Waktu akhir pekan berlalu dengan cepat, hari ini sudah Hari Senin lagi.Rhea kembali ke Departemen Penelitian dan melanjutkan penelitiannya sebelumnya.Janice juga sudah kembali bekerja, tetapi sudah tidak begitu menonjolkan diri lagi seperti sebelumnya. Saat melihat Rhea, dia juga hanya berpura-pura tidak melihat Rhea, sama sekali tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi.Hanya saja, apakah wanita itu benar-benar sudah memetik pembelajaran dan berencana untuk tidak menonjolkan diri lagi, atau sedang diam-diam menyusun rencana lainnya, tidak ada yang tahu.Waktu satu hari berlalu dengan cepat. Saat menjelang jam pulang kerja, tiba-tiba Rhea menerima panggilan telepon dari Weni yang mengajaknya untuk makan malam bersama.Karena tidak ada urusan lain di malam hari, Rhea pun menyetujui ajakan sahabatnya itu.Saat tiba di restoran, Rhea melihat ada seorang pemuda sekitar berusia dua puluhan tahun, yang wajahnya masih diselimuti aura polos duduk di samping Weni. Dia pun mengangkat alis
Setelah mereka berdua berdiri di hadapan Rhea, Tio tersenyum dan berkata, "Kebetulan sekali. Nona Rhea, malam ini kamu juga makan di sini?"Rhea menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, bersama temanku.""Kalau begitu, aku akan pergi bawa mobil, lalu mengantarmu pulang?""Nggak perlu, aku bawa mobil sendiri.""Oh, oke. Kalau begitu, bisakah kamu tolong menjaga Pak Arieson di sini sejenak? Malam ini dia minum sedikit banyak, aku agak khawatir membiarkannya menunggu seorang diri di sini."Rhea melirik Arieson sejenak. Melihat sorot mata pria itu masih jernih, selain ada aroma alkohol samar-samar yang menguar dari tubuh pria itu, tidak ada tanda-tanda pria itu mabuk.Bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Rhea, Tio segera memberi penjelasan. "Baik mabuk maupun nggak, Pak Arieson selalu begini saja. Mungkin kamu lihat dia seperti sangat normal, sebenarnya kemungkinan dia sudah mabuk."Mengingat sebelumnya Arieson sudah membantunya berkali-kali, kalau dia tidak menyetujui permintaan
Terlebih lagi, saat itu pencahayaan lampu di depan pintu restoran tepat di atas kepala mereka, membuat sisi wajah Arieson yang awalnya dingin selimuti cahaya, bahkan sorot mata pria itu terhadapnya juga tampak sangat lembut.Kalau dilihat seperti itu, memang sangat mudah membuat orang berpikir banyak.Namun, seharusnya itu adalah masalah sudut pengambilan foto. Saat itu, Arieson sedang berbicara padanya, tentu saja pria itu harus menatapnya. Dia tidak menyangka momen itu bisa secara kebetulan tertangkap kamera.Dia langsung menghubungi Weni."Ada apa dengan foto itu? Siapa yang mengambilnya?""Akhirnya kamu bangun juga. Foto itu diambil oleh seorang fotografer yang memiliki sedikit popularitas di dunia fotografi. Setelah mengambil foto itu, dia langsung mengunggahnya ke Instagram pribadinya. Siapa sangka, foto itu langsung gempar. Para netizen memuji kalian pasangan yang serasi ...."Setelah mendengar ucapan Weni, Rhea langsung terdiam.Walaupun dalam foto itu hanya sisi wajah mereka y
"Kamu nggak perlu memperingatkanku apa yang boleh kulakukan dan apa yang nggak boleh kulakukan."Begitu Arieson selesai berbicara, suasana di ruangan itu langsung berubah menjadi sangat hening.Paman dan keponakan itu saling menatap satu sama lain dengan ekspresi sedingin es, tidak ada seorang pun yang bersedia mengalah.Menyadari situasi sudah makin tidak benar, Tio buru-buru melangkah maju dan berkata, "Pak Jerico, begitu mengetahui masalah foto yang beredar di internet pagi ini, Pak Arieson sudah sedang menanganinya. Bagaimana kalau kamu pulang saja dulu?"Jerico mengalihkan pandangannya ke arah Tio dan berkata dengan dingin, "Pak Tio, kamu juga sudah mengikuti pamanku selama beberapa tahun. Aku harap di saat senggang, kamu bisa membujuknya, agar dia nggak ....""Jerico!"Arieson menyelanya dengan nada bicara tegas, lalu berkata padanya dengan sorot mata penuh amarah, "Kalau kamu berani mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, jangan harap kamu bisa menduduki posisi sebagai manaj
Melihat bulu mata Rhea sedikit bergetar, kilatan puas melintas di mata Jerico.Rhea menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah mau berangkat kerja, apa kamu sudah bisa pergi sekarang?"Merasakan sikap menjauh wanita itu, sorot mata Jerico berubah menjadi muram.Namun, dalam situasi sekarang ini, dia juga tidak bisa terlalu mendesak Rhea. Kalau tidak, hubungan mereka akan makin menegang."Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu."Selesai berbicara, dia langsung mendorong Jerico keluar, lalu menutup pintu dan pergi.Sesampainya di perusahaan, dia mendapati rekan kerjanya mencuri-curi pandang ke arahnya. Rhea sendiri tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Kemungkinan besar mereka bereaksi seperti itu karena foto yang tersebar di internet.Setelah meletakkan barang-barangnya di atas meja kerjanya, Rhea bersiap untuk pergi ke laboratorium. Tiba-tiba saja, Lulu yang berada di sampingnya mendekatinya dan berkata dengan suara rendah, "Rhea, masalah foto di internet itu ... apaka
Saat ini, Gozeus sedang mondar-mandir dengan resah sambil melihat tagihan rumah sakit dalam genggamannya. Begitu mendengar ucapan Janice, dia langsung berkata dengan suara dalam, "Dalam beberapa hari ini."Kini, dia tidak memiliki uang sepeser pun, sedangkan Rani masih mendekam di balik jeruji besi. Hanya dengan menjalankan instruksi dari Janice, dia baru bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya pengobatan istrinya."Kalau begitu, aku tunggu kabar baik dari Paman Gozeus."Setelah memutuskan sambungan telepon, seulas senyum tersungging di wajah Janice.Selama Gozeus berhasil menculik Rhea, saat itu tiba dia akan membuat kedua orang itu mati bersama-sama di lokasi kejadian. Setelah kedua orang itu mati, dia sudah bisa hidup dengan tenang.Di dalam laboratorium, Rhea baru saja hendak melanjutkan penelitiannya sebelumnya, dia sudah menerima pesan dari Ruisa, memintanya untuk ke ruangannya.Setibanya di ruangan Ruisa, Ruisa mempersilakannya duduk sambil tersenyum."Rhea, bagaimana perasaa
Sepulang rumah, Rhea langsung menghubungi Tio. Tio meminta Rhea untuk menemuinya di ruangan presdir keesokan paginya. Saat itu tiba, dia akan membawa Rhea untuk merekam sidik jari dan membuat kartu akses."Setelah memutuskan panggilan telepon, Rhea merasa sedikit cemas.Jerico sudah mencurigai Arieson menaruh niat lain terhadapnya. Sekarang dia malah pergi bekerja di Perusahaan Teknologi Hongdam. Kalau pria gila itu mengetahui hal ini, mungkin pria gila itu akan menggila lagi dan membuat keributan besar.Namun, dalam situasi saat ini, dia hanya bisa memantau dulu. Setelah pria itu benar-benar sudah mengetahui hal ini, baru dia pikirkan lagi.Keesokan paginya, selesai mandi dan berpakaian, Rhea mengendarai mobilnya menuju Perusahaan Teknologi Hongdam.Setelah memarkir mobilnya, Rhea langsung menemui resepsionis dan mengatakan dia mencari Tio. Resepsionis mengantarnya ke lift setelah memastikan identitasnya."Nona Rhea, ruangan presdir berlokasi di lantai paling atas."Rhea menganggukkan
Arieson mengalihkan pandangannya ke arah bawahannya itu dan berkata dengan ekspresi dingin, "Hmm."Melihat ekspresi dingin atasannya, Tio merasa tidak ada gunanya dia sengaja memberi tahu Arieson hal ini.Setelah mengingatkan Arieson jam sepuluh ada rapat, Tio langsung berbalik dan keluar dari ruangan.Siang harinya, Rhea pergi ke kantin dengan membawa kartu makannya.Begitu memasuki kantin, dia benar-benar dibuat tercengang oleh kemewahan kantin Perusahaan Teknologi Hongdam. Tempat ini tidak layak disebut sebagai kantin, sudah tidak ada bedanya dengan restoran mewah.Sejauh mata memandang, makanan di setiap loket terlihat sangat menggugah selera.Terlebih lagi, harga makanan di sini sangat murah, seperti harga makanan di kantin mahasiswa.Kantin ini terdiri dari tiga lantai, ada berbagai macam makanan, termasuk makanan Barat dan makanan Nusantara, serta makanan-makanan dari negara-negara lainnya.Rhea berbaris di loket makanan Thainam, memesan satu porsi Nasi Goreng Nanas dan satu por
"Makan sarapan."Suaranya terdengar agak dingin, sangat jelas dia marah karena sikap Rhea yang dingin padanya."Sekarang aku nggak selera makan, nanti saja aku makan. Kamu kembali bekerja saja."Amarah yang sedari tadi Jerico tahan, tidak bisa ditahannya lagi. Dia menatap Rhea dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada bicara mempertanyakan, "Kamu nggak bisa makan, atau nggak selera makan karena melihatku?"Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak bermaksud seperti itu.""Kulihat kamu memang bermaksud seperti itu. Tadi malam Nenek memanggilmu ke kediaman lama, mengapa kamu berbohong padaku dengan bilang ada acara makan dengan rekan kerja?"Kalau bukan karena dia menyadari ada yang tidak beres dan menelepon Weni, mungkin hingga sekarang dia masih tidak tahu Rhea telah membohonginya.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan ekspresi tenang, "Aku takut kamu khawatir."Jerico mencibir dan berkata, "Rhea, jangan menganggapku seperti orang bodoh, sebenarnya kamu
Melihat Rhea meringkuk di sudut ruangan, matanya terpejam dengan rapat, wajahnya memerah dengan tidak normal, tubuhnya juga terus gemetaran, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin.Saat dia hendak melangkah dengan cepat ke arah wanita itu, tiba-tiba saja Jerico mendorongnya, lalu bergegas menghampiri Rhea dan langsung menggendong istrinya.Melihat Rhea dalam kondisi tak sadarkan diri, Nyonya Besar Thamnin tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya.Dia hanya ingin mengurung Rhea selama satu malam untuk memberi Rhea pelajaran. Dia tidak menyangka situasi bisa berkembang seperti ini.Api amarah menyelimuti hati Jerico, tetapi dia tidak berani melampiaskan amarahnya pada Nyonya Besar Thamnin. Dia hanya berkata dengan suara dalam, "Nenek, aku bawa Rhea ke rumah sakit dulu."Tanpa menunggu Nyonya Besar Thamnin berbicara, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sambil menggendong Rhea.Melihat punggung Jerico yang kian menjauh, tangan di kedua sisi tubuh Arieson langsung
Begitu Tuan Besar Thamnin selesai berbicara, suasana di dalam ruang pertemuan itu berubah menjadi sangat hening. Semua orang menundukkan kepala mereka, tidak berani berbicara.Bagaimanapun juga, mereka ingin mencopot Jerico dari jabatan sebagai manajer umum, sedikit banyak pasti memiliki motif tersendiri.Setelah suasana hening cukup lama, akhirnya ada pemegang saham yang tidak tahan lagi dengan suasana tegang itu. Dia berkata, "Pak, kami hanya terlalu cemas ... bagaimanapun juga, hanya dalam waktu sepanjang pagi saja, Grup Thamnin sudah mengalami kerugian mencapai triliunan ...."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Memangnya triliunan itu sangat banyak. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia bisa menghasilkannya kembali. Bagi siapa pun yang ingin menduduki posisi sebagai manajer umum, tunjukkan pencapaian sendiri!"Selesai berbicara, tanpa memedulikan reaksi para pemegang saham, Tuan Besar Thamnin langsung bangkit dan pergi.Berjalan keluar dari ruang pertemuan, dia lan
Rhea tersenyum getir, bagaimana mungkin hari ini dia masih bisa pulang?"Nggak perlu. Lokasi pertemuan lebih dekat dengan rumah Weni. Malam ini aku akan menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon hening sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Rhea, apa kamu masih marah padaku karena kejadian tadi malam?""Nggak, hanya saja aku juga sudah sangat lama nggak mengobrol bersama Weni. Jadi, malam ini aku berencana untuk menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon kembali terdiam cukup lama. Pada akhirnya, Jerico berkata, "Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya.""Oke, aku mengerti."Setelah memutus panggilan telepon, tiba-tiba muncul pemberitahuan di layar ponsel Rhea, menunjukkan bahwa baterai ponselnya hanya tersisa dua puluh persen, harus segera diisi daya.Rhea mengerutkan keningnya. Saat inilah dia baru teringat, tadi malam sepulang ke rumah dan selesai mandi, dia langsung tidur. Hari ini dia terlalu sibuk bekerja, tidak punya
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg