Melihat bulu mata Rhea sedikit bergetar, kilatan puas melintas di mata Jerico.Rhea menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah mau berangkat kerja, apa kamu sudah bisa pergi sekarang?"Merasakan sikap menjauh wanita itu, sorot mata Jerico berubah menjadi muram.Namun, dalam situasi sekarang ini, dia juga tidak bisa terlalu mendesak Rhea. Kalau tidak, hubungan mereka akan makin menegang."Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu."Selesai berbicara, dia langsung mendorong Jerico keluar, lalu menutup pintu dan pergi.Sesampainya di perusahaan, dia mendapati rekan kerjanya mencuri-curi pandang ke arahnya. Rhea sendiri tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Kemungkinan besar mereka bereaksi seperti itu karena foto yang tersebar di internet.Setelah meletakkan barang-barangnya di atas meja kerjanya, Rhea bersiap untuk pergi ke laboratorium. Tiba-tiba saja, Lulu yang berada di sampingnya mendekatinya dan berkata dengan suara rendah, "Rhea, masalah foto di internet itu ... apaka
Saat ini, Gozeus sedang mondar-mandir dengan resah sambil melihat tagihan rumah sakit dalam genggamannya. Begitu mendengar ucapan Janice, dia langsung berkata dengan suara dalam, "Dalam beberapa hari ini."Kini, dia tidak memiliki uang sepeser pun, sedangkan Rani masih mendekam di balik jeruji besi. Hanya dengan menjalankan instruksi dari Janice, dia baru bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya pengobatan istrinya."Kalau begitu, aku tunggu kabar baik dari Paman Gozeus."Setelah memutuskan sambungan telepon, seulas senyum tersungging di wajah Janice.Selama Gozeus berhasil menculik Rhea, saat itu tiba dia akan membuat kedua orang itu mati bersama-sama di lokasi kejadian. Setelah kedua orang itu mati, dia sudah bisa hidup dengan tenang.Di dalam laboratorium, Rhea baru saja hendak melanjutkan penelitiannya sebelumnya, dia sudah menerima pesan dari Ruisa, memintanya untuk ke ruangannya.Setibanya di ruangan Ruisa, Ruisa mempersilakannya duduk sambil tersenyum."Rhea, bagaimana perasaa
Sepulang rumah, Rhea langsung menghubungi Tio. Tio meminta Rhea untuk menemuinya di ruangan presdir keesokan paginya. Saat itu tiba, dia akan membawa Rhea untuk merekam sidik jari dan membuat kartu akses."Setelah memutuskan panggilan telepon, Rhea merasa sedikit cemas.Jerico sudah mencurigai Arieson menaruh niat lain terhadapnya. Sekarang dia malah pergi bekerja di Perusahaan Teknologi Hongdam. Kalau pria gila itu mengetahui hal ini, mungkin pria gila itu akan menggila lagi dan membuat keributan besar.Namun, dalam situasi saat ini, dia hanya bisa memantau dulu. Setelah pria itu benar-benar sudah mengetahui hal ini, baru dia pikirkan lagi.Keesokan paginya, selesai mandi dan berpakaian, Rhea mengendarai mobilnya menuju Perusahaan Teknologi Hongdam.Setelah memarkir mobilnya, Rhea langsung menemui resepsionis dan mengatakan dia mencari Tio. Resepsionis mengantarnya ke lift setelah memastikan identitasnya."Nona Rhea, ruangan presdir berlokasi di lantai paling atas."Rhea menganggukkan
Arieson mengalihkan pandangannya ke arah bawahannya itu dan berkata dengan ekspresi dingin, "Hmm."Melihat ekspresi dingin atasannya, Tio merasa tidak ada gunanya dia sengaja memberi tahu Arieson hal ini.Setelah mengingatkan Arieson jam sepuluh ada rapat, Tio langsung berbalik dan keluar dari ruangan.Siang harinya, Rhea pergi ke kantin dengan membawa kartu makannya.Begitu memasuki kantin, dia benar-benar dibuat tercengang oleh kemewahan kantin Perusahaan Teknologi Hongdam. Tempat ini tidak layak disebut sebagai kantin, sudah tidak ada bedanya dengan restoran mewah.Sejauh mata memandang, makanan di setiap loket terlihat sangat menggugah selera.Terlebih lagi, harga makanan di sini sangat murah, seperti harga makanan di kantin mahasiswa.Kantin ini terdiri dari tiga lantai, ada berbagai macam makanan, termasuk makanan Barat dan makanan Nusantara, serta makanan-makanan dari negara-negara lainnya.Rhea berbaris di loket makanan Thainam, memesan satu porsi Nasi Goreng Nanas dan satu por
Langkah kaki Rhea terhenti sejenak. Dia mengerutkan keningnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Jerico. Sorot mata penuh amarah tampak jelas di matanya."Apa yang telah kamu katakan pada ayahku?!"Sebelum Jerico sempat berbicara, Bagas sudah berkata dengan marah, "Bisa-bisanya kamu menanyakan hal seperti itu pada Jerico! Kamu sendiri menjalin hubungan yang nggak jelas dengan pamannya, apa kamu nggak merasa bersalah padanya?"Raut wajah Rhea mulai memutih saking kesalnya, ujung-ujung jarinya juga gemetaran.Dia tidak menyangka Jerico begitu tidak tahu malu dengan membalikkan fakta di hadapan Bagas.Hal yang lebih tak disangka-sangka olehnya adalah, Bagas memercayai ucapan pria bajingan itu!"Ayah, apa di mata Ayah aku adalah orang seperti itu?! Ayah bahkan belum bertanya padaku apa yang telah terjadi, tapi Ayah malah memercayai ucapannya dan merasa aku telah mengkhianatinya?!"Rhea menarik napas dalam-dalam, dia tidak berencana menyembunyikan masalah perselingkuhan Jerico lagi."Tahu
Saat itu juga, sebuah bekas tamparan tampak jelas di wajah Jerico. Sorot matanya terhadap Rhea langsung berubah menjadi sedingin es."Berani-beraninya kamu memukulku!"Rhea mengangkat kepalanya, menatap sorot mata penuh amarah pria itu dan berkata dengan penuh penekanan, "Mengapa aku nggak berani memukulmu? Jelas-jelas orang yang berselingkuh adalah kamu, berani-beraninya kamu menuduhku di hadapan ayahku! Bukankah kamu memang pantas dipukul?"Begitu Rhea selesai berbicara, Jerico langsung mencubit dagunya dan menekannya ke dinding. Sorot mata pria itu tampak tajam."Rhea, kamu sendiri yang nggak menuruti ucapanku. Kalau kamu menuruti ucapanku dengan patuh, aku juga nggak akan datang menemui ayah mertuaku."Rhea tertawa dingin dan berkata, "Kalau kamu berani datang menemui ayahku lagi, aku akan mengungkapkan masalah perselingkuhanmu.""Kalau kamu nggak takut kondisi Ayah makin parah karena terangsang, kamu boleh memberitahunya sekarang juga."Mendengar nada bicara acuh tak acuh Jerico,
Sudah ada orang yang bersembunyi di dalam kamar dan di depan pintu, sepertinya orang yang menargetkannya memang sudah membuat perencanaan matang.Dia segera merangkak bangkit, dan berjalan menuju ke dapur. Namun, saat dia baru melangkah dua langkah, lengannya sudah ditarik oleh seseorang, lalu dia didorong ke dinding."Siapa kamu? Mengapa kamu ... hhhmmphhhh ...."Tanpa memberi Rhea kesempatan untuk berbicara, orang itu menekan tubuh Rhea dengan satu lengan dan menutupi hidung Rhea dengan handuk kecil dengan lengan yang lainnya.Begitu menghirup aroma yang menusuk itu, perlahan-lahan pandangan Rhea mulai kabur.Tak lama kemudian, dua orang pria yang mengenakan masker menarik sebuah koper keluar dari apartemen Rhea.Karena sekarang sudah jam delapan lewat malam, kebanyakan orang sudah pulang kerja dan berada di rumah masing-masing, hanya ada segelintir orang di kompleks. Jadi, dua orang itu tidak menarik perhatian.Tak lama kemudian, kedua orang itu sudah sampai di pintu belakang komple
"Biarpun kamu membocorkan semuanya, sekarang aku juga nggak punya uang! Lagi pula, kalau kamu membocorkan hal ini, kamu juga akan masuk penjara!"Pertengkaran antara dua orang itu kian memanas. Akhirnya, Rhea sudah tahu orang yang menculiknya adalah Gozeus, ayah Rani.Namun, dia baru pernah bertemu sekali dengan pria itu. Bagaimana pria itu bisa tahu tempat tinggalnya, bahkan menyelinap masuk ke dalam rumahnya ....Dia sangat yakin cara seperti ini bukanlah cara yang bisa terpikirkan oleh seorang pekerja rantau biasa, pasti ada orang yang memberinya instruksi.Orang itu sangat jelas adalah Janice.Perlahan-lahan, suara pertengkaran di luar pun berhenti. Dengan iringan suara deru mesin mobil, tak lama kemudian, suasana di sekitar tempat itu berubah menjadi hening.Rhea memperlambat napasnya, tidak berani bernapas dengan kuat.Tiba-tiba, dia merasakan koper bergerak, lalu terdengar suara perputaran roda.Merasakan orang itu sedang menarik dirinya ke arah suatu tempat, Rhea diliputi peras