Share

3. Balas Dendam

“Akhirnya kamu siuman juga,” ucap seorang pria. Setelah melihat Alena membuka matanya.

Alena begitu terkejut saat melihat pria itu sudah ada di atas tubuhnya. Dia juga melihat pria itu tersenyum dan itu sangat menjijikkan. Senyuman pria itu menyiratkan penuh dengan hasrat. 

“Bagaimana apakah kamu masih ingin aku melanjutkannya lagi,” Pria itu kembali berkata. Sembari menyentuh bibir Alena. Lalu menjalar ke lehernya.

“Jangan macam-macam denganku, Beni!” ujar Alena. Dengan nada lirih.

“Bukankah kamu yang mencari masalah denganku! Kamu yang sudah menyebarkan semuanya bukan?! Itulah sebabnya aku semakin menikmati setiap lekuk tubuhmu yang begitu menggoda hasratku,” Beni kembali berkata. Lalu dia berusaha untuk mencium bibir Alena.

Alena berusaha menghindari Beni. Dia tidak ingin pria seperti Beni mengambil ciuman pertamanya. Dia juga sangat membenci Beni karena begitu tidak senonoh.

“Semakin kamu membenci dan menolak aku. Maka aku semakin menginginkanmu,” Beni kembali berkata. 

Beni memegang kedua tangan Alena dengan sangat kuat. Dia memandangi wajah wanita  yang ada di bawahnya itu dengan senyum penuh hasrat.

“Ternyata kamu lebih cantik dibandingkan Mika dan wanita yang sudah aku nikmati malam itu.”

“Berengsek kamu, Beni! Lepaskan aku! Aku bersumpah kamu akan membayar semuanya!” 

Alena mendengar tawa Beni. Pria itu benar-benar sudah tidak waras. Pria itu kembali berusaha untuk mencium bibirnya. Akan tetapi, Alena tidak membiarkannya. Dia menghindari bibir Beni dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. 

“Lepaskan aku, Beni!” 

“Aku tidak akan melepaskanmu! Kamu yang sudah membuatku seperti ini! Andaikan kamu tidak menyebarkannya mungkin aku tidak akan membalas dendam padamu.” 

Alena mendengarkan perkataan Beni yang geram dengan penyebaran semua foto tidak senonohnya malam itu. Sehingga Beni mendapatkan hukuman dari ayahnya.

“Semua itu salahmu! Kamu memang pantas mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi!” 

Rupanya ucapannya barusan membuat Beni semakin geram. Beni menggunakan tubuhnya untuk menekan tubuh Alena. Sehingga itu membuat Alena merasa sesak dan tidak bisa melawan. Terdengar suara dering ponsel yang membuat Beni terganggu. 

Alena pun mengambil kesempatan itu. Dia menendang area sensitif Beni. Hingga pria itu terjatuh di sampingnya. Dia mendengar Beni meringis kesakitan. Dengan kekuatan yang sudah terkumpul Alena turun dari atas ranjang. Dia berlari ke arah pintu. Dia berhasil membukanya dan berlari. Dengan kekuatan yang masih dimilikinya.

“Alena, berhenti!” teriak Beni. Yang berusaha mengejar Alena. 

Alena tidak memedulikan Beni. Dia terus saja berlari. Hingga akhirnya dia terjatuh setelah menubruk seseorang yang ada di depannya. Dia memegang kepalanya yang mendadak kembali terasa berat.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya seorang pria. 

“Tolong ... bawa aku dari sini ...,” Alena berkata dengan nada lirih. Setelah itu dia tidak sadarkan diri. 

Pria itu secara refleks menggendong Alena. Tanpa berpikir panjang pria itu langsung membawanya pergi.

“Sepertinya malam ini adalah malam yang panjang,” ujar seorang pria. Yang berjalan di belakang pria yang tengah menggendong Alena. 

Pria itu terus berjalan dan tidak memedulikan perkataan temannya itu. Dia mendudukkan Alena di dalam mobilnya. Setelah itu dia memerintahkan temannya untuk menjalankan mobilnya. 

“Kamu mau membawanya ke mana?” tanya pria yang sedang menyetir.

“Rumah utama.”

Mobil pun melesat meninggalkan hotel. Di dalam perjalanan Alena pun kembali siuman. Namun, dia merasa kepanasan. Dia melepaskan jas yang menutupi tubuhnya. 

“Panas sekali,” ucap Alena. Dia hendak melepaskan gaun yang masih melekat di tubuhnya.

“Apa yang kamu lakukan?!” Pria itu bertanya. Sembari menahan Alena untuk melepaskan gaunnya.

Alena menatap pria itu. Dia sudah tidak bisa menahan hasratnya. Dia pun mengubah posisi tubuhnya. Sehingga dia ada di atas pangkuan pria itu. Dia berusaha untuk melepaskan hasratnya. Namun, pria itu berusaha untuk menahan Alena agar tidak melakukan hal yang lebih jauh lagi.

“Percepat mobilnya! Sepertinya ada yang meracuninya,” ucap pria itu. 

“Aku menginginkanmu,” ucap Alena. Sembari tangannya berjalan di dada pria itu. 

Alena benar-benar tidak peduli dengan sekitar. Dia hanya menginginkan pria yang ada di dekatnya memuaskannya hingga hasratnya terpenuhi. 

Tangannya terus menjalar di tubuh pria itu. Meski sesekali tangannya ditepis. Namun, dia kembali melakukan beberapa hal yang bisa membuat pria itu tidak kehilangan kontrol akan dirinya sendiri.

Pria yang sedang menyetir pun melihat ke arah belakang. Dia paham dan juga mendengar Alena yang berusaha untuk menggoda temannya. Dia menginjak pedal gas. Sehingga mobil melesat di jalanan sampai tiba di rumah yang dituju. 

“Apa aku tidak menarik? Sehingga kamu menolak aku?” tanya Alena. Yang sudah tidak sadar dengan apa yang dilakukan olehnya. 

“Tutup mulutmu!” timpal pria itu. Sembari menggendong Alena di pundaknya. Seperti mengangkat sekarung beras. Sebab itulah satu-satunya cara untuk menghentikan Alena yang mulai agresif.

“Turunkan aku! Aku bisa berjalan sendiri!” teriak Alena. Yang begitu nyaring. Hingga menjadi perhatian para pelayan dan penjaga di dalam rumah.

Meski dirinya terus berteriak. Pria itu tidak melepaskannya. Hingga akhirnya pria itu masuk ke dalam kamar. Pria itu memasuki kamar mandi dan menurunkannya di bawah shower. Lalu memutar kerannya. Dan air pun membasahi tubuh Alena. 

“Dingin!” teriak Alena. 

Sekujur tubuhnya basah. Rasa dingin itu hanya sesaat. Gejolak di dalam dirinya membuatnya kembali merasakan panas. Dia menatap pria yang ada di depannya.

“Rupanya itu kamu pria tua,” ucap Alena. Setelah dia sedikit mengenali pria yang ada di hadapannya saat ini.

“Tenangkan dirimu di sini! Jika kamu sudah tenang kamu boleh keluar!” timpal pria itu. Lalu dia berjalan ke luar dari kamar mandi.

Efek obat yang diberikan Beni masih sangat kuat. Sehingga Alena benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Air dingin yang membasahi kepalanya tidak berhasil menurunkan hasratnya.

Alena berlari ke luar dari kamar mandi. Dia langsung memeluk pria itu dari belakang. Dia sudah tidak peduli jika harus melakukannya dengan pria tua yang sudah mengatainya bodoh malam itu.

“Aku menginginkannya,” ucap Alena dengan nada lirih.

Dia melepaskan pelukannya. Lalu maju satu langkah. Sehingga dia ada di hadapan pria itu. Dia memegang dada pria itu. Perlahan tangannya berjalan menelusuri tubuh pria itu. 

“Jangan dilanjutkan lagi!” Pria itu berkata sembari memegang tangan Alena. 

“Mengapa? Apakah aku terlalu muda untukmu? Itu tidak masalah bagiku. Aku menginginkanmu,” Alena kembali berkata. 

Pria itu menarik Alena dan menghempaskannya ke atas ranjang. Namun, Alena kembali menarik tangan pria itu hingga terjatuh di atas tubuhnya. Mereka berdua pun saling memandang.

“Kamu yang menginginkannya bukan? Jadi jangan menyesalinya.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status