Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat.
"Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam Audrey
Jantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan.
"Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung.
"Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah.
"A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir.
"Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bagaimana cara untuk membuktikannya.
Tangan sang Pangeran mengelus perlahan pipi Audrey, lalu turun dengan sangat lambat ke leher dan tiba-tiba mencekik leher dengan kuat, membuat Audrey terbatuk dan kesulitan bernapas. "Masih tidak mau mengaku? Hah!" Pangeran semakin mengeratkan cengkeraman membuat merah padam di wajah Audrey, ia kekurangan oksigen.
Dengan kasar Pangeran lalu melepaskan cengkeraman di leher Audrey. Ia tidak memberikan kesempatan Audrey untuk tenang, sang Pangeran kembali mengintimidasi dengan tatapan tajam seperti pembunuh. Perlahan jari-jari rampingnya menjelajahi leher Audrey yang tadi di cekiknya, turun kebelahan kemeja dan membuka satu kancing yang paling atas, membuat Audrey semakin takut dan menahan napasnya sejenak. Tidak hanya sampai di sana, sang Pangeran perlahan kembali membuka kancing ke-dua kemeja bagian atas hingga tampak dengan sangat jelas kulit putih mulus dan belahan yang sangat menggoda hati.
Pikiran Audrey sangat kalut, ia menggigit bibir bagian bawah dan menutup mata, berusaha menutupi rasa takut dan berharap ini semua tidak nyata dan hanyalah mimpi.
"Jangan pernah berharap kau bisa bebas berkeliaran di istana ini!" Pangeran mengancam Audrey.
Audrey semakin diam, masih menggit bibir bagian bawah dan menutup mata, kini bahkan tubuhnya bergetar hebat dan keringat dingin membasahi tubuh karena ketakutan. Tidak tahan melihat Audrey yang tambah membangkitkan keinginan untuk menjamah. Pangeran langsung melumat bibir yang sedari tadi menggodanya. Mulutnya terbekap oleh bibir sang Pangeran membuatnya tidak dapat mengeluarkan suara untuk berteriak. bahkan tenaganya kalah saat memberontak. Ia tidak dapat melawan tenaga laki-laki yang telah merebut paksa first kiss-nya.
Kedua tangan dipegang erat, bahkan untuk bergerak sedikit saja tidak mampu. Ia kini benar-benar dalam posisi terkunci. Pangeran merasa lumatannya tidak dibalas, ia kemudian memperlambat gerakan, menunggu respon dari tawanannya. Setelah beberapa detik menunggu dan tidak sabar, kembali ia melumat dengan kasar lalu menggigitnya dengan keras. Audrey berteriak karena kesakitan. Namun, tidak dipedulikannya, ia hanya melepaskan lumatannya tapi wajahnya masih sangat dekat bahkan dengan tatapan yang lebih menakutkan.
"Masih tidak mau mengaku, hah!" Teriakan sang Pangeran, membuat tubuh Audrey gemetar, semakin takut dan memejamkan matanya dengan sangat erat. "Kau benar-benar menguji kesabaranku." Pangeran meraih kasar dagu Audrey lalu dengan cepat mencekik leher, membuat Audrey kesulitan bernapas dan tidak bisa mengeluarkan kata.
Melihat Audrey yang polos sepertinya memang tidak bersalah dan bukan mata-mata, "Aku harus menyelidikinya lebih jauh, biarkan dia di dalam kamar ini menjadi tawananku untuk sementara ini," gumam Pangeran.
"Pangeran, apa yang sedang terjadi? Anda bersama dengan siapa di dalam?" tanya Felix pengawal pribadi Pangeran.
Perlahan Pangeran melepaskan cengkeramannya dari leher Audrey, membuat Audrey terbatuk-batuk akibat kekurangan oksigen, segera menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Masuklah," perintah Pangeran pada pengawalnya.
Hati Audrey semakin cemas. Mau dibawa kemana aku? tanyanya dalam hati.
Saat pengawal masuk, Pangeran segera memberikan perintah, "Bawa gadis ini ke istana pengasingan di pegunungan. Pantau gerak-geriknya selama disana, apakah dia berkomunikasi dengan tawanan kita, Raja Arthur," ucap Pangeran berbisik pada pengawal.
"Pastikan dia tetap terpantau dan jangan biarkan dia kabur," perintah sang Pangeran pada pengawalnya.
"Baik, Pangeran," jawab pengawalnya tegas, lalu membawa Audrey untuk di antarkan ke istana pengasingan di pegunungan.
Masih dalam kebingungannya atas apa yang di alaminya, kini Audrey masih harus bertahan agar tetap hidup. Ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan dirinya kelak, jadi lebih baik memilih diam untuk saat ini. Jiwanya ketakutan, seorang diri di tempat yang sangat asing bagi dunianya.
Semoga semua ini hanyalah mimpi dan segera aku bangun dari tidur," doanya dalam hati.
Felix menatap tajam pada mata Audrey, memandangnya bagai musuh yang berbahaya bagi Negeri Lumut, "Cepat jalan, kita akan segera pergi ke istana pengasingan setelah kau selesai makan," ucapnya sambil mengarahkan Audrey ke ruang khusus untuk tawanan.
Mata Audrey memerah menahan tangis dan takutnya. "Aku harus bertahan dan tidak boleh menangis agar tidak di siksa." Lagi ia berkata lirih, mencoba untuk menenangkan hatinyang sedang kacau, dan tubuhnya yang gemetar menahan lapar dan rasa takut yang bercampur jadi satu.
Tiba di ruang tawanan, Felix meminta pelayan istana membawa makanan untuk Audrey dan juga membawakan pakaian ganti untuknya. Setelah beberapa waktu, pelayan tiba dengan membawa makanan dan juga pakaian untuk Audrey.
"Cepat makan, setelah itu ganti pakaianmu, kita akan berangkat secepatnya," perintah Felix pada Audrey.
Tidak mau menambah masalah dan merasa perutnya sangat lapar, Audrey pun menyantap makanan yang disediakan, dan setelah itu mengganti pakaian yang diberikan untuknya tadi.
"Ayo cepat, jangan sampai bermalam di tengah hutan karena kau menunda perjalanan," ucap pengawal yang menakuti Audrey.
Apa? bermalam di tengah hutan? Oh tidak ... akan ada banyak hewan liar dan buas, bagaimana ini? aku sangat takut, ucap Audrey dalam hatinya dan tubuhnya mulai gemetar kembali.
Felix menatap tajam mata Audrey, namun kali ini ia menemukan sesuatu yang berbeda, tidak ada kebohongan di mata itu, hanya ketakutan dan putus asa.
"Ayo berangkat!" perintah Felix pada Audrey dan mereka pergi ke istana pengasingan bersama dua pengawal lainnya.
Sepanjang perjalanan Audrey hanya diam dan menerima air yang diberikan Felix padanya agar ia tidak dehidrasi, "Apa yang akan terjadi padaku?" Pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam pikirannya sejak ia terjebak di negeri yang sangat asing baginya.
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan,akhirnya mereka tiba di istana pengasingan pada malam hari.
Wah, bagus sekali istana ini di dalam hari, meskipun terdengar sangat menakutkan, tempat pengasingan, jalur yang ditempuh memang melalui medan yang berat dan sulit, di pegunungan, terpencil. Audrey berkata dalam hatinya.
Sedikit berkurang ketegangan dalam dirinya saat melihat istana pengasingan yang akan ditempati, berbeda dengan bayangan dalam benaknya, tempat yang gelap dan menakutkan. Saat menuju kamar untuk Audrey, mereka melewati ruang baca terlebih dahulu dan berpapasan dengan Raja Arthur, tawanan sang Pangeran Negeri Lumut.
"Selamat malam Raja Arthur," salam pengawal dengan hormat. Meskipun sebagai tawanan, mereka memperlakukan Raja Arthur dengan baik.
"Selamat malam," balas Raja Arthur, lalu mengalihkan pandangannya menatap seorang wanita cantik yang baru saja ia lihat di sini, lalu pergi dari hadapan mereka menuju kamarnya.
"Siapakah gerangan gadis itu?" tanya Raja Arthur pada diri sendiri dan tidak terdengar oleh pengawal dan Audrey karena ia berkata saat dirinya sudah jauh dari mereka.
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audr
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix. “Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi. Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur. “Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya. Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan. Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan F
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia
Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix. “Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi. Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur. “Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya. Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan. Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan F
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audr
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat."Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam AudreyJantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan."Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung."Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah."A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir."Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bag
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia