Beranda / Fantasi / Pangeran Terbuang Qin / 2-Anak Pembangkang

Share

2-Anak Pembangkang

Waktu sudah berlalu begitu cepat, kejadian menegangkan yang terjadi di Kerajaan Qin mulai larut seiring berjalannya waktu. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja. Hanya saja, di suatu tempat, di daerah yang dikenal sangat dihindari para pengelana untuk singgah.

Terlihat saat ini seorang Pendekar pengelana yang tak mengetahui tempat itu menjadi terjebak dalam situasi sulit.

Bahan makanan yang sempat ia bawa di kantong penyimpanannya yang ia letakkan di pinggangnya hilang begitu saja tak tahu siapa yang mengambilnya. Padahal perjalanannya memasuki tempat kumuh ini baik-baik saja. Tapi heran, ketika tangannya meraba-raba pinggangnya, ia tak menemukan keberadaan kantong penyimpanannya.

"Ada apa Tuan?"

Di tengah rasa bingungnya, seorang pria tua bertubuh bungkuk berjalan mendekatinya sambil menanyainya.

Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena rasa bingungnya. "Ah itu, saya sedang bingung, kantong penyimpanan yang saya letakkan di pinggang saya menghilang begitu saja. Isinya memang tidak terlalu penting, tapi bagi saya itu berguna untuk stok makan saya selama sebulan."

"Jadi begitu." Pria tua itu mengangguk-angguk mengerti. "Tunggu di sini dulu, saya akan bantu mencarinya."

Ia membungkuk menunjukkan sikap sopannya. "Terimakasih, maaf merepotkan."

"Tidak masalah." Pria tua itu tersenyum tipis sambil berbalik melangkah pergi.

Saat ia berada di dekat pohon besar dan paling rimbun dedaunan di tempat ini. Ia berteriak lantang, "Qin Fan! Di mana kau bocah?!"

"Berisik!" desis seorang anak laki-laki di atas pohon.

"Qin Fan! Kau mencuri lagi?!" Mata pria tua itu melebar melihat seorang anak laki-laki yang menangkring di dahan pohon sambil memegangi sebuah benda yang sudah jelas ditebak pria tua itu, Shanyuan. Bahwa itu benda seorang Pendekar yang hilang.

"Jika aku tidak mencuri, bagaimana bisa aku makan? Aku hanya ingin makan. Kakek terlalu banyak melarang, lama-kelamaan aku yang bisa mati kelaparan dengan larangan kakek. Apa kakek ingin kumakan?"

"Jangan gila!" Ia berseru, "Cepat turun kamu anak nakal! Jangan sampai aku memanggil Ruo Xuan untuk menghukum mu!" ancam Shanyuan.

"Kakek! Aku lapar! Apa kau tidak bisa sekali saja memahami ku?!" ujarnya lantang.

"Bukan hanya kamu saja yang lapar di sini! Diamlah, jangan banyak mengeluh, dan kemarilah turun ke sini!"

"Apa kakek kira aku bodoh?" Qin Fan tersenyum miring, hampir tertawa sampai ia bergeleng-geleng kepala. "Kau akan menghukum ku jika aku turun, dan aku juga tidak ingin mengembalikan sesuatu yang sudah kudapatkan."

"Hais, Qin Fan, apa Yu Zixin mengotori otak mu lagi?" Shanyuan mendesah pelan, ia berpikir itu perbuatan buruk Yu Zixin yang mempengaruhi otak anak kecil itu. Siapa lagi yang memiliki tindakan buruk di sini selain pria itu. "Berhenti mengikuti ajaran buruknya. Ruo Fan akan marah saat tahu kamu begini."

Qin Fan menyahut, "Apa pedulinya dia? Dia hanya tahu menghukum dan bicara saja. Dia tidak mengerti betapa sulitnya aku menahan rasa lapar."

Duagh!

Sebuah batu krikil mendarat tepat di kepalanya. Qin Fan mengelus kepalanya dengan gerutuan kecil, "Auh~ sakit tahu."

"Apa yang kau katakan tadi mengenai ku?"

Qin Fan terperanjat kaget hampir ia terjatuh dari pohon yang ditangkringinya. Saat mendongak, ia melihat Ruo Xuan berada di atasnya. Betapa terkejutnya ia melihatnya. "A-anu ... sejak kapan Paman di situ?" tanyanya gugup.

Pria berkumis tipis itu memainkan ilalang di telinganya. Dalam posisi duduk meluruskan kaki di dahan pohon. "Sejak tadi, saat kamu mulai mengomel kelaparan."

"Haha ... aku hanya mengungkapkan rasa tidak nyaman ku menahannya Paman. Paman tahu sendiri 'kan, menahan lapar itu tidak enak," paparnya tertawa canggung. Sedikit tersentak ia mendengar Ruo Xuan sejak tadi berada di atasnya dan herannya tak ia sadari keberadaannya. "Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya di sini. Paman Ruo semakin hari semakin menakutkan," pikirnya membatin, bergidik.

"Cuih! Giliran ada orangnya bicaranya halus. Sekarang mana bantahannya? Tidak berani membantah lagi?"

"Si tua ini ... tidak bisa sekali dia menjaga mulut busuknya itu," batin Qin Fan mendumel.

"Kakek, bisa tidak diam?" Qin Fan menunjukkan senyuman paksanya kepada orang tua itu.

"Ruo Xuan! Lihatlah dia! Dia menyuruh ku diam!" adunya pada Ruo Xuan.

Qin Fan menepuk pelan keningnya atas tingkah mengesalkan Shanyuan yang bisanya mengadu-domba ia dengan Paman-nya Ruo Xuan.

"Kembalikan kantong penyimpanan itu ke Paman." Ruo Xuan mengulurkan tangannya meminta kantong penyimpanan yang Qin Fan pegang dan dekap. Ia mengabaikan perdebatan Qin Fan dengan Shanyuan. Jika diladeni, pasti akan panjang ceritanya, keduanya itu takkan pernah akur jika disatukan. Ruo Xuan bahkan sudah merasa jengah dengan tingkah mereka.

Qin Fan menunjukkan tatapan tak rela. Rasanya tangannya begitu berat untuk menyerahkan kantong penyimpanan itu yang belum ia kulik isi di dalamnya. "Paman, aku lapar." Qin Fan menatapnya nanar, nada suaranya terdengar bergetar.

Ruo Xuan paling tidak bisa mendengar suara lembut Qin Fan begini. Anak laki-laki berusia 7 tahun itu selalu pandai membuatnya menjadi lunak. Jika tak ada Shanyuan, mungkin Ruo Xuan akan memanjakan Qin Fan dengan sikap tak berdayanya itu.

"Bukan kau saja yang lapar di sini. Kami juga sama seperti mu!" celetuk Shanyuan meladeni ucapan lemah lembut Qin Fan, tak mau kalah. Shanyuan tidak bodoh, ia tahu akal busuk anak kecil itu. Pasti ingin membujuk Ruo Xuan agar bisa membuatnya lepas darinya.

Dahi Qin Fan berkerut kesal. Begitu kesal dengan Shanyuan. Namun ia tak bisa menunjukkan kembali sikap kerasnya kepada pria tua itu saat di depan Ruo Xuan.

Dengan penuh keterpaksaan sampai matanya ia pejamkan. Qin Fan menyerahkan kantong penyimpanan yang berhasil ia curi dari Pendekar yang melewati tempat ini.

Setelah memberikannya, Qin Fan meloncat turun dari pohon, pergi begitu saja dan saat melewati Shanyuan. Qin Fan menatapnya begitu tajam dan terdengar Shanyuan, anak lelaki kecil itu berkata, "Awas saja kau."

Tak takut, malahan terasa lucu Shanyuan mendengarnya. Diancam oleh anak kecil itu setelah berhasil membuatnya tak berdaya, rasanya itu menyenangkan.

Setelah kepergian Qin Fan dengan kedua tangan mengepal, yang pasti mereka tahu anak lelaki itu tengah marah. Ruo Xuan turun juga ke bawah. Ia mendekati Shanyuan sambil berkata padanya, "Kamu terlalu keras bersikap padanya, Shanyuan. Aku merasa takut Qin Fan tenggelam dalam kebencian kepada kita."

Shanyuan menepuk pelan pundak Ruo Xuan, menenangkannya, "Qin Fan tidak akan seperti itu pada kita. Anak malang itu seperti itu karena dia kesepian. Di sini, tidak ada anak yang seusianya. Dan aku selalu mengajaknya bertengkar karena aku tidak ingin dia merasa kesepian." Shanyuan mengulurkan tangannya, menunjukkan telapak tangannya di depan Ruo Xuan. "Berikan kantong penyimpanan itu padaku, Pendekar muda itu pasti sedang menunggu kantong penyimpanannya kembali."

Ruo Xuan mengangguk, memberikannya. "Aku akan menyusul Qin Fan."

"Silahkan, aku hanya mengingatnya padamu lagi, jangan menunjukkan sikap lunak mu padanya. Kamu akan kalah dengan Yu Zixin dalam mendidiknya nanti," kata Shanyuan menasehatinya. Dalam arah yang berlawanan, mereka berdua melangkahkan kaki pergi.

Ruo Xuan berhasil mengejar Qin Fan. Anak laki-laki itu terlihat memasang wajah termenung duduk di bongkahan kayu sambil melempari batu-batu krikil kecil di depan tanah kosong.

Tak ingin mengganggunya. Ruo Xuan hanya duduk di sampingnya, diam saja sebelum Qin Fan sendiri yang mengajaknya bicara. "Aku sudah besar Paman, perutku tidak akan tahan hanya makan dalam sehari itu satu makanan saja." Qin Fan memutar pandangan, menatapnya. "Aku tahu Paman akan mengatakan, jangan terlalu rakus." Qin Fan sangat ingat betul perkataan Ruo Xuan setiap kali ia mengeluh begitu.

Ruo Xuan mengelus rambut hitam lurus Qin Fan yang sudah sebahu dari sejak pertama kali Ruo Xuan menemukannya. Tak ada Ruo Xuan memotong rambut anak laki-laki itu. Pertumbuhan rambut Qin Fan cukup lama, hanya tubuhnya saja yang terlihat cepat tinggi, belum apa-apa sudah setinggi lengan tangan Ruo Xuan. Padahal rasanya tidak lama Ruo Xuan menemukannya. "Qin Fan sudah besar saja ya, bayi kecil Paman sudah hampir mengimbangi tinggi Paman. Paman hampir tidak menyadari."

"Paman kira aku akan kecil saja begitu?" celetuk Qin Fan menunjukkan raut kesalnya.

Ruo Xuan tertawa kecil. Bukan merasa lucu, ia hanya merasa gemas dengan tingkah anak laki-laki itu. Mudah sekali Qin Fan merubah sikapnya menjadi keras kembali.

"Lihatlah, Paman pasti akan tertawa menikmatinya." Qin Fan mencebikkan bibirnya, mendumel.

"Baiklah, baiklah, aku akan berhenti tertawa," ucap Ruo Xuan lalu lanjut berkata, "Qin Fan, Paman selalu senantiasa menasehati mu begitu agar kamu tidak tersesat ke jalan yang salah. Apa yang Shanyuan katakan juga tidak salah Qin Fan, kamu mengenalnya 'kan bagaimana sikap Shanyuan itu? Dia begitu karena dia begitu menyayangi mu. Kamu harus tahu Qin Fan, kami di sini tidak ada yang tidak menyayangi mu. Kamu itu keluarga kami dan kami keluarga kamu. Biarpun kita tidak memiliki ikatan darah, kita tetap saudara."

Qin Fan mengangguk. Ruo Xuan menunjukkan senyum lebarnya sembari mengelus rambut hitam lebat Qin Fan. "Aku akan pergi sebentar ke hutan, jika aku mendapatkan makanan yang bisa dimakan. Aku akan membawanya untukmu. Kamu di sinilah baik-baik, jangan bertingkah buruk lagi apalagi sampai membuat Shanyuan marah. Jadilah anak yang baik di saat aku pergi." Baru setelahnya ia bangkit dari duduknya meninggalkan Qin Fan sendirian.

Baru Ruo Fan pergi. Qin Fan mulai berpikir suatu rencana pembangkangan lagi. "Paman tenang saja, aku tidak akan membuat Shanyuan marah. Tapi aku tidak berjanji menjadi anak baik."

"Paman Yu! Aku ikut!" panggil Qin Fan mengejar seorang pria berwajah angkuh yang terlihat berjalan sendirian.

Mendengar suara Qin Fan. Yu Zixin menghentikan langkahnya. "Kamu sudah pastikan Shanyuan dan Ruo Xuan tidak tahu 'kan?"

Qin Fan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Seratus persen, mereka tidak tahu."

"Bagus, kita akan pergi sekarang." Yu Zixin menepuk pelan kepala Qin Fan, cukup bangga dengan kelicikan anak kecil itu lalu mengajaknya berjalan bersamanya.

Bersambung ...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
ya ampun pangeran Qin jadi nakal
goodnovel comment avatar
Viala La
seru banget critanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status