Setelah terdiam selama satu detik, barulah terdengar suara Ruisa dari ujung telepon."Oke, mungkin besok polisi akan memanggilmu ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. Pastikan ponselmu tetap aktif, ya.""Baik, maaf sudah merepotkan Kak Ruisa dalam masalah ini."Ruisa menghela napas, lalu berkata dengan nada penuh arti, "Rhea, kamu masih muda, saat mengambil keputusan, kamu nggak perlu mempertimbangkan banyak hal sepertiku. Tapi, terkadang memberikan kesempatan pada orang lain, juga berarti memberikan kesempatan pada diri sendiri.""Kak Ruisa, aku mengerti, tapi aku juga nggak bisa berhati lembut pada semua orang. Hari ini, kalau bukan karena Pak Arieson berada di lokasi kejadian, mungkin wajahku sudah rusak."Terlebih lagi, kejadian kali ini menyangkut pekerjaannya. Kalau dia dipecat oleh Perusahaan Farmasi Yagin karena kasus seperti ini, kelak perusahaan farmasi mana lagi yang bersedia merekrutnya?Bukannya dia tidak bersedia melepaskan Rani, tetapi wanita itulah yang tidak ber
"Nona Rani, mengenai kejadian ledakan di laboratorium Perusahaan Farmasi Yagin hari ini, kami membutuhkan kerja samamu untuk menjalani pemeriksaan. Tolong ikut dengan kami ke kantor polisi."Kegelisahan langsung menyelimuti hati Rani, tubuhnya juga terus bergetar dengan kencang."Apa maksud kalian .... Apa hubungannya kejadian ledakan di laboratorium denganku? Mengapa aku harus menjalani pemeriksaan?""Adapun mengenai detailnya, setelah Nona Rani tiba di kantor polisi, juga akan mengetahuinya sendiri.""Aku nggak mau ikut dengan kalian! Aku nggak melakukan apa-apa! Kejadian itu nggak ada hubungannya denganku! Kalau ada yang ingin kalian tanyakan padaku, tanyakan saja di sini!"Melihat Rani menunjukkan reaksi penolakan yang berlebihan seperti itu, dua anggota kepolisian itu saling bertukar pandang. Kemudian, salah satu di antara mereka berkata dengan suara dalam, "Nona Rani, kalau kamu nggak bersedia ikut dengan kami, kami terpaksa harus mengambil tindakan tegas dan membawamu secara pak
Saat itu juga, kilatan mengejek melintas di matanya."Ah, benar-benar sudah menyulitkanmu, ya. Saat kamu sedang menikmati momen indah bersama wanita lain, kamu masih harus meluangkan waktu untuk menemuiku di kantor polisi."Jerico tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa maksudmu?"Rhea berkata dengan ekspresi datar, "Lain kali, kalau kamu ingin berakting sangat mencintaiku, seharusnya kamu bersihkan dulu bekas lipstik di kerah bajumu itu. Kalau nggak, hanya akan membuatku merasa geli."Selesai berbicara, tanpa memedulikan tanggapan Jerico, Rhea langsung menghentikan sebuah taksi dan pergi begitu saja.Saat Jerico menundukkan kepalanya dan melihat bekas lipstik di kerah bajunya, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat muram.Dia menghubungi Rhea, ingin memberi penjelasan. Namun, setelah menelepon Rhea berkali-kali, wanita itu tidak menjawab panggilan teleponnya. Hingga pada akhirnya, hanya terdengar nada sibuk. Sangat jelas bahwa wanita itu telah memblokir nom
"Baik."Setelah berjalan keluar dari ruangan presdir, mengingat sikap Arieson terhadap Rhea, Tio pun mengerutkan keningnya.Hari ini, begitu melihat dua jas itu, Arieson langsung memintanya untuk menyelidiki nomor ponsel Rhea dan langsung menghubungi wanita itu. Sangat jelas Arieson merasa tidak senang atas sikap Rhea yang ingin memutuskan hubungan dengannya.Namun, saat ini status Rhea masih merupakan istri keponakan atasannya itu, Tio berharap dia hanya berpikir banyak.Selesai sarapan, Rhea langsung berangkat ke Perusahaan Farmasi Yagin.Semalam setelah dia memberi kesaksian di kantor polisi, Ruisa mengiriminya sebuah pesan, mengatakan bahwa hari ini dia sudah bisa kembali bekerja seperti biasa. Adapun mengenai kelanjutan kasus yang melibatkan Rani, perusahaan yang akan menanganinya.Namun, siapa sangka, saat dia baru saja tiba di depan pintu gedung Perusahaan Farmasi Yagin, dia sudah dicegat oleh seorang pria paruh baya.Wajah pria itu tampak lesu, kedua matanya memerah, rambutnya
Bagaimanapun juga, insting orang normal adalah segera menjauh ketika menghadapi bahaya. Namun, Arieson malah menerjang bahaya hanya untuk melindungi Rhea.Setelah mendengar ucapan Lulu, Rhea tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya."Kamu sudah berpikir banyak, dia adalah pamanku.""Apa?!"Volume suara Lulu tiba-tiba meninggi. Dalam sekejap, pandangan semua orang di Departemen Penelitian langsung tertuju ke arahnya. Saat itu juga, wajahnya memerah. Dia buru-buru menundukkan kepalanya.Dia menurunkan volume suaranya dan berkata, "Benarkah? Eh? Tapi, kalian berdua beda marga. Apakah kamu sedang membohongiku?""Untuk apa aku membohongimu? Hanya saja aku nggak bisa memberitahumu detailnya. Tapi, aku dan dia nggak mungkin bersama. Dia juga nggak mungkin menyukaiku."Walaupun hatinya dipenuhi tanda tanya, tetapi melihat ekspresi penuh percaya diri Rhea, Lulu tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya."Baiklah kalau begitu.""Sudah, sudah, jangan bergosip lagi, lanjutkan pek
Kalau Perusahaan Farmasi Hokada tidak bangkrut, Jerico juga tidak akan berani "memamerkan" wanita simpanannya secara terang-terangan seperti itu.Setelah berpikir demikian, Vani menatap Rhea dengan ekspresi bersalah dan berkata, "Aku dan ayahmu telah bersalah padamu, membiarkanmu menanggung kesedihan sedalam itu seorang diri. Selama ini, hidupmu pasti sangat sulit, bukan?"Rhea menggelengkan kepalanya, sekarang dia sudah tidak sesedih seperti saat dia baru mengetahui perselingkuhan Jerico."Aku baik-baik saja. Kala itu, aku yang bertaruh dia nggak akan mengkhianati cinta kami. Kini, aku hanya kalah bertaruh."Dia tidak menyesali pilihannya kala itu, karena dia telah memilih Jerico yang mencintainya, bukan seorang pria pembohong seperti sekarang ini."Nggak apa-apa. Kelak, aku bisa bertemu dengan orang yang lebih baik."Rhea tersenyum. Bisa bertemu dengan orang yang lebih baik atau tidak, dia tidak peduli lagi. Sekarang yang dia inginkan hanyalah bercerai dan mendapatkan aset yang sehar
Rhea mengerutkan keningnya dan menatap pria itu dengan ekspresi tidak senang. "Seharusnya aku nggak perlu melaporkan padamu aku makan bersama siapa, bukan?"Kilatan muram melintas di mata Jerico, suaranya juga merendah."Rhea, aku bukan ingin mengawasimu, aku hanya ingin terlibat dalam kehidupanmu.""Oh? Sebenarnya kamu ingin terlibat dalam kehidupanku, atau merasa bersalah karena takut ketahuan membawa Stella menghadiri perjamuan makan?"Pupil mata Jerico sontak mengecil seketika, hatinya juga mencelus. Benar saja, Rhea sudah melihatnya."Hari ini, aku pergi menemui klien. Dia yang bertugas berinteraksi dengan klien itu sebelum kupecat. Dia lebih tahu jelas situasinya. Karena itulah, aku membawanya untuk menghadiri perjamuan makan itu. Aku nggak memberitahumu karena takut kamu salah paham."Rhea tertawa pelan dan berkata, "Memangnya kamu masih perlu takut aku salah memahami hubungan kalian?""Rhea, aku bersumpah padamu, sekarang aku sudah nggak ada hubungan apa pun dengannya. Terlebih
"Masalah ini cukup rumit. Intinya, kamu nggak perlu memedulikan hal ini. Aku akan menanganinya sendiri."Setelah memutuskan sambungan telepon, melihat komentar-komentar makian di kolom komentar yang bertambah secara signifikan, ekspresi Rhea berubah menjadi makin dingin.Di sisi lain, begitu sampai vila, Jerico juga sudah menerima panggilan telepon dari Yurik."Pak Jerico, nggak tahu siapa yang mengunggah video ayah Rani berlutut di hadapan Nyonya. Sekarang para netizen sedang melontarkan komentar-komentar pada Nyonya, bagaimana kalau kita menghapus video itu?"Sorot mata Jerico berubah menjadi muram. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata dengan suara dalam, "Nggak perlu, biarkan saja video itu tetap di sana. Setelah dia datang mencariku, baru kita tangani."Belakangan ini, dia sudah terlalu memanjakan Rhea, sampai-sampai wanita itu berani bersikap sedingin itu padanya.Kebetulan sekali, dia bisa memanfaatkan kasus kali ini untuk mengembalikan dirinya kembali ke posisi semula.Begi
Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di
Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia
"Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.
"Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M
Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka
Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem
Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti