Mendengar ucapan pengacaranya, ekspresi Jerico langsung berubah menjadi muram, suhu di sekelilingnya seperti menurun secara signifikan.Setelah terdiam selama beberapa menit, Jerico berkata, "Ke perusahaan."Beberapa hari berikutnya, Jerico tidak datang mengganggunya lagi, Rhea pun merasa senang dan rileks.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Weni langsung pergi menemui Rhea, meminta Rhea untuk ikut bersamanya ke rumah sakit."Eh? Untuk apa kita pergi ke rumah sakit? Belum sampai jadwal pemeriksaan ulang."Melihat ekspresi kebingungan sahabatnya itu, Weni memutar matanya."Apakah kamu sudah lupa siapa yang menyebabkanmu terjatuh dari tangga?""Tentu saja aku ingat. Kenapa?""Kalau kamu ingat, ayo ikut denganku. Kita pergi ke rumah sakit untuk menuntut kompensasi biaya pengobatan dan kerugian mental yang kamu alami."Saat mereka tiba di rumah sakit, Janice sedang makan siang, Tuan dan Nyonya Keluarga Tiyur juga berada di sisi putri mereka.Melihat kedatangan Rhea, Zuis tertegun sejenak,
"Nggak mungkin! Aku nggak akan meminta maaf!"Weni mengalihkan pandangannya ke arah Janice. Melihat ekspresi kesal wanita itu, ditambah lagi dengan sorot mata penolakan dan marahnya, seulas senyum tersungging di wajah Weni."Nona Janice, kalau kamu nggak ingin meminta maaf, mari kita bertemu saja di pengadilan. Menuduh orang lain dengan sembarangan, kalau aku nggak salah ingat, setelah unggahan tersebar luas sebanyak lima ribu kali, akan dijatuhi vonis hukuman penjara, bukan?"Api arogan yang sebelumnya tampak jelas di wajah Janice seperti diguyur oleh seember air dan padam seketika. Dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi pucat pasi.Kalau dia sampai masuk penjara, maka masa depannya akan hancur.Ekspresi Zuis berubah menjadi muram sejenak. Kemudian, dia kembali menunjukkan ekspresi hangat."Janice, kamu minta maaflah pada Rhea. Bagaimanapun juga, kamu lebih besar darinya. Wajar saja kalau kamu mengalah padanya."Weni mengerutkan keningnya. Kata-kata yang keluar dari mulut Zuis tid
"Ayah, aku minta maaf.""Kalau kamu nggak pandai menjebak orang, jangan lakukan lagi. Kamu hanya perlu berdiam diri saja. Jangan melakukan tindakan bodoh lagi. Kalau nggak, jangan salahkan aku memutuskan hubungan ayah dan anak denganmu."Selesai berbicara, Zuis langsung pergi dengan diliputi amarah yang menggebu-gebu.Kebetulan dua hari berikutnya adalah akhir pekan, Rhea beristirahat dua hari di rumah, Hari Senin dia baru kembali bekerja.Lengannya juga hampir pulih sepenuhnya. Dia bersiap kembali ke laboratorium untuk melanjutkan penelitian yang dilakukannya sebelumnya.Begitu memasuki perusahaan, Ruisa datang menemuinya dengan langkah tergesa-gesa."Rhea, bersiap-siaplah, nanti kamu ikut bersama Pak Arieson untuk dinas ke Kota Rongin."Rhea tertegun sejenak, dia tampak sedikit kebingungan."Pak Arieson?"Ruisa menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, Pak Arieson menemukan sebuah perusahaan farmasi di Kota Rongin, yang khusus memproduksi bahan obat-obatan yang dibutuhkan dalam pene
Melihat sorot mata tidak senang yang tampak jelas di mata Jerico, Tio berkata, "Pak Jerico, Nona Rhea akan ikut dalam perjalanan dinas bersama Pak Arieson. Aku datang untuk membantunya membawakan kopernya."Saat berbicara, dia mengulurkan lengannya untuk mengambil alih koper Rhea.Namun, sebelum dia sempat menyentuh koper tersebut, sebuah lengan panjang sudah menghalanginya."Kalau aku nggak salah ingat, dia adalah karyawan Perusahaan Farmasi Yagin, mengapa dia harus ikut dinas bersama pamanku?"Setiap kali memikirkan Rhea akan berinteraksi dengan Arieson, sorot mata tajam langsung terlihat di matanya.Sebagai seorang pria, dia mengetahui dengan jelas sorot mata yang ditujukan oleh Arieson terhadap Rhea, bukan sekadar sorot mata seorang paman pada istri keponakan."Tim inspeksi Perusahaan Teknologi Hongdam sedang dinas, terlebih lagi kali ini yang akan ditinjau oleh Pak Arieson adalah perusahaan farmasi yang memproduksi bahan obat-obatan yang dibutuhkan untuk proyek penelitian Nona Rhe
Saat itu tiba, dia pasti akan membalas semua penghinaan yang dia terima hari ini!Di dalam mobil.Sejak masuk ke dalam mobil, Rhea sudah bisa merasakan suasana hati Arieson yang duduk di sampingnya tidak baik. Walaupun sedang melihat dokumen dalam genggamannya, tetapi sisi wajah pria itu tampak sangat dingin, bahkan memancarkan aura dingin yang seakan-akan bisa membuat orang di sekitarnya mati membeku."Pak Arieson, aku minta maaf atas kejadian pagi ini."Arieson menoleh. Begitu melihat ekspresi bersalah Rhea, tanpa dia sadari keningnya pun berkerut."Untuk apa kamu minta maaf?""Aku nggak menangani urusan pribadiku dengan baik, sampai-sampai Pak Arieson harus turun tangan membantuku ...."Sorot mata Arieson berubah menjadi muram, dia berkata dengan nada bicara tidak senang, "Itu adalah salah Jerico, nggak ada hubungannya denganmu. Kamu nggak perlu memedulikan hal itu."Arieson benar-benar tidak mengerti mengapa bisa ada bajingan seperti Jerico di Keluarga Thamnin. Jelas-jelas bocah si
Begitu melihat nama Jerico berkedip-kedip di layar ponselnya, kilatan tidak sabar melintas di mata Rhea. Dia langsung menolak panggilan telepon itu.Setelah menelepon beberapa kali lagi dan Rhea tak kunjung menjawab panggilan telepon itu, akhirnya ponsel Rhea tidak berdering lagi.Di sisi lain, Jerico melemparkan ponselnya ke lantai dengan marah. Ekspresinya tampak sangat muram dan menakutkan."Yurik, kirim orang ke Kota Rongin untuk mengawasi di sana. Kalau ada sesuatu yang nggak beres, segera laporkan padaku."Dia tidak ingin dikhianati tanpa mengetahui apa-apa.Sebenarnya Yurik berniat untuk membujuk atasannya itu beberapa patah kata. Namun, melihat ekspresi muram Jerico, dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Baik, aku akan segera mengaturnya."Setelah Yurik pergi, Jerico melihat dokumen-dokumen yang ada di atas meja. Namun, saking kacaunya pikirannya saat ini, dia sama sekali tidak bisa fokus.Memikirkan kemungkinan Rhea akan berinteraksi berduaan saja dengan Arieson, hat
Sambil menahan pinggangnya, Jerico meluapkan hasrat yang bergejolak dalam hatinya seperti orang yang sudah menggila. Sorot matanya tampak gelap dan muram.Tidak tahu sudah berlalu berapa lama, saat Stella merasakan dirinya hampir kehilangan kesadaran, Jerico baru menghujamnya dengan keras. Saat itulah, mereka berdua mencapai klimaks.Setelah permainan menggairahkan mereka itu usai, saat Stella hendak mengambil celana dalamnya dan memakainya, tiba-tiba rasa sakit yang tajam menghujam perutnya. Wajahnya yang awalnya masih memerah, langsung berubah menjadi pucat pasi."Jerico ... perutku sangat sakit ...."Mengingat usia kehamilan wanita itu belum mencapai tiga bulan, ditambah lagi dengan dia menghujam wanita itu dengan gila-gilaan tanpa mengendalikan hasratnya tadi, ekspresi Jerico langsung berubah. Saat itu juga, dia menggendong wanita itu dan berjalan keluar dengan cepat.Menjelang malam harinya, saat Rhea baru berencana keluar setelah menerima pesan dari Tio, tiba-tiba dia menerima pe
Mungkin saja ada masalah dengan bahan obat-obatan perusahaan mereka.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah. Setelah berpikir selama beberapa detik, dia berkata, "Oke, aku berada di kamar nomor 802. Nona Alisa langsung datang kemari saja."Tak lama kemudian, Alisa pun tiba.Rhea membuka pintu dan mempersilakannya masuk. Setelah mereka duduk, Alisa menyodorkan sebuah bungkusan dalam genggamannya pada Rhea, lalu tersenyum dan berkata, "Nona Rhea, ini adalah syalmu. Coba kamu lihat apakah ada masalah atau nggak."Saat menerima bungkusan itu, dari beratnya saja, Rhea sudah bisa merasakan isi dalam bungkusan itu bukan hanya sebuah syal.Setelah dia mengeluarkan syal itu, dia melihat ada banyak tumpukan uang di bawahnya, mungkin totalnya ada sekitar 400 juta.Rhea meletakkan syalnya kembali ke dalam bungkusan, lalu menyodorkan bungkusan itu kembali ke hadapan Alisa."Nona Alisa, syal ini terlalu mahal, aku nggak bisa menerimanya."Seulas senyum tetap menghiasi wajah Alisa. Dia berkata dengan
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti
Setelah berjalan memasuki ruang tamu, Arieson yang sedari tadi hanya diam saja akhirnya buka suara. "Mengapa kamu mau menerima uang dua miliar darinya, bukannya bersikeras menuntut permintaan maaf terbuka dari mereka?""Biarpun dia meminta maaf, juga nggak akan tulus. Lagi pula, Jerico bisa membujuk wanita itu kemari untuk meminta maaf, pasti karena nggak ingin hal ini diekspos. Kalau aku terus bersikeras menuntut permintaan maaf, hanya akan merugikan diriku sendiri."Arieson menatap Rhea dan berkata, "Jadi, sejak awal yang kamu inginkan itu adalah uang?"Rhea mengangguk dan berkata, "Ya. Hanya saja, kalau aku menyebutkan uang, kemungkinan besar Jerico akan meminta pengacara untuk menuntutku atas tuduhan pemerasan."Mendengar ucapan ini, Arieson terdiam. Dia mengalihkan pandangannya ke bawah, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.Melihat pria itu tidak berencana untuk berbicara lagi, Rhea berbalik, hendak kembali ke kamar tidurnya.Rhea baru saja melangkah beberapa langkah ketika m
Rhea mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Melihat ekspresi wanita itu yang jelas-jelas sedang menahan emosi, tetapi harus meminta maaf padanya itu, dia hanya merasa agak konyol."Nyonya Siska, saat kamu menyebarkan rumor aku main tangan terhadapmu, seharusnya kamu nggak pernah membayangkan sekarang kamu akan datang menemuimu, meminta maaf padaku, memohon padaku untuk mencabut tuntutan, 'kan?"Ekspresi Siska sempat berubah sesaat. Dia menusuk telapak tangannya dengan kuat, menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya secara paksa."Rhea, aku bersalah sudah melakukan hal seperti ini. Aku minta maaf padamu. Jangan mempermasalahkannya lagi, oke?""Oke." Rhea mengangguk, lalu berkata, "Kamu keluarkan sebuah pernyataan yang menyatakan aku nggak main tangan terhadapmu, kamu sendiri yang ingin merusak reputasiku. Dengan begitu, aku akan meminta pengacara untuk mencabut tuntutan."Ekspresi Siska langsung membeku. Dia dan Jerico sengaja datang menemui Rhea, justru karena ingin menyel
"Kamu sudah selesai mengobrol dengan ayahku?"Arieson menundukkan kepalanya, menatap Rhea. Kemudian, dia berkata dengan suara dalam, "Hmm.""Aku akan masuk untuk bicara sebentar dengannya, lalu kita pulang.""Oke."Rhea berjalan memasuki bangsal. Hal yang mengejutkannya adalah, raut wajah Bagas tidak semuram sebelumnya lagi. Walaupun raut wajah ayahnya masih tampak muram, tetapi jelas sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya."Ayah, mengenai menerima perawatan di luar negeri, Ayah bisa mempertimbangkannya lagi. Kalau Ayah benar-benar nggak ingin pergi ke luar negeri, aku juga nggak akan memaksa Ayah lagi."Bagas mendongak menatap putrinya, lalu berkata dengan dingin, "Nggak perlu dipertimbangkan lagi, aku sudah mempertimbangkannya dengan matang. Kamu dan Arieson ... sebaiknya kamu pertimbangkan dengan baik. Bagaimanapun juga, dia adalah paman Jerico. Kalau kamu bersamanya, kelak kamu nggak hanya akan menghadapi opini publik, orang-orang Keluarga Thamnin juga nggak akan setuju. Jal
Melihat Rhea tetap bergeming, Vani berkata dengan suara rendah, "Biarpun kamu tetap di sini, juga nggak ada gunanya, hanya akan membuat ayahmu makin marah saja."Arieson juga menatapnya dan berkata sambil tersenyum, "Nggak perlu khawatir, aku bisa menanganinya dengan baik."Setelah ragu selama beberapa detik, akhirnya Rhea mengangguk dan berkata, "Baiklah."Setelah keluar dari bangsal bersama Vani, mereka berdua duduk di bangku di koridor. Untuk sesaat, tidak ada seorang pun yang berbicara.Setelah terdiam sesaat, Vani baru menoleh ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, sebenarnya tetap berada di dalam negeri juga cukup baik, peralatan dan keterampilan medis rumah sakit ini juga lumayan bagus, aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan ekspresi dingin, "Bibi Vani, kamu tiba-tiba nggak ingin pergi ke luar negeri karena Kak Gerald berencana untuk mengembangkan kariernya di dalam negeri?"Vani tertegun sejenak, kilatan rasa bersalah berkedip di matanya. "Bagaima
Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Vani, kemarin jelas-jelas kita sudah sepakat, mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"Lagi pula, dia mengirim mereka ke luar negeri, juga demi keselamatan mereka.Dia tidak akan melepaskan Sizur. Selain itu, setelah Arieson tahu dia hanya dimanfaatkan, pria itu juga tidak akan melindunginya lagi. Saat itu tiba, dia tidak mungkin bisa membagikan tenaga dan pikirannya untuk mengatur mereka dengan baik lagi.Vani berkata dengan ekspresi tidak berdaya, "Bukannya aku nggak ingin ke luar negeri, ayahmu benar-benar nggak tenang meninggalkanmu sendirian. Apa pun yang kukatakan, dia tetap nggak setuju untuk pergi ke luar kota."Setelah berpikir sejenak, Rhea berkata dengan suara dalam, "Nanti malam aku akan pergi ke rumah sakit untuk membujuknya sendiri."Sorot mata Vani berkedip, dia berkata, "Sekarang ayahmu masih marah padamu, beberapa hari lagi saja baru kamu kunjungi. Aku takut kalau malam ini kamu pergi mengunjunginya, kalian akan bertengkar
Siska menoleh, menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Sekujur tubuhnya bahkan gemetaran. "Kamu bilang aku memalukan?""Memangnya nggak memalukan? Lihatlah hal-hal yang telah kamu lakukan belakangan ini, apa ada yang berhasil? Karena kamu nggak berkemampuan, jangan menambah-nambah masalah lagi!"Ekspresi amarah tampak jelas di wajah Jerico, dia juga berbicara blak-blakan saja.Bulir-bulir air mata Siska terus mengalir, dia berkata dengan terisak, "Kalau bukan karena suamiku dan putraku nggak berguna, apa aku perlu melakukan hal-hal ini? Sekarang kamu malah mengataiku menambah-nambah masalah? Mengapa kamu nggak punya kemampuan untuk mengeluarkan ayahmu dari penjara? Jerico, kamu benar-benar membuatku kecewa!"Selesai berbicara, dia langsung membuka pintu mobil dan pergi begitu saja.Jerico tidak mengejar ibunya, raut wajahnya tampak sangat muram.Mengapa Siska tidak bisa memahaminya? Dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang ini, dia sama sekali tidak punya cara untuk menyelamat
Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa.Sorot mata Rhea sedikit berkedip, perasaannya juga agak rumit.Jelas-jelas pria itu takut menyinggung Arieson, tetapi pria itu tetap saja membuat alasan untuk diri sendiri. Dia benar-benar tidak tahu mengapa sebelumnya dia bisa jatuh cinta pada seorang pria pecundang seperti itu.Setelah Jerico pergi, Rhea lanjut memakan steik sapinya dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Baru makan tidak lama, dia menyadari pandangan Arieson terus tertuju padanya.Dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, lalu bertanya dengan ekspresi kebingungan, "Apa ada sesuatu di wajahku? Mengapa kamu terus menatapku seperti itu?""Nggak apa-apa, aku kira suasana hatimu akan terpengaruh olehnya.""Bagiku, dia sudah lama seperti orang asing, nggak layak membiarkannya memengaruhi suasana hatiku.""Baguslah kalau begitu."Selesai makan malam, mereka berdua langsung kembali ke vila.Di kantor polisi, saat Jerico membawa
Gerald yang sedang bicara di ujung telepon saja terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara rendah, "Ada orang di sampingmu?""Hmm.""Nggak ada urusan lain lagi, sampai di sini dulu."Setelah panggilan telepon berakhir, Rhea baru menoleh ke arah Arieson dan berkata, "Tadi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan padaku mau makan malam apa?"Arieson berkata dengan ekspresi tenang, "Aku kebetulan melihatnya, jadi aku tanyakan padamu. Apa aku mengganggu pembicaraanmu?""Nggak."Dia hanya merasa agak aneh pria itu berbicara di saat dia masih belum mengakhiri panggilan teleponnya.Seolah-olah tidak melihat ekspresi kebingungan di wajah Rhea, Arieson berkata dengan suara dalam, "Siapa yang meneleponmu tadi?""Putra Bibi Vani. Saat kuliah, dia sudah pergi ke luar negeri. Biasanya kami juga jarang berhubungan, jadi aku nggak menyebutkannya padamu."Arieson menyipitkan matanya, tetapi dia tidak bertanya lebih jauh lagi.Mereka berdua makan malam di restoran makanan barat yang disebutkan oleh Arieson. Sa