Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix.
“Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi.
Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur.
“Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya.
Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan.
Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan Felix. “Aku akan mencari cara untuk menyelamatkan Pangeran Philip. Aku harus membuat ramuan untuk menyelamatkan nyawanya.” Samantha berucap dengan sangat pelan dan gemetar, Ia sangat takut membayangkan yang akan terjadi pada pria yang sangat disayang.
“Aku harus segera mencari bahan ramuan di tengah hutan, tidak boleh membuang waktu lagi.” Samantha bergumam, lalu bergegas pergi.
***
Arthur menyadari waktu berdua dengan Audrey sangat singkat. Felix akan segera kembali ke istana pengasingan. Memanfaatkan sisa waktu sebelum Felix tiba, Arthur mengajak Audrey ke satu tempat rahasia. Tempat tersembunyi dan tak tersentuh oleh para prajurit Philip.
“Hati-hati jalannya.” Arthur menuntun Audrey masuk ke sebuah gua. Audrey sangat takjub akan keindahan air terjun dalam gua, gemericik air menyegarkan jiwa.
Audrey berjalan mendekati air terjun, tertarik dengan batu kecil berwarna merah muda berbentuk hati. Arthur melihat sekitar, lalu bertanya pada Audrey, “Apa yang kau cari disana?”
“Aku ingin melihat lebih dekat lagi air terjun, dan mengambil batu berbentuk hati.” jawab Audrey.
Arthur memicingkan mata, dan berkata, “Aku tidak melihat ada batu berbentuk hati. Aku juga ingin melihatnya.” Audrey tidak menjawab, hanya membalas dengan senyuman manis dan diikuti Arthur berjalan di belakangnya.
Audrey menemukan batu merah muda berbentuk hati, saat hendak menggapainya tidak semudah yang dipikirkan. Ternyata batu tersebut di balik air terjun, Audrey terperosok ke balik air terjun.
“Aku berhasil mendapatkannya,” teriak Audrey. Namun, Arthur tidak dapat mendengar perkataan Audrey karena deras air terjun dan panik melihat Audrey terperosok, berusahan mencari cara untuk menolongnya.
“Audrey! Audrey!” Arthur berteriak memanggil kekasihnya, namun tidak mendapat respon balik.
“A-Apa ini?” Audrey berkata dalam kepanikan saat ia merasakan adanya lapisan tipis melingkupinya sejak ia memegang batu berbentuk hati.
Perlahan Audrey membuka genggaman tangan, ingin memastikan apakah ia mendapatkan kekuatan dari batu tersebut, tapi yang di dapat batu tersebut lenyap. Tidak ada dalam genggamannya lagi. “Batunya hilang?” Audrey berkata dalam kebingungan dan panik, sambil melihat apakah batu tersebut jatuh disekitar, namun tetap tidak ditemukan.
Sekuat tenaga Audrey berusaha melawan derasnya air terjun untuk kembali bersama Arthur, keanehan yang dirasakan, “Aku bisa bernapas dengan baik, tubuhku tidak sakit karena kuatnya tekanan air terjun, seperti aku terperosok tadi.” Audrey berusaha berkata pada Arthur, namun masih tidak terdengar.
Audrey berjalan mendekati Arthur yang terlihat sangat panik, dan tiba-tiba lapisan yang melingkupinya hilang. “Apakah ini kekuatan yang melindungiku dari bahaya?” Audrey bergumam sendiri.
Arthur langsung mendekati Audrey dan memeluknya dengan sangat erat, seakan tidak mau kehilangan sang pujaan hati.
“Kau baik-baik saja? Apakah menemukannya?” Arthur berbisik pada Audrey, lalu melepaskan pelukan, menatap dengan penuh kasih mata indah Audrey, “Bolehkah aku melihatnya?” dengan pelan Arthur bertanya kembali.
Audrey tersenyum kecut. “Aku mendapatkannya, tapi batu tersebut hilang dalam genggamanku.” Audrey menjawab dengan raut wajah sedih dan kecewa tidak dapat memenuhi keinginan sang pujaan hati. Audrey tidak memberitahukan perihal kekuatan baru yang diperolehnya.
“Jangan bersedih hati, tidak apa-apa.” Arthur berusaha menghibur Audrey, memeluk kembali dengan penuh kasih, memberikan rasa nyaman dan tenang. Arthur melepaskan pelukan, menggenggam kedua tangan Audrey dan berkata, “Apa pun yang akan terjadi, aku percaya padamu. Kau selalu di hatiku.” Perlahan dan penuh kasih sayang, Arthur mengecup kening Audrey.
Tak bisa berkata, Audrey membalas dengan tatapan penuh percaya dan cinta, memberikan senyuman yang terukir indah di wajah yang memancarkan cinta dari lubuk hati terdalam, dan Raja Arthur dapat merasakan kehangatan cinta.
“Hanya satu yang aku takutkan, terpisah darimu. Berjanjilah apa pun yang terjadi, tidak akan pernah meninggalkanku.” Arthur mengecup bergantian jemari Audrey dengan lembut, menatap kelopak indah kekasih hati dengan penuh harap.
“Selamanya hatiku hanya untukmu.” Audrey mengucapkan janji pada Raja Arthur. Kembali Arthur memeluk erat Audrey seolah akan berpisah jauh dan tidak mau melepaskannya.
“Aku tahu, kita belum lama mengenal satu sama lain. Aku merasakan kekuatan cinta dan ikatan batin yang sangat kuat.” Arthur membisikkan di telinga Audrey, suara yang terdengar indah meneduhkan sanubari.
“Terima kasih, memberiku kehangatan cinta dan kasih sayang dari lubuk hatimu terdalam.” Audrey membalas dengan bisikan lembut di telinga Raja Arthur.
“Sudah saatnya kita kembali ke istana pengasingan. Jangan sampai ada yang curiga kita tidak ada di tempat.” Arthur melepas pelukan dan menggenggam tangan Audrey, menuntunnya keluar dari gua rahasia mereka.
Arthur dan Audrey kembali ke istana pengasingan dengan mengendap-endap tanpa ada penjaga yang mengetahuinya. Arthur melewati jalan rahasia. Mereka kembali ke kamar masing-masing.
Tidak berselang lama, Felix tiba di istana pengasingan, langsung menemui Audrey. “Bersiaplah, besok pagi sebelum matahari terbit, aku akan membawamu kembali ke Negeri Lumut atas perintah Pangeran Philip.” Felix menyampaikan perintah sang Pangeran pada Audrey, lalu Felix pergi dari kamar Audrey kembali ke kamar untuk istirahat.
Audrey keluar dari kamar setelah melihat aman di sekitarnya, Felix sudah pergi dan tanpa adanya pengawasan dari para pengawal, bergegas menuju kamar Arthur. Perlahan Audrey mengetuk pintu kamar dan berbisik memanggil. Secepat kilat Arthur membuka pintu kamar dan menarik Audrey masuk ke dalam agar tidak terlihat penjaga.
“Ada apa, Sayang? Kenapa kemari?” tanya Arthur.
“Apakah kau merindukanku?” lagi Arthur menggoda kekasihnya yang terlihat panik dan gugup, namun tersipu malu.
“Jangan menggodaku” jawab Audrey kini dengan raut wajah serius.
“Besok pagi sebelum matahari terbit, aku sudah pergi dari istana ini, kembali ke istana Negeri Lumut perintah dari Pangeran Philip.”
“Felix baru saja memberitahuku.” Audrey menjelaskan pada Arthur.
“Dia berusaha memisahkan kita. Philip tidak pernah suka denganku, selalu merebut apa yang aku miliki dan sayang.” Arthur berkata dengan geram, tangannya mengepal erat.
“Jangan khawatir, Sayang. Aku akan mencari cara agar kita bisa bertemu kembali.”
“Ingatlah, aku percaya dan sangat mencintaimu. Apa pun yang terjadi, tidak akan aku biarkan Philip merebut dan menyakitimu.” Arthur mengucap janjinya pada Audrey, memeluknya dengan erat, mencurahkan segenap kasih dan sayang.
“Kembalilah ke kamarmu, jangan sampai ada yang curiga.” Arthur berkata dan melepas pelukannya, menggenggam kedua tangan Audrey dan berjanji, “Aku akan mencari cara agar secepatnya kita bertemu kembali.” Audrey kembali ke kamar, mengemasi pakaian lalu tidur.
Sebelum matahari terbit, Felix dan Audrey pergi meninggalkan istana pengasingan, kembali ke istana Negeri Lumut.
Di tengah perjalanan, Felix merasa ada yang mengintai mereka. Felix memeriksa keadaan sekitar dan terlihat aman. Pengintai tersebut berhasil mengelabui Felix. Setelah menempuh seharian perjalanan akhirnya mereka tiba di istana Negeri Lumut.
Pagi hari, dengan tidak sabar Pangeran Philip langsung memerintahkan pengawal untuk membawa Audrey menghadapnya.
“Tugasmu melayaniku! Harus patuh dan tidak ada penolakan!” Philip dengan tegas berkata pada Audrey yang berdiri di hadapannya.
“Apa- menjadi pelayanmu!” pekik Audrey tak percaya. “Aku tidak mau!” dengan tegas menolak.
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia
Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat."Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam AudreyJantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan."Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung."Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah."A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir."Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bag
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audr
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix. “Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi. Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur. “Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya. Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan. Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan F
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audr
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat."Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam AudreyJantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan."Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung."Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah."A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir."Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bag
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia