Setelah tertegun selama beberapa detik, perasaan hangat yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata menyelimuti hatinya.Selesai mandi, Rhea memakan bubur dan obatnya, lalu memutuskan untuk menemui Arieson dan berterima kasih padanya.Bagaimanapun juga, semalam dia sudah menggenggam tangan pria itu semalaman, seharusnya pria itu tidak bisa beristirahat dengan baik.Setelah berjalan ke kamar di sebelah kamarnya, Rhea mengulurkan lengannya, hendak mengetuk pintu. Saat itu juga, pintu terbuka dari dalam.Rambut Arieson masih sedikit basah, dia sudah juga berganti pakaian. Sepertinya dia baru saja selesai mandi."Pak Arieson, aku datang ... untuk berterima kasih padamu. Terima kasih banyak."Melihat wanita di hadapannya itu mengalihkan pandangan ke bawah dan posisi kedua lengannya tampak canggung, sangat jelas pergerakannya sedikit kaku.Wanita itu sedikit takut padanya.Setelah mendapati kesimpulan itu, tidak tahu mengapa perasaan tidak senang langsung menyelimuti hati Arieson. Dia me
Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat, lalu berkata, "Kelihatan jelas orang-orang Perusahaan Farmasi Berjaya menginginkan kerja sama kali ini terjalin. Mungkin saja, mereka mengirim orang untuk membuntuti kita. Mengetahui kita akan pergi ke basis bahan obat-obatan, mungkin mereka akan melakukan persiapan terlebih dahulu."Dengan begitu, biarpun mereka pergi basis bahan obat-obatan, mereka juga tidak mungkin bisa mengetahui kualitas bahan obat-obatan yang sesungguhnya.Tio yang mengikuti mereka tersenyum dan berkata, "Nona Rhea nggak perlu khawatir, tentu saja kami punya cara agar nggak ketahuan oleh orang-orang Perusahaan Farmasi Berjaya."Mengetahui mereka sudah punya rencana sendiri, Rhea menganggukkan kepalanya tanpa banyak bicara lagi.Sore hari sekitar jam dua lewat, mobil sewaan Tio berhenti di depan pintu hotel untuk menjemput mereka.Tak lama setelah mereka masuk ke dalam mobil, sambil melihat kaca spion mobil, sopir berkata, "Memang ada orang yang membuntuti kita."Tio berkat
Merasakan kokohnya tangan besar yang memeluk pinggangnya itu, serta kehangatan yang menjalar dari kain pakaian tipisnya, wajah Rhea langsung memerah.Dia buru-buru berdiri dengan tegak, sedikit tidak berani menatap pria itu."Pak Arieson, terima kasih."Arieson menarik kembali tangannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kemudian, dia berkata dengan suara dalam, "Saat mengamati bahan obat-obatan, kamu juga harus memperhatikan langkah kakimu.""Aku mengerti."Setelah kejadian yang memalukan itu, Rhea tidak berani terlalu asyik dalam pengamatannya lagi. Dia memperhatikan langkah kakinya dengan saksama, takut dia akan terjatuh lagi."Ini adalah Rauvolfia yang sudah dikeringkan."Staf itu mengambil sebatang Rauvolfia yang telah dikeringkan secara acak, lalu memberikannya pada Arieson. Setelah menerima dan mengamatinya sejenak, Arieson menyerahkannya pada Rhea."Coba kamu lihat."Dari luar, Rauvolfia yang satu ini tidak ada bedanya dengan bahan-bahan obatan yang ditunjukkan oleh Perusahaan
Bagaimanapun juga, dia adalah orang yang cerdas. Dia segera menekan perasaaan tidak puas yang bergejolak di hatinya. Seulas senyum ramah tetap mengembang di wajahnya."Tentu saja. Tapi, perusahaan kami sangat tulus berharap bisa menjalin hubungan kerja sama dengan Perusahaan Teknologi Hongdam. Aku harap Pak Arieson bisa mempertimbangkannya dengan baik."Arieson menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, Pak Billy, mari, aku bersulang untukmu."Mereka berdua melanjutkan obrolan mereka. Tak lama kemudian, mereka sudah meneguk sebotol anggur.Saat ini, wajah Arieson yang awalnya putih sudah tampak sedikit kemerahan, kedua matanya yang indah juga sudah sedikit diwarnai sorot mata mabuk. Dengan pencahayaan lampu dari atas kepalanya, paras tampannya tampak sangat memesona, sampai-sampai membuat orang lain tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Menyadari dirinya hanyut dalam pesona pria itu, Rhea buru-buru mengalihkan pandangannya."Nona Rhea, aku bersulang untukmu."Saat Rhea menoleh, Ali
Di ruang pribadi restoran, melihat Rhea masih belum kembali setelah hampir setengah jam berlalu, kening Arieson pun berkerut."Tio, telepon Rhea."Billy buru-buru berkata, "Pak Arieson, jangan panik. Lagi pula, ada Alisa yang menemani Nona Rhea, nggak akan terjadi apa-apa padanya."Arieson mengatupkan bibirnya dengan rapat tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tampak jelas suasana hatinya sangat buruk.Billy buru-buru bersulang untuknya, dia juga tidak merasa bersalah. Bagaimanapun juga, Rhea hanyalah seorang karyawan biasa. Biarpun setelah kejadian ini, Arieson mengetahui kebenarannya, dia yakin Arieson juga tidak akan membesar-besarkan masalah hanya karena seorang wanita.Setelah menemukan nomor Rhea di kontaknya, Tio segera menghubungi Rhea. Tak lama kemudian, suara dering ponsel di dalam tas menggema di seluruh ruangan tersebut.Saat Rhea pergi ke kamar kecil, dia sama sekali tidak membawa ponselnya.Melihat ekspresi kedua orang itu sudah berubah menjadi muram, Billy buru-buru berkat
Seolah-olah tidak menyangka Rhea akan sadar di saat seperti ini, pria yang didorongnya hingga terjatuh dari atas tempat tidur itu pun tidak bisa menahan diri dan mengumpat."Siapa kamu?!"Sambil mundur, Rhea meraba-raba barang-barang yang ada di sekitarnya, lalu melemparkannya ke arah pria itu. Ekspresi panik dan ketakutan tampak jelas di wajahnya.Pria itu tertawa dingin dan berkata dengan nada bicara mesum, "Aku adalah orang yang bisa memuaskanmu."Saat berbicara, dia langsung menerjang ke arah Rhea.Di sudut ruangan, ada sebuah titik kecil yang sedang berkedip, merekam segala sesuatu yang terjadi di dalam kamar.Saat pria itu menerjang ke arahnya, Rhea langsung menghantam kening pria itu dengan lampu meja dalam genggamannya.Pria itu mengerang kesakitan. Merasakan cairan hangat yang mengalir di keningnya, dia langsung mengangkat lengannya dan melayangkan satu tamparan keras ke wajah Rhea."Dasar wanita jalang! Berani-beraninya kamu memukulku! Aku akan memainkanmu sampai kamu mati!"
Arieson duduk di samping ranjang bangsal, menatapnya dengan ekspresi datar.Saat itu juga, ingatan terakhir sebelum dia kehilangan kesadarannya melintas di benaknya. Rhea menggigit bibir bawahnya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Pak Arieson, terima kasih karena telah menyelamatkanku."Kalau bukan karena Arieson tiba tepat waktu, apa yang akan terjadi semalam sudah tertebak."Maaf, kejadian kali ini bisa terjadi karena aku nggak mempertimbangkan secara menyeluruh."Melihat sorot mata serius Arieson, tanpa Rhea sadari, hatinya seperti bergetar sejenak. Secara naluriah, dia mengalihkan pandangannya."Kejadian ini nggak ada hubungannya denganmu. Bagaimanapun juga, siapa yang bisa menebak orang-orang dari Perusahaan Farmasi Berjaya bisa melakukan hal seperti itu?"Terlebih lagi, Alisa tidak hanya mencari orang untuk melecehkannya, bahkan berencana untuk mengambil rekaman video. Mungkin karena dia tidak menerima suap dari wanita itu, jadi wanita itu berencana untuk menga
"Pak Jerico, aku sedang beli sayur, nanti malam kamu ingin makan apa?"Secara refleks, Rhea mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Begitu melihat dengan jelas paras orang tersebut, ekspresinya langsung berubah menjadi muram.Orang itu tidak lain adalah Stella.Melihat senyuman di wajahnya, ditambah lagi dengan ekspresi manjanya layaknya seorang gadis muda itu, kilatan jijik melintas di mata Rhea.Tidak perlu diragukan lagi, Pak Jerico yang dipanggil oleh wanita itu adalah Jerico, suaminya.Mengingat pasangan menjijikkan itu bercinta sampai-sampai masuk rumah sakit, Rhea benar-benar merasa jijik.Setelah memilih beberapa ekor ikan dengan cepat, dia segera berbalik dan mendorong kereta dorongnya menjauh dari area itu.Stella tidak menyadari keberadaan Rhea, dia masih asyik berteleponan dengan Jerico. Namun, orang di ujung telepon menanggapinya dengan sangat dingin."Malam ini aku nggak akan ke sana, kamu makan saja sendiri."Selesai berbicara, tanpa memberi Stella kesempatan untuk ber
"Makan sarapan."Suaranya terdengar agak dingin, sangat jelas dia marah karena sikap Rhea yang dingin padanya."Sekarang aku nggak selera makan, nanti saja aku makan. Kamu kembali bekerja saja."Amarah yang sedari tadi Jerico tahan, tidak bisa ditahannya lagi. Dia menatap Rhea dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada bicara mempertanyakan, "Kamu nggak bisa makan, atau nggak selera makan karena melihatku?"Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak bermaksud seperti itu.""Kulihat kamu memang bermaksud seperti itu. Tadi malam Nenek memanggilmu ke kediaman lama, mengapa kamu berbohong padaku dengan bilang ada acara makan dengan rekan kerja?"Kalau bukan karena dia menyadari ada yang tidak beres dan menelepon Weni, mungkin hingga sekarang dia masih tidak tahu Rhea telah membohonginya.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan ekspresi tenang, "Aku takut kamu khawatir."Jerico mencibir dan berkata, "Rhea, jangan menganggapku seperti orang bodoh, sebenarnya kamu
Melihat Rhea meringkuk di sudut ruangan, matanya terpejam dengan rapat, wajahnya memerah dengan tidak normal, tubuhnya juga terus gemetaran, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin.Saat dia hendak melangkah dengan cepat ke arah wanita itu, tiba-tiba saja Jerico mendorongnya, lalu bergegas menghampiri Rhea dan langsung menggendong istrinya.Melihat Rhea dalam kondisi tak sadarkan diri, Nyonya Besar Thamnin tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya.Dia hanya ingin mengurung Rhea selama satu malam untuk memberi Rhea pelajaran. Dia tidak menyangka situasi bisa berkembang seperti ini.Api amarah menyelimuti hati Jerico, tetapi dia tidak berani melampiaskan amarahnya pada Nyonya Besar Thamnin. Dia hanya berkata dengan suara dalam, "Nenek, aku bawa Rhea ke rumah sakit dulu."Tanpa menunggu Nyonya Besar Thamnin berbicara, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sambil menggendong Rhea.Melihat punggung Jerico yang kian menjauh, tangan di kedua sisi tubuh Arieson langsung
Begitu Tuan Besar Thamnin selesai berbicara, suasana di dalam ruang pertemuan itu berubah menjadi sangat hening. Semua orang menundukkan kepala mereka, tidak berani berbicara.Bagaimanapun juga, mereka ingin mencopot Jerico dari jabatan sebagai manajer umum, sedikit banyak pasti memiliki motif tersendiri.Setelah suasana hening cukup lama, akhirnya ada pemegang saham yang tidak tahan lagi dengan suasana tegang itu. Dia berkata, "Pak, kami hanya terlalu cemas ... bagaimanapun juga, hanya dalam waktu sepanjang pagi saja, Grup Thamnin sudah mengalami kerugian mencapai triliunan ...."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Memangnya triliunan itu sangat banyak. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia bisa menghasilkannya kembali. Bagi siapa pun yang ingin menduduki posisi sebagai manajer umum, tunjukkan pencapaian sendiri!"Selesai berbicara, tanpa memedulikan reaksi para pemegang saham, Tuan Besar Thamnin langsung bangkit dan pergi.Berjalan keluar dari ruang pertemuan, dia lan
Rhea tersenyum getir, bagaimana mungkin hari ini dia masih bisa pulang?"Nggak perlu. Lokasi pertemuan lebih dekat dengan rumah Weni. Malam ini aku akan menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon hening sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Rhea, apa kamu masih marah padaku karena kejadian tadi malam?""Nggak, hanya saja aku juga sudah sangat lama nggak mengobrol bersama Weni. Jadi, malam ini aku berencana untuk menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon kembali terdiam cukup lama. Pada akhirnya, Jerico berkata, "Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya.""Oke, aku mengerti."Setelah memutus panggilan telepon, tiba-tiba muncul pemberitahuan di layar ponsel Rhea, menunjukkan bahwa baterai ponselnya hanya tersisa dua puluh persen, harus segera diisi daya.Rhea mengerutkan keningnya. Saat inilah dia baru teringat, tadi malam sepulang ke rumah dan selesai mandi, dia langsung tidur. Hari ini dia terlalu sibuk bekerja, tidak punya
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg