lebih dekat dengannya. "A-aku harus cepat ... Eeeh?!"Bruk!Qin Fan terjatuh, tersungkur di tanah tak sengaja menabrak seseorang yang memiliki badan yang lebih besar darinya, tak hanya karena itu saja, ia juga dalam posisi kelaparan, sehingga mudah sekali baginya terjatuh hanya tersenggol sedikit saja. Ingin bangkit kembali Qin Fan tak bisa setelah terasa tubuhnya begitu lemas untuk bergerak dan pandangan matanya mulai memburam

  • Pangeran Terbuang Qin   6-Tuan Muda Zhang

    "Apa semuanya sudah beres?" To Mu bertanya kepada kedua rekannya yang berjalan beriringan bersamanya. Han Yuze dan Xiuhuan. "Sudah, katanya dia akan mengeceknya secara langsung seperti apa anak tersebut." "Dia pasti akan sangat tertarik. Kualitas anak yang kita bawa cukup baik dari anak-anak di sini. Aku merasa, kita akan untung besar." "HAHAHA! Kau benar To Mu!" Berbicara mengenai keuntungan Xiuhuan 'lah yang paling nomor satu senangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Bos mereka Wang Xuemin yang menunjukkan ekspresi tak menyenangkan pada mereka bertiga. "Bos, kenapa dengan mu?" To Mu menanyainya, hati-hati. "Tadi mereka meletakkan anak itu di sini kan?" Wang Xuemin menunjuk kurungan kosong di belakangnya. To Mu mengangguk tampak begitu terkejut. "Iya, kau kan tahu sendiri sebelum kita pergi anak itu diletakkan di mana." "Kenapa kurungannya kosong?" tanya dingin Wang Xuemin. "I-itu ... " To Mu juga tak tahu, ia dan kedua rekannya saling berpandangan bingung. Kenapa kur

  • Pangeran Terbuang Qin   5-Pasar Budak

    "Aku bisa mati di sini." Berkali-kali mengerjapkan mata dalam posisi tubuh meringkuk miring. Qin Fan berusaha semaksimal mungkin menyadarkan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan kesadarannya. Sekarang nyawanya berada dalam bahaya. Ia bisa merasakannya. Dari orang-orang yang ia lihat, mereka bukan orang biasa. Paman Yu 'nya sempat mengatakan padanya, bahwa mereka para bandit gunung yang berbahaya.Qin Fan tak menyadari semulanya, bandit gunung akan seberbahaya apa. Pikirannya terlalu disibukkan makan, makan dan makan saja.Seharusnya ia bisa lebih sabar sebentar atau lebih menurut tak mengiyakan ajakan Paman Yu 'nya. Mungkin Paman Ruo 'nya lah yang akan membawakan makanan dari hutan untuknya."Aku tidak bisa putus asa, apa yang sedang kupikirkan ini? Shanyuan akan tertawa meledekku tahu aku lemah begini." Qin Fan membatin mengomeli dirinya sendiri. "Aku harus bisa mencari solusi untuk kabur dari sini. Tapi, pertama-tama sepertinya aku perlu pura-pura pingsan dulu." Ia menunjukkan semanga

  • Pangeran Terbuang Qin   4-Terperangkap

    "Lepaskan aku!" Qin Fan berteriak berusaha memberontak. Sekuat tenaganya ia melakukannya. Tapi itu semua sia-sia. Usaha yang dilakukan Qin Fan hanya membuang energinya saja. Apalagi perutnya masih dalam kondisi kosong. Anak aktif itu menjadi tak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk tak memberontak lagi, terlihat seakan pasrah dengan keadaannya sendiri. Ia sadar, jikapun ia memberontak lagi, hasilnya akan sama saja, yang ada ia kelelahan sendiri. "Kau bawa siapa itu?" Ada yang bertanya kepada pria besar dan tinggi itu. Qin Fan mencoba melihatnya. Ada tiga orang pria di situ tengah disibukkan melakukan kegiatan yang berbeda. Salah seorang pria terlihat sibuk membersihkan sebuah pedang yang sangat mengkilau dengan sebuah kain hitam dan air yang terdapat di ember kayu. Qin Fan melihat jelas pria itu begitu serius dengan benda tajam tersebut sampai mengabaikan kedatangan pria besar yang membawanya. Sementara dua lainnya, saat pria besar yang membawanya itu datang, mereka saling menoleh pand

  • Pangeran Terbuang Qin   3-Jebakan Keserakahan

    "Tuan, ini kantong penyimpanan Anda." Shanyuan datang menyodorkan kantong penyimpanan milik Pendekar tersebut. Namun, ia tak mendapatkan respon apapun darinya. "Tuan ... " Ia memanggilnya lagi dengan memberikan tepukan pelan di bahunya. Dia tersentak mendapatkan tepukan pelan di bahunya yang menyadarkannya. "Ah iya, terimakasih." "Apa yang sedang Anda lihat?" Shanyuan bertanya, merasa penasaran dengan lamunan Pendekar pria itu. "Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu yang mengerikan," tuturnya menunjukkan wajah suramnya. "Maksudnya?" Alis Shanyuan terangkat sebelah. Pendekar itu menunjuk ke depan secara hati-hati, lebih dahulu memastikannya aman atau tidak ia melakukan itu. "Coba Anda perhatikan. Mereka sepertinya sekelompok bandit gunung." "Bandit gunung di sini?" Shanyuan memutar tubuhnya berusaha untuk melihat ke arah tunjukkan tangan Pendekar pengelana tersebut. "Apa yang sedang mereka lakukan?" pikirnya heran. "Saya pergi dulu. Lebih baik saya menghindari sekelompok

  • Pangeran Terbuang Qin   2-Anak Pembangkang

    Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah. Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit. Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya. "Ada apa Tuan?" Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya me

  • Pangeran Terbuang Qin   1-Sumpah Kepedihan

    Derap langkah kuda berpacu begitu kencang dikendalikan seorang wanita yang membawa seorang pelayan setianya dan bayi kecilnya yang digendong oleh pelayannya. Wanita itu yang mengendalikan kudanya berusaha menghindari hujanan anak panah yang meluncur ke arahnya dari para orang-orang yang mengejarnya dengan jarak lumayan jauh darinya. Anak panah yang hampir mengenainya juga berhasil ia tepis dengan tombak yang ia putar-putarkan dengan satu tangannya yang tak memegangi tali kuda, seperti sebuah perisai yang membantunya menghalau serangan anak panah yang datang."RATU MENG YAO! KAMI SANGAT MENGHARGAI MU, TOLONG MENYERAHLAH DAN SERAHKAN PANGERAN KEPADA KAMI, KAMI PASTIKAN ANDA TIDAK TERLUKA!" Suara teriakan Panglima Perang yang dikenal oleh siapapun jika ia begitu mengabdikan dirinya pada Kerajaan Qin. Dan juga diketahui Ratu Meng Yao—wanita penunggang kuda tersebut, jika pria itu sangat menaruh kesetiaan kepada Raja Qin Haoyu—suami Ratu Meng Yao. "Tidak akan terjadi!" bantahnya dalam b

DMCA.com Protection Status