Melihat tas model keluaran terbaru Chanel dalam genggaman Yurik, kilatan terkejut melintas di mata Rhea."Mengapa dia tiba-tiba memberiku tas?""Pak Jerico mengatakan suasana hati Nyonya sedang buruk, jadi dia ingin memberi Nyonya hadiah, agar Nyonya merasa sedikit senang."Sebenarnya dia tidak tertarik pada tas itu. Namun, karena Jerico sudah memberikannya padanya, tidak ada alasannya dia tidak menerima pemberian tersebut.Dia menganggukkan kepalanya, menerima tas dalam genggaman Yurik."Oke, tolong sampaikan terima kasih dariku padanya."Melihat Rhea seolah tidak terlihat senang, Yurik bertanya, "Nyonya, apa Nyonya nggak menyukai tas?""Yah, lumayan. Tapi, kalau dibandingkan dengan tas, aku lebih suka emas."Bagaimanapun juga, nilai jual emas jauh lebih tinggi dibandingkan tas. Terlebih lagi, perhiasan yang terbuat dari emas juga sangat indah.Yurik tertegun sejenak, dia tidak menyangka kesukaan Rhea begitu ....Hmm ....Sederhana dan tidak mewah."Oke, aku sudah mengerti, aku akan m
Pergerakan tangan Rhea yang sedang mengambil lauk terhenti sejenak, dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Nggak ada yang kuinginkan."Awal tahun ini, Jerico pernah berjanji padanya saat ulang tahunnya tahun ini, pria itu akan meluangkan waktu untuk membawanya ke Maldivu untuk berlibur. Selama ini, tempat itulah yang paling ingin dikunjunginya.Baru saja beberapa bulan berlalu, sepertinya pria itu juga sudah melupakan janjinya.Baguslah kalau seperti ini. Saat menghadapi pria itu, hatinya juga tidak akan melembut lagi."Kalau begitu, aku harus pikirkan dan mempertimbangkan dengan baik, barang apa yang harus kuhadiahkan untukmu sebagai hadiah ulang tahun. Kalau ada barang yang kamu inginkan, kamu boleh memberitahuku kapan saja.""Hmm."Selesai makan, Jerico meminta Rhea untuk duduk di sofa dan menonton TV saja, sedangkan dia bertugas untuk mencuci piring.Dulu, terkadang saat mereka ingin menjalani hari-hari berduaan saja, mereka akan meliburkan para pelayan selama beberapa
Setelah terdiam selama satu detik, barulah terdengar suara Ruisa dari ujung telepon."Oke, mungkin besok polisi akan memanggilmu ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. Pastikan ponselmu tetap aktif, ya.""Baik, maaf sudah merepotkan Kak Ruisa dalam masalah ini."Ruisa menghela napas, lalu berkata dengan nada penuh arti, "Rhea, kamu masih muda, saat mengambil keputusan, kamu nggak perlu mempertimbangkan banyak hal sepertiku. Tapi, terkadang memberikan kesempatan pada orang lain, juga berarti memberikan kesempatan pada diri sendiri.""Kak Ruisa, aku mengerti, tapi aku juga nggak bisa berhati lembut pada semua orang. Hari ini, kalau bukan karena Pak Arieson berada di lokasi kejadian, mungkin wajahku sudah rusak."Terlebih lagi, kejadian kali ini menyangkut pekerjaannya. Kalau dia dipecat oleh Perusahaan Farmasi Yagin karena kasus seperti ini, kelak perusahaan farmasi mana lagi yang bersedia merekrutnya?Bukannya dia tidak bersedia melepaskan Rani, tetapi wanita itulah yang tidak ber
"Nona Rani, mengenai kejadian ledakan di laboratorium Perusahaan Farmasi Yagin hari ini, kami membutuhkan kerja samamu untuk menjalani pemeriksaan. Tolong ikut dengan kami ke kantor polisi."Kegelisahan langsung menyelimuti hati Rani, tubuhnya juga terus bergetar dengan kencang."Apa maksud kalian .... Apa hubungannya kejadian ledakan di laboratorium denganku? Mengapa aku harus menjalani pemeriksaan?""Adapun mengenai detailnya, setelah Nona Rani tiba di kantor polisi, juga akan mengetahuinya sendiri.""Aku nggak mau ikut dengan kalian! Aku nggak melakukan apa-apa! Kejadian itu nggak ada hubungannya denganku! Kalau ada yang ingin kalian tanyakan padaku, tanyakan saja di sini!"Melihat Rani menunjukkan reaksi penolakan yang berlebihan seperti itu, dua anggota kepolisian itu saling bertukar pandang. Kemudian, salah satu di antara mereka berkata dengan suara dalam, "Nona Rani, kalau kamu nggak bersedia ikut dengan kami, kami terpaksa harus mengambil tindakan tegas dan membawamu secara pak
Saat itu juga, kilatan mengejek melintas di matanya."Ah, benar-benar sudah menyulitkanmu, ya. Saat kamu sedang menikmati momen indah bersama wanita lain, kamu masih harus meluangkan waktu untuk menemuiku di kantor polisi."Jerico tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa maksudmu?"Rhea berkata dengan ekspresi datar, "Lain kali, kalau kamu ingin berakting sangat mencintaiku, seharusnya kamu bersihkan dulu bekas lipstik di kerah bajumu itu. Kalau nggak, hanya akan membuatku merasa geli."Selesai berbicara, tanpa memedulikan tanggapan Jerico, Rhea langsung menghentikan sebuah taksi dan pergi begitu saja.Saat Jerico menundukkan kepalanya dan melihat bekas lipstik di kerah bajunya, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat muram.Dia menghubungi Rhea, ingin memberi penjelasan. Namun, setelah menelepon Rhea berkali-kali, wanita itu tidak menjawab panggilan teleponnya. Hingga pada akhirnya, hanya terdengar nada sibuk. Sangat jelas bahwa wanita itu telah memblokir nom
"Baik."Setelah berjalan keluar dari ruangan presdir, mengingat sikap Arieson terhadap Rhea, Tio pun mengerutkan keningnya.Hari ini, begitu melihat dua jas itu, Arieson langsung memintanya untuk menyelidiki nomor ponsel Rhea dan langsung menghubungi wanita itu. Sangat jelas Arieson merasa tidak senang atas sikap Rhea yang ingin memutuskan hubungan dengannya.Namun, saat ini status Rhea masih merupakan istri keponakan atasannya itu, Tio berharap dia hanya berpikir banyak.Selesai sarapan, Rhea langsung berangkat ke Perusahaan Farmasi Yagin.Semalam setelah dia memberi kesaksian di kantor polisi, Ruisa mengiriminya sebuah pesan, mengatakan bahwa hari ini dia sudah bisa kembali bekerja seperti biasa. Adapun mengenai kelanjutan kasus yang melibatkan Rani, perusahaan yang akan menanganinya.Namun, siapa sangka, saat dia baru saja tiba di depan pintu gedung Perusahaan Farmasi Yagin, dia sudah dicegat oleh seorang pria paruh baya.Wajah pria itu tampak lesu, kedua matanya memerah, rambutnya
Bagaimanapun juga, insting orang normal adalah segera menjauh ketika menghadapi bahaya. Namun, Arieson malah menerjang bahaya hanya untuk melindungi Rhea.Setelah mendengar ucapan Lulu, Rhea tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya."Kamu sudah berpikir banyak, dia adalah pamanku.""Apa?!"Volume suara Lulu tiba-tiba meninggi. Dalam sekejap, pandangan semua orang di Departemen Penelitian langsung tertuju ke arahnya. Saat itu juga, wajahnya memerah. Dia buru-buru menundukkan kepalanya.Dia menurunkan volume suaranya dan berkata, "Benarkah? Eh? Tapi, kalian berdua beda marga. Apakah kamu sedang membohongiku?""Untuk apa aku membohongimu? Hanya saja aku nggak bisa memberitahumu detailnya. Tapi, aku dan dia nggak mungkin bersama. Dia juga nggak mungkin menyukaiku."Walaupun hatinya dipenuhi tanda tanya, tetapi melihat ekspresi penuh percaya diri Rhea, Lulu tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya."Baiklah kalau begitu.""Sudah, sudah, jangan bergosip lagi, lanjutkan pek
Kalau Perusahaan Farmasi Hokada tidak bangkrut, Jerico juga tidak akan berani "memamerkan" wanita simpanannya secara terang-terangan seperti itu.Setelah berpikir demikian, Vani menatap Rhea dengan ekspresi bersalah dan berkata, "Aku dan ayahmu telah bersalah padamu, membiarkanmu menanggung kesedihan sedalam itu seorang diri. Selama ini, hidupmu pasti sangat sulit, bukan?"Rhea menggelengkan kepalanya, sekarang dia sudah tidak sesedih seperti saat dia baru mengetahui perselingkuhan Jerico."Aku baik-baik saja. Kala itu, aku yang bertaruh dia nggak akan mengkhianati cinta kami. Kini, aku hanya kalah bertaruh."Dia tidak menyesali pilihannya kala itu, karena dia telah memilih Jerico yang mencintainya, bukan seorang pria pembohong seperti sekarang ini."Nggak apa-apa. Kelak, aku bisa bertemu dengan orang yang lebih baik."Rhea tersenyum. Bisa bertemu dengan orang yang lebih baik atau tidak, dia tidak peduli lagi. Sekarang yang dia inginkan hanyalah bercerai dan mendapatkan aset yang sehar
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg
"Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu
"Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i
Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag
Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas