"Oh? Aku? Kejam?"Rhea menyunggingkan seulas senyum dingin."Putrimu menginstruksikan seorang rekan kerja untuk menjebakku, nyaris membuat wajahku rusak. Apa dia nggak kejam? Mencari orang, meminta orang tersebut sengaja berlutut di hadapanku, lalu mengambil video dan mengunggahnya di internet, menyebabkan aku mengalami kekerasan internet, itu nggak kejam? Menculikku, nyaris membuatku kehilangan nyawaku, apa itu nggak kejam?"Mina ingin membantah, tetapi saat melihat sorot mata sedingin es Rhea, dia langsung tertegun, lupa apa yang ingin dikatakannya.Melihat Janice begitu pandai bersilat lidah, Zuis berkata dengan dingin, "Rhea, sekarang kondisi kesehatan ayahmu nggak baik. Kalau dia tahu kamu diculik, mungkin dia akan khawatir, bukan?"Rhea langsung mendongak. Melihat sorot mata mengancam Zuis, tangannya di balik selimut pun mengepal.Dia mengatupkan giginya dengan rapat. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba pintu bangsal terbuka."Oh, aku baru tahu ternyata Pak Zuis sangat hebat di
"Terserah kamu saja.""Hmm, Paman, kamu sibuk bekerja. Kalau nggak ada keperluan, nggak perlu datang melihatku."Arieson mengangkat alisnya, menatap wanita itu dengan sorot mata menyelidik."Apa seperti ini perlakuanmu terhadap penyelamatmu?"Rhea mengalihkan pandangannya ke arah pria itu dan berkata dengan perlahan, "Justru karena Paman adalah penyelamatku, itulah sebabnya seharusnya aku tahu berterima kasih, nggak membiarkan Paman yang begitu sibuk bekerja untuk membuang-buang waktu lagi dengan datang melihatku."Melihat wanita itu terus memanggilnya "Paman", seolah-olah sedang mengingatkannya mengenai hubungan di antara mereka berdua setiap saat, Arieson tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk mendekati Rhea.Melihat wajah tampan yang seperti diperbesar di hadapannya itu, Rhea tertegun sejenak, lalu segera mundur, seakan-akan pria itu adalah ular berbisa.Arieson baru saja hendak berbicara, tiba-tiba saja pintu bangsal terbuka."Rhea ...."Suara Jerico langsung terputus begitu meliha
Jerico mencibir. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel dalam sakunya berdering.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Stella, sorot matanya berubah menjadi makin dingin. Dia langsung memutus sambungan telepon itu."Rhea, apa kamu kira pamanku benar-benar menyukaimu? Kalau dia benar-benar peduli padamu, dia nggak akan menggodamu di saat statusmu masih istriku. Dia melakukan itu sekarang, itu artinya dia hanya bermain-main denganmu ...."Rhea benar-benar dibuat jijik oleh pria bajingan di hadapannya ini. Dia menatap pria tersebut dengan sorot mata sedingin es."Jerico, sudah kubilang, jangan menganggap orang lain menjijikkan seperti dirimu.""Aku menjijikkan? Sebagai seorang generasi yang lebih tua, dia menyimpan niat lain terhadapmu, apa dia nggak menjijikkan?"Rhea mengerutkan keningnya, sorot matanya berubah menjadi makin dingin."Oh? Memangnya apa hakmu mengatai orang lain? Kamu sendiri bahkan nggak bisa menangani wanita simpananmu di luar sana dan anak dalam kandungan wani
Selesai memberi kesaksian, dia baru saja hendak pergi, ada seorang polisi yang menghentikannya."Nona Rhea, tersangka bilang ingin bertemu denganmu. Sebelum bertemu denganmu, dia nggak akan mengakui apa pun. Bisakah kamu membantu kerja kami dengan menemuinya?"Rhea mengerutkan keningnya, dia merasa Janice pasti berniat jahat padanya.Menyadari pertimbangan Rhea, polisi melanjutkan. "Jangan khawatir. Kamu bertemu dengannya akan dibatasi dengan kaca, dia nggak akan bisa menyakitimu."Mendengar ucapan polisi, Rhea mengangguk menyetujui. "Kalau begitu, baiklah."Saat dia tiba di lokasi, Janice sudah menunggu di seberangnya.Bertemu dengannya, Janice tampak sangat tenang, mungkin wanita itu juga tahu terlepas dari seberapa dalam kebenciannya terhadap Rhea, dia juga tidak bisa melakukan apa pun lagi.Rhea mengangkat telepon, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Apa yang ingin kamu katakan padaku?"Janice menyunggingkan seulas senyum aneh, lalu berkata, "Rhea, apa kamu merasa kamu sud
Dia tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang dari belakang, lalu terjatuh dengan keras ke tanah.Sebuah truk besar melaju di hadapannya.Rasa sakit menjalar di sekujur tubuh Rhea, tetapi dia sama sekali tidak bisa merasakannya lagi. Dia hanya duduk termenung di sana."Kamu baik-baik saja, 'kan?"Mengira dia dikejutkan oleh kejadian tadi, orang yang menariknya tadi melambaikan tangan di hadapannya.Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak apa-apa ... terima kasih ....""Apa kamu benar-benar baik-baik saja?""Hmm."Setelah memastikan Rhea benar-benar baik-baik saja lagi dan lagi, orang tersebut mengingatkannya untuk tidak melamun saat menyeberang jalan sebelum pergi.Rhea tidak pulang ke rumah, melainkan pergi menjenguk Bagas.Saat dia tiba, Bagas sedang menjalani dialisis.Vani sedikit terkejut melihat Rhea. Dia buru-buru menyeka air mata di sudut matanya, memaksakan seulas senyum."Rhea, mengapa kamu datang kemari?"Rhea duduk di samping Vani, lalu mengalihkan pandangannya ke
Mendengar ucapan ini, Rhea langsung mengerutkan keningnya. Dia menatap Bagas dengan tatapan marah dan berkata, "Ayah, apa yang Ayah bicarakan?! Kalau Ayah berbicara seperti ini lagi, aku nggak akan datang melihat Ayah lagi."Saat Bagas hendak berbicara, Vani buru-buru berkata, "Sudahlah, Bagas, jangan katakan lagi. Kamu juga nggak pikirkan betapa sedihnya Rhea mendengar ucapanmu ini."Melihat sorot mata sedih Rhea, Bagas menghela napas, tidak berbicara lagi.Setelah mengantar Bagas kembali ke bangsal dan hendak pergi, Rhea tidak bisa menahan diri dan bertanya pada ayahnya, "Ayah, kejadian yang menimpa Perusahaan Farmasi Hokada kala itu, apa sudah diketahui penyebab pastinya?"Bagas tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba menanyakan ini?""Oh, belakangan ini aku melihat beberapa video tentang keselamatan, jadi aku ingin tahu bagaimana kejadian kala itu bisa terjadi. Bagaimanapun juga, aku bekerja di laboratorium, aku juga perlu memperhatikan dan
Rhea mendongak menatap pria itu. Melihat sorot mata bersalah pria itu, dia mengangguk dan berkata, "Hmm, aku juga sudah memikirkannya. Aku sudah terlalu dingin terhadapmu. Lagi pula, antara pasangan suami istri, nggak perlu membicarakan tentang kata maaf, terkesan seperti orang asing saja."Mendengar ucapannya, Jerico tertegun sejenak. Kemudian, kilatan senang melintas di matanya."Rhea, apa kamu serius?"Awalnya dia mengira sekarang ini Rhea masih marah padanya. Dia sudah bersiap untuk membujuk istrinya baik-baik. Siapa sangka, dalam kurun waktu sesingkat ini saja, sikap istrinya terhadapnya sudah berubah, tidak terkesan dingin dan menjauh seperti sebelumnya lagi.Rhea menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Tentu saja, walau aku masih belum memaafkanmu sepenuhnya, tapi aku juga sudah memikirkannya. Seharusnya aku nggak membiarkan hubungan kita terus menegang seperti ini. Setelah dua hari lagi, aku akan pindah kembali ke vila.""Benarkah?"Walaupun dia tidak tahu mengapa Rhea tiba-
"Hmm, untuk membicarakan bisnis."Jerico tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku dan Rhea nggak mengganggu Paman lagi. Rhea, ayo masuk."Rhea mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan mengikuti Jerico memasuki restoran.Melihat punggung dua insan itu, ekspresi Arieson langsung berubah menjadi sangat muram.Aura dingin yang terpancar dari tubuhnya membuat Tio merintih dalam hati, 'Mengapa aku selalu mendapat bagian seperti ini?'Setelah ragu sejenak, dia tetap mengumpulkan keberaniannya untuk mengingatkan bosnya. "Pak Arieson, waktu janjian dengan Pak Handi sudah tiba."Arieson tidak berbicara. Dengan memasang ekspresi muram, dia berjalan memasuki restoran.Malam ini suasana hati Jerico sangat baik. Pertama, Rhea tidak bersikap sedingin sebelumnya lagi padanya. Kedua, malam ini dia sudah bisa membalikkan situasi di hadapan Arieson.Di bawah pencahayaan lilin, dia menatap Rhea dengan sorot mata hangat."Rhea, aku sangat senang kamu bersedia memberiku satu kesempatan. Aku b
"Makan sarapan."Suaranya terdengar agak dingin, sangat jelas dia marah karena sikap Rhea yang dingin padanya."Sekarang aku nggak selera makan, nanti saja aku makan. Kamu kembali bekerja saja."Amarah yang sedari tadi Jerico tahan, tidak bisa ditahannya lagi. Dia menatap Rhea dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada bicara mempertanyakan, "Kamu nggak bisa makan, atau nggak selera makan karena melihatku?"Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak bermaksud seperti itu.""Kulihat kamu memang bermaksud seperti itu. Tadi malam Nenek memanggilmu ke kediaman lama, mengapa kamu berbohong padaku dengan bilang ada acara makan dengan rekan kerja?"Kalau bukan karena dia menyadari ada yang tidak beres dan menelepon Weni, mungkin hingga sekarang dia masih tidak tahu Rhea telah membohonginya.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan ekspresi tenang, "Aku takut kamu khawatir."Jerico mencibir dan berkata, "Rhea, jangan menganggapku seperti orang bodoh, sebenarnya kamu
Melihat Rhea meringkuk di sudut ruangan, matanya terpejam dengan rapat, wajahnya memerah dengan tidak normal, tubuhnya juga terus gemetaran, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin.Saat dia hendak melangkah dengan cepat ke arah wanita itu, tiba-tiba saja Jerico mendorongnya, lalu bergegas menghampiri Rhea dan langsung menggendong istrinya.Melihat Rhea dalam kondisi tak sadarkan diri, Nyonya Besar Thamnin tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya.Dia hanya ingin mengurung Rhea selama satu malam untuk memberi Rhea pelajaran. Dia tidak menyangka situasi bisa berkembang seperti ini.Api amarah menyelimuti hati Jerico, tetapi dia tidak berani melampiaskan amarahnya pada Nyonya Besar Thamnin. Dia hanya berkata dengan suara dalam, "Nenek, aku bawa Rhea ke rumah sakit dulu."Tanpa menunggu Nyonya Besar Thamnin berbicara, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sambil menggendong Rhea.Melihat punggung Jerico yang kian menjauh, tangan di kedua sisi tubuh Arieson langsung
Begitu Tuan Besar Thamnin selesai berbicara, suasana di dalam ruang pertemuan itu berubah menjadi sangat hening. Semua orang menundukkan kepala mereka, tidak berani berbicara.Bagaimanapun juga, mereka ingin mencopot Jerico dari jabatan sebagai manajer umum, sedikit banyak pasti memiliki motif tersendiri.Setelah suasana hening cukup lama, akhirnya ada pemegang saham yang tidak tahan lagi dengan suasana tegang itu. Dia berkata, "Pak, kami hanya terlalu cemas ... bagaimanapun juga, hanya dalam waktu sepanjang pagi saja, Grup Thamnin sudah mengalami kerugian mencapai triliunan ...."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Memangnya triliunan itu sangat banyak. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia bisa menghasilkannya kembali. Bagi siapa pun yang ingin menduduki posisi sebagai manajer umum, tunjukkan pencapaian sendiri!"Selesai berbicara, tanpa memedulikan reaksi para pemegang saham, Tuan Besar Thamnin langsung bangkit dan pergi.Berjalan keluar dari ruang pertemuan, dia lan
Rhea tersenyum getir, bagaimana mungkin hari ini dia masih bisa pulang?"Nggak perlu. Lokasi pertemuan lebih dekat dengan rumah Weni. Malam ini aku akan menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon hening sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Rhea, apa kamu masih marah padaku karena kejadian tadi malam?""Nggak, hanya saja aku juga sudah sangat lama nggak mengobrol bersama Weni. Jadi, malam ini aku berencana untuk menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon kembali terdiam cukup lama. Pada akhirnya, Jerico berkata, "Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya.""Oke, aku mengerti."Setelah memutus panggilan telepon, tiba-tiba muncul pemberitahuan di layar ponsel Rhea, menunjukkan bahwa baterai ponselnya hanya tersisa dua puluh persen, harus segera diisi daya.Rhea mengerutkan keningnya. Saat inilah dia baru teringat, tadi malam sepulang ke rumah dan selesai mandi, dia langsung tidur. Hari ini dia terlalu sibuk bekerja, tidak punya
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg