"Siapa?"Mendengar orang di ujung telepon itu adalah Stella, ekspresi Rhea pun berubah."Aku Rhea, aku mencari Jerico, biarkan dia menjawab telepon."Terdengar suara terkekeh pelan di ujung telepon. "Oh, kamu mencari Jerico, ya? Dia sedang mandi, mungkin nggak sempat untuk menjawab teleponmu. Nona Rhea, ada apa kamu mencarinya? Kamu bisa katakan saja padaku, aku akan membantumu menyampaikannya padanya."Rhea menggigit bibir bawahnya, tanpa dia sadari tangannya di sisi tubuhnya mulai mengepal."Stella, aku diculik ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Stella langsung menyelanya, "Rhea, apa kamu kira kamu bisa menggunakan kebohongan payah seperti ini untuk meminta Jerico ke tempatmu? Kalau kamu benar-benar ingin bertemu dengannya, datang saja sendiri mencarinya. Tapi, malam ini dia mau menemaniku dan anak kami. Mungkin nggak ada waktu untuk meladenimu."Situasi saat ini menyangkut nyawanya sendiri, Rhea juga tidak bisa memikirkan dendam yang ada antara dirinya dengan wanita it
Ekspresi Arieson langsung berubah, dia berkata dengan dingin, "Apa yang terjadi?""Kondisi di dalam rumah Nona Rhea sangat kacau, ponselnya ada di atas sofa, tapi nggak kelihatan batang hidungnya.""Cepat lakukan penyelidikan."Dalam waktu kurang dari setengah jam, Tio sudah mendapati Rhea diculik. Dia segera memberi tahu Arieson informasi ini.Sebuah van tanpa pelat mobil baru saja memasuki kota, sudah dicegat.Melihat belasan orang berpakaian hitam di sekeliling mobil, pria itu tertegun sejenak. Kemudian, dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil. Saat dia baru saja hendak menanyakan apa yang terjadi, dia ditendang hingga berlutut di tanah."Ah!"Dia mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, rasa sakit akibat patah tulang di lututnya membuat wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Bulir-bulir keringat dingin terus bercucuran membasahi wajahnya.Dengan memasang ekspresi sedingin es, Tio berkata, "Di mana orang yang kamu culik?"Kilatan panik melintas di mata orang itu. Kemudian, dia bu
Kalau Rhea mati sekarang, wanita itu bukan hanya tidak akan memberinya uang, mungkin juga akan memutarbalikkan fakta dengan mengatakan dia yang telah membunuh Rhea. Dia punya kekuasaan, juga tidak punya pengaruh, ditambah lagi sekarang Rani sudah mendekam di balik jeruji besi, bagaimana mungkin dia mampu melawan Janice?Jadi sekarang, hanya dengan membiarkan Rhea tetap hidup, lebih menguntungkannya."Apa kamu sudah gila? Mungkin sekarang Jerico sudah tahu kita menculiknya. Makin lama waktu diulur, nggak menguntungkan bagi kita.""Selama sudah mendapatkan uang, kamu ingin membunuhnya atau melakukan apa pun terhadapnya, aku nggak peduli.""Sekarang sudah sangat larut, bagaimana aku bisa mentransfer uang untukmu? Paling nggak juga harus tunggu besok pagi, saat bank sudah mulai beroperasi!"Janice sudah hampir kesal setengah mati. Gozeus sama saja dengan Rani, sekutu yang bodoh seperti mereka ini hanya akan mencelakainya.Lagi pula, biarpun dia ingin mentransfer uang, dia juga hanya bisa m
Begitu belati itu tertancap di punggung tangannya, Rhea mengeluarkan suara kesakitan teredam. Saking kesakitannya, ekspresinya berubah menjadi pucat pasi.Darah segar mulai mengalir dari punggung tangannya, terlihat sangat menakutkan.Sambil tertawa, Janice mencabut belatinya.Saat itu juga, darah langsung muncrat ke mana-mana. Rhea menggigit bagian bawah bibirnya dengan kuat, tidak mengeluarkan suara teriakan menyedihkan.Melihat ekspresi menyedihkan Rhea, senyuman di wajah Janice makin melebar."Aku nggak menyangka kamu cukup keras juga, ya. Hanya saja, sampai kapan kamu bisa sekeras ini?"Dia kembali mengangkat belatinya, mengarahkannya ke jantung Rhea.Namun, tepat pada saat belati masih berjarak beberapa sentimeter dari jantung Rhea, tiba-tiba dia merasakan sakit yang luar biasa di pergelangan tangannya. Belati dalam genggamannya juga terjatuh ke lantai.Janice menatap panahan yang tertancap di pergelangan tangannya dengan tidak percaya. Dia segera mendongak melihat ke arah datang
Sepanjang perjalanan, Rhea melirik Arieson dari waktu ke waktu, seolah-olah ingin berbicara, tetapi ragu untuk berbicara.Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu dan berkata dengan suara dalam, "Apa yang ingin kamu katakan?"Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat, lalu berkata, "Pak Arieson, aku ingin menanyakan ... bagaimana kamu bisa tahu aku diculik ... bahkan bisa datang menyelamatkanku ....""Ada beberapa data laboratorium yang ingin Tio tanyakan padamu. Dia meneleponmu, tapi nggak diangkat. Setelah pergi ke rumahmu dan mendapati kamu menghilang, dia pun melakukan penyelidikan."Walaupun pria itu mendeskripsikan semua itu dengan santai, tetapi hati Rhea diselimuti oleh rasa berterima kasih."Pak Arieson, aku benar-benar berterima kasih padamu ... kalau kamu dan Tio nggak tiba tepat waktu, mungkin aku sudah nggak bisa melihat hari esok lagi."Arieson berkata dengan ekspresi datar, "Jangan berpikir terlalu banyak, sekarang yang terpenting adalah beristirahat dengan baik
Sepanjang perjalanan, Rhea terus meronta, ingin Jerico menurunkan dirinya, tetapi sama sekali tidak membuahkan hasil.Hingga setelah meletakkannya di ranjang pasien UGD, Jerico menempatkan kedua tangannya di sisi ranjang, lalu berkata dengan suara dalam, "Rhea, sekarang suasana hatiku sangat buruk, sebaiknya kamu patuh sedikit."Mendengar ancaman dalam nada bicara pria itu, Rhea langsung menepis tangan pria itu dan menatap pria itu dengan ekspresi datar."Oh? Apa hubungannya suasana hatimu buruk denganku? Kalau kamu suka yang patuh, pergi temui Stella. Aku nggak bisa baik hati dan pengertian sepertinya."Jerico menatap wajah Rhea yang dingin itu. Tiba-tiba saja, dia tertawa."Rhea, apa kamu sedang cemburu?"Rhea mengerutkan keningnya. 'Dasar pria gila! Dari mana kamu melihatku cemburu?'Namun, dia juga ingin membantah pernyataan pria itu, terserah saja apa yang ingin dipikirkan oleh pria itu.Tak lama kemudian, dokter sudah datang. Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Rhea
"Stella, sepertinya belakangan ini aku sudah terlalu baik padamu, sampai-sampai kamu sudah lupa diri."Rasa sakit yang menjalar dari kulit kepalanya membuat mata Stella memerah dan berlinang air mata. Namun, ekspresi ganas Jerico saat ini juga membuatnya ketakutan."Jerico ... apa yang kamu katakan? Aku nggak mengerti ....""Nggak mengerti, ya? Karena kamu nggak mengerti, kalau begitu kamu berlutut di depan bangsal Rhea hingga kamu mengerti."Ekspresi Stella langsung berubah. Bagaimana mungkin dia masih tidak tahu apa yang telah terjadi?"Aku nggak tahu ... Nona Rhea menelepon, dia bilang dia diculik. Kukira itu adalah triknya agar kamu pergi ke tempatnya ... maaf ...."Begitu dia selesai berbicara, Jerico langsung melayangkan satu tamparan ke wajahnya.Kekuatan tamparan Jerico itu sangatlah besar. Kalau bukan karena satu tangannya yang lain masih tengah menjambak rambut Stella, wanita itu pasti sudah terjatuh.Stella berteriak kesakitan. Dia merasakan rasa sakit yang luar biasa menjal
"Oh? Aku? Kejam?"Rhea menyunggingkan seulas senyum dingin."Putrimu menginstruksikan seorang rekan kerja untuk menjebakku, nyaris membuat wajahku rusak. Apa dia nggak kejam? Mencari orang, meminta orang tersebut sengaja berlutut di hadapanku, lalu mengambil video dan mengunggahnya di internet, menyebabkan aku mengalami kekerasan internet, itu nggak kejam? Menculikku, nyaris membuatku kehilangan nyawaku, apa itu nggak kejam?"Mina ingin membantah, tetapi saat melihat sorot mata sedingin es Rhea, dia langsung tertegun, lupa apa yang ingin dikatakannya.Melihat Janice begitu pandai bersilat lidah, Zuis berkata dengan dingin, "Rhea, sekarang kondisi kesehatan ayahmu nggak baik. Kalau dia tahu kamu diculik, mungkin dia akan khawatir, bukan?"Rhea langsung mendongak. Melihat sorot mata mengancam Zuis, tangannya di balik selimut pun mengepal.Dia mengatupkan giginya dengan rapat. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba pintu bangsal terbuka."Oh, aku baru tahu ternyata Pak Zuis sangat hebat di
"Makan sarapan."Suaranya terdengar agak dingin, sangat jelas dia marah karena sikap Rhea yang dingin padanya."Sekarang aku nggak selera makan, nanti saja aku makan. Kamu kembali bekerja saja."Amarah yang sedari tadi Jerico tahan, tidak bisa ditahannya lagi. Dia menatap Rhea dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada bicara mempertanyakan, "Kamu nggak bisa makan, atau nggak selera makan karena melihatku?"Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak bermaksud seperti itu.""Kulihat kamu memang bermaksud seperti itu. Tadi malam Nenek memanggilmu ke kediaman lama, mengapa kamu berbohong padaku dengan bilang ada acara makan dengan rekan kerja?"Kalau bukan karena dia menyadari ada yang tidak beres dan menelepon Weni, mungkin hingga sekarang dia masih tidak tahu Rhea telah membohonginya.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan ekspresi tenang, "Aku takut kamu khawatir."Jerico mencibir dan berkata, "Rhea, jangan menganggapku seperti orang bodoh, sebenarnya kamu
Melihat Rhea meringkuk di sudut ruangan, matanya terpejam dengan rapat, wajahnya memerah dengan tidak normal, tubuhnya juga terus gemetaran, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin.Saat dia hendak melangkah dengan cepat ke arah wanita itu, tiba-tiba saja Jerico mendorongnya, lalu bergegas menghampiri Rhea dan langsung menggendong istrinya.Melihat Rhea dalam kondisi tak sadarkan diri, Nyonya Besar Thamnin tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya.Dia hanya ingin mengurung Rhea selama satu malam untuk memberi Rhea pelajaran. Dia tidak menyangka situasi bisa berkembang seperti ini.Api amarah menyelimuti hati Jerico, tetapi dia tidak berani melampiaskan amarahnya pada Nyonya Besar Thamnin. Dia hanya berkata dengan suara dalam, "Nenek, aku bawa Rhea ke rumah sakit dulu."Tanpa menunggu Nyonya Besar Thamnin berbicara, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sambil menggendong Rhea.Melihat punggung Jerico yang kian menjauh, tangan di kedua sisi tubuh Arieson langsung
Begitu Tuan Besar Thamnin selesai berbicara, suasana di dalam ruang pertemuan itu berubah menjadi sangat hening. Semua orang menundukkan kepala mereka, tidak berani berbicara.Bagaimanapun juga, mereka ingin mencopot Jerico dari jabatan sebagai manajer umum, sedikit banyak pasti memiliki motif tersendiri.Setelah suasana hening cukup lama, akhirnya ada pemegang saham yang tidak tahan lagi dengan suasana tegang itu. Dia berkata, "Pak, kami hanya terlalu cemas ... bagaimanapun juga, hanya dalam waktu sepanjang pagi saja, Grup Thamnin sudah mengalami kerugian mencapai triliunan ...."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Memangnya triliunan itu sangat banyak. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia bisa menghasilkannya kembali. Bagi siapa pun yang ingin menduduki posisi sebagai manajer umum, tunjukkan pencapaian sendiri!"Selesai berbicara, tanpa memedulikan reaksi para pemegang saham, Tuan Besar Thamnin langsung bangkit dan pergi.Berjalan keluar dari ruang pertemuan, dia lan
Rhea tersenyum getir, bagaimana mungkin hari ini dia masih bisa pulang?"Nggak perlu. Lokasi pertemuan lebih dekat dengan rumah Weni. Malam ini aku akan menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon hening sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Rhea, apa kamu masih marah padaku karena kejadian tadi malam?""Nggak, hanya saja aku juga sudah sangat lama nggak mengobrol bersama Weni. Jadi, malam ini aku berencana untuk menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon kembali terdiam cukup lama. Pada akhirnya, Jerico berkata, "Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya.""Oke, aku mengerti."Setelah memutus panggilan telepon, tiba-tiba muncul pemberitahuan di layar ponsel Rhea, menunjukkan bahwa baterai ponselnya hanya tersisa dua puluh persen, harus segera diisi daya.Rhea mengerutkan keningnya. Saat inilah dia baru teringat, tadi malam sepulang ke rumah dan selesai mandi, dia langsung tidur. Hari ini dia terlalu sibuk bekerja, tidak punya
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg