Arieson duduk di samping ranjang bangsal, menatapnya dengan ekspresi datar.Saat itu juga, ingatan terakhir sebelum dia kehilangan kesadarannya melintas di benaknya. Rhea menggigit bibir bawahnya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Pak Arieson, terima kasih karena telah menyelamatkanku."Kalau bukan karena Arieson tiba tepat waktu, apa yang akan terjadi semalam sudah tertebak."Maaf, kejadian kali ini bisa terjadi karena aku nggak mempertimbangkan secara menyeluruh."Melihat sorot mata serius Arieson, tanpa Rhea sadari, hatinya seperti bergetar sejenak. Secara naluriah, dia mengalihkan pandangannya."Kejadian ini nggak ada hubungannya denganmu. Bagaimanapun juga, siapa yang bisa menebak orang-orang dari Perusahaan Farmasi Berjaya bisa melakukan hal seperti itu?"Terlebih lagi, Alisa tidak hanya mencari orang untuk melecehkannya, bahkan berencana untuk mengambil rekaman video. Mungkin karena dia tidak menerima suap dari wanita itu, jadi wanita itu berencana untuk menga
"Pak Jerico, aku sedang beli sayur, nanti malam kamu ingin makan apa?"Secara refleks, Rhea mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Begitu melihat dengan jelas paras orang tersebut, ekspresinya langsung berubah menjadi muram.Orang itu tidak lain adalah Stella.Melihat senyuman di wajahnya, ditambah lagi dengan ekspresi manjanya layaknya seorang gadis muda itu, kilatan jijik melintas di mata Rhea.Tidak perlu diragukan lagi, Pak Jerico yang dipanggil oleh wanita itu adalah Jerico, suaminya.Mengingat pasangan menjijikkan itu bercinta sampai-sampai masuk rumah sakit, Rhea benar-benar merasa jijik.Setelah memilih beberapa ekor ikan dengan cepat, dia segera berbalik dan mendorong kereta dorongnya menjauh dari area itu.Stella tidak menyadari keberadaan Rhea, dia masih asyik berteleponan dengan Jerico. Namun, orang di ujung telepon menanggapinya dengan sangat dingin."Malam ini aku nggak akan ke sana, kamu makan saja sendiri."Selesai berbicara, tanpa memberi Stella kesempatan untuk ber
Begitu mendengar ucapan Rhea, Jerico menghela napas lega dalam hati. Selama Rhea tidak mengetahui hal itu, maka tidak masalah."Rhea, aku sudah lama memblokir nomornya, dia menggunakan nomor lain untuk menghubungiku. Aku langsung memutuskan panggilan telepon dengannya, nggak menyetujui untuk makan bersamanya."Jerico menatapnya dengan ekspresi sedih, seolah-olah sedang merasakan kesedihan yang sangat mendalam.Kalau bukan karena tahu hal menjijikkan yang telah pria itu lakukan bersama Stella, mungkin Rhea akan benar-benar memercayai pria bajingan itu.Namun, sekarang dia masih belum bisa membiarkan fakta bahwa dia diam-diam menyuruh orang untuk mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan pria itu ketahuan.Dia mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata tidak sesuai dengan kata hatinya, "Kalau begitu, mungkin aku sudah salah paham padamu. Maaf."Melihat ekspresi Rhea sudah melembut, Jerico berkata dengan lembut, "Kamu nggak perlu khawatir. Aku sudah berjanji padamu untuk nggak berinter
Waktu akhir pekan berlalu dengan cepat, hari ini sudah Hari Senin lagi.Rhea kembali ke Departemen Penelitian dan melanjutkan penelitiannya sebelumnya.Janice juga sudah kembali bekerja, tetapi sudah tidak begitu menonjolkan diri lagi seperti sebelumnya. Saat melihat Rhea, dia juga hanya berpura-pura tidak melihat Rhea, sama sekali tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi.Hanya saja, apakah wanita itu benar-benar sudah memetik pembelajaran dan berencana untuk tidak menonjolkan diri lagi, atau sedang diam-diam menyusun rencana lainnya, tidak ada yang tahu.Waktu satu hari berlalu dengan cepat. Saat menjelang jam pulang kerja, tiba-tiba Rhea menerima panggilan telepon dari Weni yang mengajaknya untuk makan malam bersama.Karena tidak ada urusan lain di malam hari, Rhea pun menyetujui ajakan sahabatnya itu.Saat tiba di restoran, Rhea melihat ada seorang pemuda sekitar berusia dua puluhan tahun, yang wajahnya masih diselimuti aura polos duduk di samping Weni. Dia pun mengangkat alis
Setelah mereka berdua berdiri di hadapan Rhea, Tio tersenyum dan berkata, "Kebetulan sekali. Nona Rhea, malam ini kamu juga makan di sini?"Rhea menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, bersama temanku.""Kalau begitu, aku akan pergi bawa mobil, lalu mengantarmu pulang?""Nggak perlu, aku bawa mobil sendiri.""Oh, oke. Kalau begitu, bisakah kamu tolong menjaga Pak Arieson di sini sejenak? Malam ini dia minum sedikit banyak, aku agak khawatir membiarkannya menunggu seorang diri di sini."Rhea melirik Arieson sejenak. Melihat sorot mata pria itu masih jernih, selain ada aroma alkohol samar-samar yang menguar dari tubuh pria itu, tidak ada tanda-tanda pria itu mabuk.Bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Rhea, Tio segera memberi penjelasan. "Baik mabuk maupun nggak, Pak Arieson selalu begini saja. Mungkin kamu lihat dia seperti sangat normal, sebenarnya kemungkinan dia sudah mabuk."Mengingat sebelumnya Arieson sudah membantunya berkali-kali, kalau dia tidak menyetujui permintaan
Terlebih lagi, saat itu pencahayaan lampu di depan pintu restoran tepat di atas kepala mereka, membuat sisi wajah Arieson yang awalnya dingin selimuti cahaya, bahkan sorot mata pria itu terhadapnya juga tampak sangat lembut.Kalau dilihat seperti itu, memang sangat mudah membuat orang berpikir banyak.Namun, seharusnya itu adalah masalah sudut pengambilan foto. Saat itu, Arieson sedang berbicara padanya, tentu saja pria itu harus menatapnya. Dia tidak menyangka momen itu bisa secara kebetulan tertangkap kamera.Dia langsung menghubungi Weni."Ada apa dengan foto itu? Siapa yang mengambilnya?""Akhirnya kamu bangun juga. Foto itu diambil oleh seorang fotografer yang memiliki sedikit popularitas di dunia fotografi. Setelah mengambil foto itu, dia langsung mengunggahnya ke Instagram pribadinya. Siapa sangka, foto itu langsung gempar. Para netizen memuji kalian pasangan yang serasi ...."Setelah mendengar ucapan Weni, Rhea langsung terdiam.Walaupun dalam foto itu hanya sisi wajah mereka y
"Kamu nggak perlu memperingatkanku apa yang boleh kulakukan dan apa yang nggak boleh kulakukan."Begitu Arieson selesai berbicara, suasana di ruangan itu langsung berubah menjadi sangat hening.Paman dan keponakan itu saling menatap satu sama lain dengan ekspresi sedingin es, tidak ada seorang pun yang bersedia mengalah.Menyadari situasi sudah makin tidak benar, Tio buru-buru melangkah maju dan berkata, "Pak Jerico, begitu mengetahui masalah foto yang beredar di internet pagi ini, Pak Arieson sudah sedang menanganinya. Bagaimana kalau kamu pulang saja dulu?"Jerico mengalihkan pandangannya ke arah Tio dan berkata dengan dingin, "Pak Tio, kamu juga sudah mengikuti pamanku selama beberapa tahun. Aku harap di saat senggang, kamu bisa membujuknya, agar dia nggak ....""Jerico!"Arieson menyelanya dengan nada bicara tegas, lalu berkata padanya dengan sorot mata penuh amarah, "Kalau kamu berani mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, jangan harap kamu bisa menduduki posisi sebagai manaj
Melihat bulu mata Rhea sedikit bergetar, kilatan puas melintas di mata Jerico.Rhea menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah mau berangkat kerja, apa kamu sudah bisa pergi sekarang?"Merasakan sikap menjauh wanita itu, sorot mata Jerico berubah menjadi muram.Namun, dalam situasi sekarang ini, dia juga tidak bisa terlalu mendesak Rhea. Kalau tidak, hubungan mereka akan makin menegang."Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu."Selesai berbicara, dia langsung mendorong Jerico keluar, lalu menutup pintu dan pergi.Sesampainya di perusahaan, dia mendapati rekan kerjanya mencuri-curi pandang ke arahnya. Rhea sendiri tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Kemungkinan besar mereka bereaksi seperti itu karena foto yang tersebar di internet.Setelah meletakkan barang-barangnya di atas meja kerjanya, Rhea bersiap untuk pergi ke laboratorium. Tiba-tiba saja, Lulu yang berada di sampingnya mendekatinya dan berkata dengan suara rendah, "Rhea, masalah foto di internet itu ... apaka