Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.
Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.
“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.
Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.
“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.
Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”
Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.
“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audrey kembali bertanya pada Arthur dengan penuh tatapan selidik.
“Sewaktu terjadi bloodmoon, tiba-tiba ada cahaya melingkupi tubuh dan membuatmu pingsan.” Raja Arthur memberi tahu Audrey tidak secara rinci.
Aku tidak boleh memberitahukan kejadian semuanya saat ini. Lebih baik memantau perkembangan lebih lanjut. Raja Atrhur berkata dalam hati.
Audrey masih bingung, mencerna kejadian menimpanya secara cepat dalam beberapa hari ini. Audrey duduk, kemudian turun dari ranjang dengan tubuh yang masih lemah dan sempoyongan, hendak kembali ke kamarnya. Namun, Raja Arthur memegang pergelangan tangan, membuat Audrey sedikit oleng. Dengan cepat Arthur menangkap tubuh Audrey yang hampir jatuh.
“Istirahatlah dulu di kamarku hingga kau merasa lebih baik.” Raja Arthur membopong Audrey dan membaringkan Audrey ke ranjang.
“Aku keluar sebentar, tidurlah kembali.” Setelah berkata, Raja Arthur keluar kamar menuju tempat persembunyian untuk melihat sisa yang ada setelah kejadian dahsyat tadi.
Raja Arthur secara sembunyi-sembunyi kembali ke tempat kejadian. Memperhatikan keadaan di sekitar, jangan sampai ada yang terlewatkan.
Apa ini? Arthur memegang sebuah batu berukuran sangat kecil berwarna merah delima. Saat Arthur sedang memperhatikan lebih dekat, batu tersebut menghilang. Di saat bersamaan terdengar suara para penjaga istana yang sedang melalui tempat persembunyian Raja Arthur.
Karena panik, pikiran Raja Arthur terfokus pada para penjaga, berharap tidak melihatnya. Benar saja, saat para penjaga istana tidak melihat keberadaan Raja Arthur. Secara kasat mata tidak mungkin mereka tidak melihatku. Raja Arthur tetap posisi diam dan menenangkan diri, memperhatikan setiap pergerakan. Ada yang tidak beres, sesuatu terjadi padaku. Tidak mungkin mereka tidak melihatku dengan jarak yang begitu dekat.
Setelah para penjaga menjauh dan merasa sudah aman, dan telah memeriksa di sekitar kejadian, Raja Arthur memutuskan kembali ke kamar. Raja Arthur membuka pintu kamar. Namun, tidak menemukan Audrey. Dengan cepat memutar tubuhnya dan pergi ke kamar Audrey. Raja Arthur mengetuk perlahan pintu kamar Audrey, membuka pintu dan masuk.
“Kamu membuatku sangat panik.” Raja Arthur bekata pada Audrey yang sedang duduk di ranjang.
“Aku merasa lebih nyaman di kamarku sendiri.” Audrey berkata sambil menatap Raja Arthur dengan rasa bersalah. “Maaf, aku tidak memberitahumu sebelumnya.”
“Sudah, tidak apa-apa. Tadi aku khawatir saat melihat kamu tidak ada di kamarku. Bagaimana sekarang kondisimu?”
“Aku merasa jauh lebh baik. Tapi aku merasa ada yang aneh. Tadi aku merasa tidak bertenaga. Entah bagaimana sekarang aku sudah baik-baik saja.” Audrey menjelaskan pada Raja Arthur.
Arthur jadi teringat kejadian penjaga istana yang lewat tanpa menyadari kehadirannya di sana. Kini ingin mencoba fokus pada pikirannya. Aku tidak terlihat oleh Audrey. Arthur mengucapkan dalam hati sambil menatap Audrey. Benar saja, tiba-tiba Audrey tidak melihat Arthur.
“Ar-thur, kau di mana? Jangan menakutiku” Audrey berkata dengan pelan dan mulai merasakan takut.
“Aku di sini.” Arthur berkata dengan suara berbisik.
Apa yang terjadi padamu? Kau membuatku takut.” Audrey berbicara dengan suara bergetar dan takut.
“Aku baik-baik saja.” Arthur memejamkan matanya dan seketika fokus pikiran agar Audrey tidak melihatnya terhenti, saat itu juga Audrey dapat melihat Arthur kembali.
“K-Kau.” Audrey tidak dapat berkata-kata lagi.
Arthur berjalan mendekat ranjang Audrey, saat hendak duduk di tepi ranjang, “Stop. Jangan duduk.” Audrey masih takut dan tidak ingin sesuatu hal buruk menimpanya. Arthur tidak jadi duduk.
“Jelaskan padaku sejujurnya apa yang terjadi?” Audrey memberanikan diri bertanya pada Arthur.
“Sebenarnya aku belum ingin memberitahumu, tapi sepertinya kita tidak punya banyak waktu.”
Arthur memberikan kertas pada Audrey, “Pikirkan apa yang ingin kau lakukan pada kertas ini.” Arthur mencari tahu kekuatan yang ada pada Audrey selain pemulihan fisik yang sangat cepat.
Audrey menerima kertas tersebut, berpikir sejenak. Kertas yang di pegang terbakar. Sontak langsung dilempar kertas yang terbakar. Kini Audrey menyadari memiliki kekuatan.
“Rahasiakan kekuatan yang kita miliki. Jangan sampai ada yang mengetahuinya, atau kita ada dalam masalah besar.” Arthur memperingati Audrey.
“Aku mengerti.” Audrey menjawab singkat. Kini ia menyadari mereka mendapatkan kekuatan pada saat bloodmoon.
“Istirahatlah, tetap bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Jangan membuat para pelayan dan pengawal curiga. Aku akan kembali ke kamar. Beritahu aku jika terjadi sesuatu. Aku akan kembali besok.” Arthur menatap mata Audrey sesaat.
Baiklah, aku akan memberitahumu. Audrey berbicara dalam hatinya namun menatap mata Arthur.
Senyum tipis nan manis menghias wajah tampan Arthur, lalu pergi.
Ternyata aku juga bisa membaca pikiran, apa yang di ucapkan Audrey. Arthur semakin diam dan tidak ingin ada yang curiga.
Setelah membereskan pecahan gelas, Audrey ingin mengeahui lebih jelas kekuatan yang dimilikinya. Ia memegang gelas yang baru berisi air, mencoba fokus dan menatap air dalam gelas. Air ini berubah menjadi panas.Audrey terus fokus. Perlahan air dalam gelas mulai hangat.
Audrey tidak percaya begitu saja, masih mencoba lagi untuk membuktikan kekuatan yang ada.
Teringat adegan di film yang pernah di tonton sebelum terjebak di Negeri Lumut, Audrey memfokuskan pada meja dan mencoba dengan kekuatan dalam mendorong agar meja tersebut berpindah. “Brak.” Suara benturan meja ke dinding yang sangat kencang, terdengar hingga ke kamar Arthur. Penjaga yang sedang melintas di sekitar, bergegas menuju kamar Audrey dan melihat apa yang terjadi dengan tawanan Pangeran.
Tok … Tok...
Pengawal mengetuk pintu kamar Audrey, “Nona, anda baik-baik saja?” tanya salah satu penjaga istana.
“A-ku baik-baik saja.” Audrey panik saat menjawab.
“Baiklah nona, maaf mengganggu.” Ucap salah satu penjaga istana lalu mereka pergi.
Setelah melihat penjaga pergi, Arthur bergegas ke kamar Audrey. “Apa yang terjadi?” Tanpa mengetuk, Arthur langsung membuka pintu kamar Audrey karena panik.
“Maaf, tadi aku mencoba fokus pada meja, ternyata terlempar dan membentur dinding.” Audrey merasa bersalah tidak mendengarkan perkataan Arthur.
“Lain kali berhati-hatilah jika ingin mencoba hal baru. Jangan menimbulkan kecurigaan.”
Tatapan mata penuh khawatir Arthur beradu pandang dengan mata Audrey yang kini merasakan perhatian dan kasih sayang dari Arthur.
Felix mendapat laporan dari penjaga istana atas kejadian yang terjadi, mulai curiga pada Audrey.
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix. “Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi. Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur. “Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya. Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan. Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan F
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia
Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat."Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam AudreyJantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan."Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung."Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah."A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir."Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bag
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Pangeran Philip bersama Felix mendengar langsung mengenai Audrey dan Raja Arthur dari pengawal yang diutus Felix. “Pergi sekarang juga! Bawa Audrey kemari!” Pangeran Philip memerintah Felix dengan emosi. Philip tidak mau Audrey dekat dengan Arthur. Dengan kekuasaan, membuat keinginan dekat dengan Audrey terpenuhi, bahkan memisahkan mereka. Meski emosi mendengarnya, Philip tersenyum licik penuh kemenangan merebut Audrey dari Arthur. “Dia tidak boleh memilikinya. Audrey milikku!” Pangeran Philip berteriak di ruangannya. Felix segera melaksanakan perintah Pangeran Philip. Namun, sebelum berangkat Felix menyempatkan diri menemui Samantha. Saat tiba, Felix melihat Samantha sedang meditasi, tidak ingin mengganggu, Felix mengurungkan niat bertanya. “Lain kali aku akan kembali jika waktunya tepat.” Felix berkata pada dirinya lalu pergi ke istana pengasingan. Felix pergi. Samantha membuka matanya menarik napas dalam. Ia belum siap menjawab pertanyaan F
“Kenapa ada di kamar Audrey?” tanya Felix tiba-tiba berada di belakang Arthur yang tidak menyadari kehadiran Felix sebelumnya.“Aku melihat Audrey, tadi terdengar seperti benturan keras, dia sekarang baik-baik saja.” Arthur menjelaskan pada Felix dengan hati-hati.Felix menatap Audrey, memperhatikan dari ujung kaki hingga atas kepala, semua terlihat baik.““Kau tidak menyembunyikan sesuatu?” Felix menatap mata Audrey penuh selidik. Namun, tidak menemukan kebohongan di sana.“T-Tidak.” Audrey sedikit gugup saat menjawab. Felix melihat gelagat mencurigakan dari Audrey. Aku harus membuktikan, telah terjadi sesuatu pada Audrey. Felix bergumam dalam hati, menganggukkan kepala atas jawaban Audrey. Felix lalu pergi.“Fiuh, lega.” Audrey menarik napas panjang dan berkata pada Raja Arthur.“Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan menemanimu latihan. Lain kali kita akan m
Kenapa aku juga bisa merasakannya? Kekuatan apa ini? Raja Arthur berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Audrey.Saat sedang berpikir keras, tatatapan Arthur tertuju pada gelas yang ada di meja. Tanpa di sadari gelas tersebut bergeser. Arthur terkesiap, tidak mempercayai apa yang baru saja dilihat. Sekali lagi Arthur mencoba fokus, tepat seperti dilakukan tanpa sengaja tadi.“Prang” Gelas tersebut jatuh dan pecah. Audrey perlahan membuka kelopak mata sesaat setelah bunyi gelas jatuh.Arthur menoleh pada Audrey, “Kau sudah sadar?” pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Audrey.“Kenapa aku dikamarmu?” bukan menjawab, tetapi Audrey justru bertanya pada Arthur.Belum sempat Arthur menjawab, kembali Audrey berkata, “Tubuhku rasanya sakit dan panas.”Arthur hanya mendengar dan memperhatikan setiap gerak-gerik Audrey.“Apa yang terjadi padaku tadi?” Audr
Malam hari Audrey telah berpindah ke istana pengasingan, di antar pengawal sang Pangeran menuju kamar yang telah disediakan."Ini kamar kamu," ucap Felix membuka pintu kamar, mempersilahkan Audrey masuk.Felix ikut masuk ke dalam kamar namun ia tidak menutup pintu, "Jika kamu butuh sesuatu, mintalah pada pelayan, katakan saja padanya." ucap Felix sambil melihat pelayan yang juga ikut mendampingi saat masuk ke kamar Audrey. Ketegangan mulai sirna di hati Audrey, saat ini ia tidak melihat adanya ancaman."Baiklah, terima kasih," ucap Audrey pelan dan sopan sambil menundukkan kepala perlahan, tanda hormat kepada Felix."Istirahatlah." Ucap Felix singkat dan dibalas anggukan Audrey. Felix keluar dari kamar beserta pelayan istana, membiarkan Audrey istirahat dengan tenang malam ini.Hingga larut malam, Audrey masih belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah. Membolak-balikkan tubuh di atas ranjang. Untuk melepaskan rasa resah dan gelisah di hati,
Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat."Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam AudreyJantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan."Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung."Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah."A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir."Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bag
"Sudah lama aku tidak berkunjung kemari." Audrey Dawson berkata dalam hati saat tiba di rumah peninggalan nenek, sambil menatap dan menerawang rumah tua di hadapannya.Ia memandang sekeliling rumah tua yang tidak terawat lagi sejak sang Nenek meninggal. Rasa kangen yang membuncah di dada, kerinduan akan masa kecil di rumah yang telah lama ditinggalkannya. Kerinduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata."Nenek, aku rindu sekali padamu. Aku rindu masa kecilku yang selalu disayang." Audrey berbicara pada dirinya sendiri lalu menitikkan air mata rindu yang tak terbalas.Perlahan ia melangkahkan kaki medekati rumah tersebut dan memutar kunci pintu rumah neneknya, dan masuk ke dalamnya dan menutup kembali pintu rumah neneknya dan membiarkan kunci tergantung di pintu bagian dalam. Udara yang pengap, berdebu dan gelap. Itulah yang dirasakan Audrey saat ia masuk ke dalam rumah nenek.Bukan tanpa alasan Audrey kembali ke rumah nenek sendirian. Belum lama ini ia