Lao Sying dengan cepat membuka surat itu. Dia seperti tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya.“Sying-er, kau harus pergi ke Xingyuan. Paman gurumu membutuhkan bantuanmu. Saudara-saudaramu yang lain sudah berangkat pagi ini. Kau harus cepat ke sana. Dan juga, sampaikan salamku untuk Kang-er.”Salah satu keahlian Perguruan Wuling yang tidak dimiliki perguruan lain adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Setiap murid Wuling memiliki burung daranya sendiri-sendiri. Mereka mendidik burung dara itu sejak kecil untuk mengantarkan surat.“Ini surat dari guruku. Aku harus cepat meninggalkan tempat ini. Guru menyuruhku ke Xingyuan. Ada tugas yang harus kupenuhi,” ucapnya.“Jangan ditunggu-tunggu lagi, Paman.”“Tapi bagaimana denganmu. Meninggalkanmu di tempat berbahaya seperti ini sangat tidak nyaman bagiku. Kenapa kau tidak ikut denganku?”“Benar, Anakku. Kau harus ikut dengannya,” bujuk Biksu Tua Baozhi.“Bukankah aku sudah katakan tadi, aku akan tetap di sini. Mereka tidak akan me
Chiu Kang tersenyum sembari mengukur rambutnya. “Dia tidak berasal dari sini. Rumahnya sangat jauh di Chongqing. Sementara aku tinggal di Biara.”“Tapi tidak ada kamar lain di rumahku. Semuanya telah terisi oleh istri dan anak-anakku.”“Tuan tak usah khawatir, aku bisa tidur di mana saja,” kata Lei Liwei.“Tapi,” peternak itu seakan masih tidak rela.“Sebagai tanda terima kasih, aku berikan satu kuda ini untuk Tuan. Anggap saja sebagai biaya mengajari temanku. Dan juga..” Chiu Kang mendekatkan mulutnya di telinga perternak itu. “Aku ingin Tuan mengantarnya ke Chongqing. Aku beri Tuan satu tael emas sebagai bayarannya,” bisik Chiu Kang serius.Muka peternak itu seketika berubah. Tampaknya dia tertarik dengan tawaran Chiu Kang.“Dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu?” bisiknya.“Tuan tak perlu tahu. Asalkan Tuan berjanji, aku berikan uang itu sekarang.”“Baik, aku janji.”Chiu Kang memberikan satu tael emas pada peternak itu.“Lakukan secepat mungkin. Jika Tuan pandang temanku sudah
Pertarungan dahsyat itu membuat semua orang terperanjat, berhenti melakukan apapun, bahkan pertempuran di antara mereka sendiri. Mereka bertanya-tanya, siapakah pemenang di antara mereka berdua.Setelah asap ledakan mereda, terlihat pria berusia empat puluh tahunan terkapar di sisi pintu. Mulutnya banyak mengeluarkan darah. Dia terus memegangi dadanya yang nyeri karena luka dalam. Matanya yang barusan memancarkan sorot tajam telah memudar. Yang ada tinggal tatapan kosong.“Yang Mulia!” teriak hampir semua pengikut Sekte Gunung Es. Mereka langsung bergerombol mendekati Son Ca Gang.“Bawa dia pergi dari sini! Dan jangan sekali-kali kalian berani menginjakkan kaki di wilayahku lagi!” seru Ping Jianguo tegas.Mereka pun bergegas membawa Son Ca Gang pergi.Ping Jianguo masih berdiri tegak. Anehnya, dia tidak mengatakan apapun saat Fa Duyi, murid keempat, Tao Shunyuan, murid kedelapan, dan Qi Peizhi murid terakhir Kong Kuanyin menanyakan keadaannya. Akan tetapi, tiba-tiba dia memuntahkan da
Mendengar teriakan Ping Guang yang sangat keras. Fa Duyi dan Tao Shunyuan langsung mendekati Ping Jianguo. Mereka memegang tangan paman gurunya dengan erat.“Paman guru, kau baik-baik saja?” tanya Tao Shunyuan.“Kenapa tubuhku seperti baik-baik saja,” dia keheranan. “Aku ingat betul lukaku sangat parah. Aku merasa seperti akan mati, tapi kenapa aku merasa baik-baik saja?” Ping Jianguo bangun dari duduknya dan bahkan mulai berdiri.Tao Shunyuan, Fa Duyi dan kedua anak Ping Jianguo terkejut. Dalam tempo yang sangat cepat, Ping Jianguo telah kembali seperti sediakala. Sementara Lao Sying masih tersudut diam. Tatapanya masih kosong, bedanya kali ini air mata menetes deras di matanya.“Adik kesepuluh, lihat! Obatmu benar-benar ajaib. Paman guru telah siuman,” ucap Tai Shunyuan sembari tersenyum. Lanjutnya: “Jangan salahkan dirimu sendiri. Meskipun aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi jangan salahkan dirimu sendiri.”Lao Sying mengeluarkan senyum terpaksa mendengar nasihat kakak s
Sekte Gunung Es yang merasa gagal menaklukan para pesilat Negeri Song memilih pulang ke tempat mereka.Sementara itu, karena menganggap tugas mereka di Xingyuan telah selesai, Fa Duyi, Tao Shunyuan, Lao Sying dan Qi Peizhi meninggalkan Xingyuan sebelas hari yang lalu. Saat ini mereka telah sampai di Perguruan Wuling.Berdiri di tepi jurang, Kong Kuanyin memainkan serulingnya. Suara merdunya menyebar dengan indah. Sayang dalam kemerduan itu terdapat rasa sakit dan kepedihan. Dia tidak dapat melupakan anak laki-laki semata wayangnya yang telah tiada. Sejak saat itu, kapanpun dia meniup serilungnya, nada pilu akan terasa.Kepedihan itu semakin bertambah setelah mendengar cerita tentang Chui Kang dari murid-muridnya. Nada seruling itu bertambah menyayat, mencabik siapapun yang mendengarnya.Kong Kuanyin terkenal sebagai pribadi yang tabah. Tak seorang pun, bahkan mendiang istrinya pernah melihatnya menitikkan air mata. Tapi bagi yang mengenalnya dengan baik, Kong Kuanyin selalu menangis.
Qi Peizhi pun tak kalah cemas. “Benar, Guru. Kita harus menyelamatkannya.”Kong Kuanyin terdiam untuk sesaat. “Aku rasa tidak perlu.”“Kenapa?!” semua orang terkejut mendengar ucapan Kong Kuanyin.“Kenapa Kakek tidak mau menyelamatkannya?” tanya Lei Liwei masih menangis.“Kenapa, Guru?” Qi Peizhi dan Lao Sying tak menyangka.“Aku ingin,” ujarnya dengan mendesah. “Tapi Kang-er tidak menghendakinya. Kalian tahu sendiri dia sedang menunggu seseorang di sana. Jika aku menolongnya, bukankah aku tidak menghormati keinginannya?”“Tapi, Guru...” ucap Lao Sying.“Sudahlah,” potong Kong Kuanyin. “Serahkan semuanya pada takdir. Lebih baik kalian berdoa memohon keselamatan untuknya.”Mereka bertiga tertunduk lesu. Meski tidak sepenuhnya sepakat dengan gurunya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.“Kakek, mana Kakak Kang?!” tanya Kong Xiang yang menghampiri kakeknya dengan Kong Lanyin.Kong Kuanyin langsung membopong Xiang-er dan membawanya naik ke atas lagi.“Kakek! Di mana Kakak Kang? Di mana?” ta
“Bagaimana keadaan anak itu, Tabib?” tanya Chao Aiguo.“Dia sudah tak sadarkan diri lebih dari lima hari. Tubuhnya pun sangat panas. Aku tak bisa menjanjikan apa-apa, Tuan Besar.”“Tabib, kau harus menyelamatkannya,” Nyonya Chao memohon.Beberapa tahun yang lalu, dia telah kehilangan anak semata wayangnya. Karena itu, ketika matanya bertemu Chiu Kang, dia ingin mengambil anak itu menjadi anaknya sendiri.“Maaf, Nyonya. Penyakit anak ini di luar kemampuanku.”“Bagaimana bisa?!” Chao Aiguo heran. “Kau boleh pergi.”Nyonya Chao menangis di samping tubuh lemah Chiu Kang. Wanita berumur lima puluh satu tahun itu telah lama tidak menemukan kebahagiaan. Tuan Besar Chao duduk menemani istrinya. Dia mengelus-elus punggung istrinya untuk menenangkannya.“Suamiku, kenapa kau tak mencari tabib hebat? Kau bisa membayar mereka berapapun.”“Istriku, Tabib Jun adalah tabib terbaik di Ningbo. Jika dia saja mengatakan demikian, bagaimana dengan tabib lain? Kita harus pasrahkan nasib anak ini kepada tak
Hong Hui, anak pertama Chao Luli dan Hong Guiren murka saat mendengar Chiu Kang memanggil Tuan Besar Chao dengan sebutan ayah.“Ayah Chao? Kau pikir pamanku itu ayahmu? Kau jangan pernah bermimpi.”“Apa salahnya aku menganggapnya Ayah, toh dia juga menganggapku sebagai anaknya,” ucap Chiu Kang. Sorot matanya tak mengenal takut sedikit pun.“Sepertinya kau memang tak takut mati,” ujar Chao Luli. “Baik, maka akan kubunuh orang yang kau panggil ayah dan ibu itu. Aku tak main-main.”Chiu Kang diam karena terkejut. Dia heran dengan keluarga ini, kenapa mereka tega mengatakan hal-hal seperti itu.“Bukankah Ayah Chao adalah kakaknya sendiri yang tanpa pamrih memberi mereka tempat tinggal? Apakah ini yang disebut keserakahan? Seperti tindakan pamannya, Pangeran Zhao You yang tega membunuh adiknya sendiri demi takhta. Akhirnya aku menemukan contoh lain di dunia,” pikirnya dalam hati.“Baik, besok aku akan meninggalkan rumah ini. Tapi kalian harus berjanji tidak akan mencelakai mereka.”“Pasti,