Paman, Jadi Papaku Ya!

Paman, Jadi Papaku Ya!

last updateLast Updated : 2025-04-17
By:  Ocean Na VinliOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
57Chapters
611views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di Juana Diaz, Moon tinggal bersama kedua buah hatinya, Jessica dan Jason. Mereka hidup luntang-lantung. Para tetangga menjauhi mereka dan kerap kali melakukan perundungan karena terhasut oleh gosip tidak benar tentang Moon, yang dikabarkan berkerja sebagai wanita malam. Sampai pada suatu hari, Moon jatuh sakit karena kelelahan berkerja. Membuat Jessica dan Jason iba pada mamanya dan memutuskan menjual buah lemon di pasar. Akan tetapi, Jessica dan Jason malah dirundung Erna, tetangga sebelah rumah mereka. Jessica begitu ketakutan dengan Erna. Namun, beruntung sekali ada pria asing tiba-tiba membantu mereka. Pria itu ternyata mengalami hilang ingatan dan tidak tahu siapa jati dirinya. Jessica sangat senang dengan kehadirannya dan tiba-tiba mengucapkan sepenggal kalimat, yang membuat Jason, saudara kembarnya terkejut. "Paman, jadi papaku ya!" kata Jessica dengan mata berbinar-binar. Akankah pria asing itu mengiyakan permintaan Jessica? Lalu apakah ingatannya akan kembali seperti sedia kala? Dan siapakah sosok itu sebenarnya?

View More

Chapter 1

1. Mencari Si Kembar

Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan.

"Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.

Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah.

"Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam keadaan bahaya sekarang. Sebab, untuk pertama kalinya si kembar berani keluar dari rumah tanpa sepengetahuannya.

Satu jam sebelumnya, setelah terbangun dari tidur. Moon membelalakkan mata kala mendapati rumah dalam keadaan kosong dan hanya terlihat secarik kertas tergeletak di tepi ranjang tadi. Isi kertas tersebut adalah pesan dari si kembar. Keduanya meminta izin menjual buah lemon, bermaksud membeli obat untuk dirinya.

Moon merasa bersalah karena batuknya dari semalam tak kunjung mereda. Akhir-akhir ini kondisi kesehatan Moon memang sedikit menurun. Mungkin, karena terlalu sering berkerja tanpa mengenal waktu membuat imunitas tubuhnya melemah.

Terlebih, dia hanya lah ibu tunggal yang tidak memiliki suami atau pun sanak saudara. Selama ini Moon berkerja serabutan dan kadang kala tidak diupah oleh atasannya. Sebenarnya dulu Moon tinggal di Amerika Serikat dan berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Akan tetapi, karena kekejian papa kandung, mama tiri dan adik-adik tirinya, Moon dijebak dan dijual oleh papa kandungnya sendiri. Setelah dikotori pria biadab. Moon berhasil melarikan diri ke desa terpencil ini.

Semalam, setelah pulang berkerja di kedai ujung desa. Badan Moon mendadak meriang, titiknya dia tidak bisa tidur karena batuk terus menerus hingga mengeluarkan darah. Ingin membeli obat. Namun, uangnya tidak cukup.

Tadi malam, Moon hanya bisa menahan sakit dan berharap penyakitnya akan menghilang besok. Benar, batuk Moon berangsur-angsur reda pada pukul tiga dini hari. Dia pun memutuskan tidur kembali hendak memulihkan tubuhnya.

"Madam, apa kau melihat si kembar?" tanya Moon lagi saat Erna hanya diam saja sejak tadi.

Tak ada jawaban, Erna masih memandang Moon dengan sorot mata yang sangat sulit diartikan.

Sekarang, Moon merasa sangat risih kala diperhatikan tetangga sebelah rumahnya itu dengan sangat intens. Terlebih, tatapan Erna terlihat penuh cela sekarang, seakan-akan dirinya begitu hina.

Moon tahu penampilannya jauh dari kata bersih, gaun putih yang dia kenakan warnanya memang kusam dan sedikit kotor di bagian bawah karena semalam hujan lebat dan dia tidak sengaja tergelincir di jalan ketika pulang ke rumah. Mau membersihkan diri, tapi dia sudah sangat lelah. Moon akhirnya memutuskan merebahkan diri di kasur. Tadi pun, Moon tidak sempat mandi, hanya menggosok gigi dan membasuh wajahnya.

Moon mulai menggerakkan lidahnya kembali. "Madam Erna, apa kau mel—"

"Aku tidak tahu! Kenapa kau tanya padaku!? Siapa tahu saja anak-anak harammu itu bersama suamimu yang tidak jelas itu!" potong Erna, sangat ketus, sembari memutar mata ke atas.

Langsung melebar pupil mata Moon ketika mendengar anak-anaknya disebut haram.

"Cukup Madam, anak-anakku bukan anak haram! Berhenti lah membuat gosip yang tidak-tidak!" seru Moon.

Erna malah tersenyum sinis. "Gosip apanya? Itu kan bukan gosip, tapi memang kenyataannya suamimu itu tidak jelas! Kau wanita perkerja malam, jadi kau pun pasti tidak tahu siapa ayah dari anak-anakmu itu! Cih, tidak usah marah-marah! Kau hanya lah wanita rendahan dan tidak pantas berbicara denganku!"

Muka Moon berubah merah padam, urat-urat di wajahnya pun seketika menegang. Kedua tangannya langsung terkepal erat, menahan amarah saat dikatakan sebagai wanita perkerja malam. Sampai saat ini, Moon keheranan dengan kabar burung yang menerpanya. Entah siapa yang menyebarkan gosip liar tersebut sehingga dirinya dan anak kembarnya dikucilkan oleh penduduk desa.

"Apa, kau tidak terima, ayo pukul lah aku!" Erna berkacak pinggang sambil mengangkat dagu dengan angkuh, menantang Moon untuk menyerangnya.

Alih-alih menyerang, Moon justru membuang napas pendek guna menetralisir dadanya terasa sangat panas saat ini. Lagi pula Moon tidak memiliki tenaga untuk berkelahi sebab kondisi tubuhnya belum sepenuhnya membaik.

"Kalau begitu aku permisi Madam, tidak ada gunanya kita berkelahi, maaf aku menganggu waktumu," kata Moon kemudian cepat-cepat memutar tumit ke belakang.

Moon mendongak, matanya langsung menyipit kala sinar matahari di atas sana semakin terik. Dia mengeluarkan rintihan pelan karena kepalanya terasa mulai pusing sekarang.

"Ke mana kalian, Nak?" gumam Moon lalu mulai menggerakkan kaki hendak mencari keberadaan Jessica dan Jason kembali.

Sementara Erna menatap tajam kepergian tetangga sebelahnya rumah itu. Detik selanjutnya perhatian Erna teralihkan lagi dengan kedatangan seorang pembeli. Erna pun mulai melayani pembeli.

Belum sampai sepuluh menit, yang dicari-cari Moon tiba-tiba berdiri di samping dagangan Erna. Di kerumunan manusia, Jessica dan Jason menaruh buah lemon satu persatu ke atas kardus, yang mereka bawa sejak tadi.

Rahang Erna seketika mengeras. Sangat terusik dengan keberadaan Jessica dan Jason. Secepat kilat Erna mendekati kedua anak berumur sekitar lima tahun itu.

"Siapa yang menyuruh kalian menjual lemon di sini hah?!" seru Erna berapi-api dengan mata melotot keluar.

Jessica dan Jason terperanjat kaget. Secepat kilat mendongakkan kepala.

"Bibi, Jessica minta maaf karena tidak kasi tahu kalau mau jualan di sini, Jessica mohon izinkan kami berjualan di dekat bibi ya?" kata Jessica sambil menampilkan mata memelas. Kendati demikian, kaki-kaki mungilnya sedikit bergetar, takut dengan tatapan intimidasi yang dilayangkan wanita di hadapannya sekarang.

"Iya Bi, kami tidak akan lama kok, kasihan Mama kami, tadi malam dia batuk-batuk terus dan obatnya sudah habis, kami belum makan juga." Jason, saudara kembar Jessica ikut menimpali. Dengan sekuat tenaga ia menunjukkan raut wajah sedih. Namun, wajah datarnya yang malah terlihat.

Urat-urat di wajah wanita itu semakin menegang. Sorotnya yang semula memang dingin menjadi lebih dingin, hingga membuat keringat di dahi Jessica mulai mengalir sekarang.

"Tidak boleh, aku tidak mau tahu, kalian harus pergi!" serunya kemudian menjambak rambut Jessica dengan cepat.

Tanpa diketahui Erna, dari kejauhan ada sepasang mata berwarna hijau memperhatikan Erna dan si kembar saat ini. Lelaki berperawakan kekar dan tinggi tersebut terlihat basah kuyup. Dia memakai tuxedo berwarna hitam, pakaian yang jarang sekali penduduk desa kenakan. Tidak hanya itu terlihat pula ada bercak-bercak darah di sekitar tubuhnya.

"Argh, sakit Bi! Lepaskan Jessi!" Jessica mengaduh kesakitan saat rambut panjangnya ditarik dengan sangat kuat sekarang. Tanpa permisi pula air mata di pelupuk mata mulai mengalir keluar.

"Lepaskan adikku!" Muka Jason terlihat merah padam dan napasnya terdengar memburu. Dengan sekuat tenaga Jason berusaha merebut Jessica dari tetangga sebelah rumahnya. Namun, tenaganya tak sebanding dengan wanita itu.

"Diam, wanita jalang seperti Mamamu itu memang pantas mati! Dia adalah aib bagi desa ini! Pergi kalian dari sini! Kalian mengotori tempatku, anak-anak haram!" teriaknya lalu mendorong Jessica dan Jason secara bersamaan ke tanah.

Detik itu pula tangis Jessica langsung pecah.

"Hei, apa yang kau lakukan?! Lepaskan mereka!" Dengan sorot mata tajam, pria yang sejak tadi melihat Jessica dan Jason dikasari Erna lantas mendekat.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ocean Na Vinli
Hallo Kakak² selamat datang di karya baru saya, jangan lupa vote dan tinggalkan jejaknya ya! Biar saya semangat menulis ...
2025-01-06 12:35:27
0
57 Chapters
1. Mencari Si Kembar
Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan. "Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah. "Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam k
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
2. Pelindung
Pupil mata wanita itu sontak terbelalak. Dengan cepat dia menoleh ke arah pria bermata hijau tersebut. Sementara Jason bergegas membantu adiknya untuk berdiri, tangisan Jessica terdengar makin nyaring. Para pengunjung pasar hanya diam saja sejak tadi. Seolah-olah sudah terbiasa dengan kejadian di depan mata mereka saat ini. "Apa?! Tentu saja aku mengusir mereka, gara-gara mereka daganganku jadi bau!" Wanita bertubuh pendek itu berseru dengan mata melotot keluar. Lelaki itu mendengus kasar. Sejak tadi, secara diam-diam dia memperhatikan perundungan yang dilakukan wanita tak di kenalnya ini, anehnya orang di sekitar tak berani melerai atau pun melindungi, hanya melihat saja dari kejauhan. Hati kecilnya pun lantas tergerak. Dalam keadaan kepala masih berdenyut kuat dia pun terpaksa menghampiri."Mereka anak kecil, bisakah kau lebih sopan memperlakukan mereka! Kalau pun daganganmu ini kau rasa bau! Kau bisa mengusir mereka dengan sopan!" Lelaki bermata tajam itu memandang sosok di depa
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
3. Siapa Kau?!
Ketika permintaan aneh meluncur bebas dari bibir Jessica. Pupil mata Jason lantas terbelalak sempurna. Sementara yang ditanya, enggan menjawab, melainkan memejamkan mata sambil memegang kepala. Suara rintihan pun kerap kali keluar dari bibir tipisnya. Lelaki berjas hitam itu masih terlihat kesakitan. "Jessica, apa kau sudah gila?!" kata Jason seraya melirik tajam Jessica. Jessica reflek memutar sedikit kepala ke samping, kemudian melipat tangan di depan dada. "Apa sih? Jessica tidak gila, Abang. Jessica mau Paman ini jadi Papa kita," ucap Jessica. Jason berdecak kesal sejenak lalu berkata,"Astaga Jessica! Paman ini orang asing dan kita baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, jangan berpikiran pendek, kita tidak tahu niat terselubungnya." Mata Jessica sontak mengerling. Sekarang, sikap saudara kembarnya itu membuat dia muak. "Abang benar-benar jahat! Abang tidak tahu berterima kasih, tadi Paman ini sudah membantu kita, tapi Abang malah berpikir yang tidak-tidak," ujar Jes
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
4. Jangan Usir Paman!
"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini. Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya. "Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya. Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penam
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
5. Jadi Papa
Melihat Jessica masuk dalam keadaan menangis. Anehnya, dada Michael terasa amat sesak sekarang. Terlebih panggilan tadi, membuat ia merasa sedikit senang. Ada getaran aneh juga merayap ke dalam relung hatinya sekarang. Sebuah getaran yang tak dapat Michael jelaskan melalui kata-kata. Dengan cepat Michael melepaskan tangan Moon. Sementara Moon langsung menoleh dengan kening berkerut kuat. Sorot matanya yang semula menyala-nyala langsung redup bak disiram air sejuk. Mendengar Jessica memanggil pria aneh bin gila itu dengan sebutan 'papa' barusan. Hati Moon mendadak perih seolah-olah ada benda tak kasat mata menikam organ dalamnya tersebut. Sekarang, mata Moon mulai tampak berkaca-kaca. Moon perlahan mendekati Jessica, yang masih menangis tersedu-sedan. "Jessica dia bukanlah Papamu, sadarlah Nak, laki-laki gila ini orang asing ...." Lidah Moon mendadak kelu. Tangisan Jessica begitu menyayat-yayat hatinya sedari tadi. Memang lah benar, sedari kecil Jessica menginginkan seora
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
6. Hilang Ingatan
"Sudah Tuan, perintahmu sudah kulaksanakan, jadi bagaimana adikku? Apa dia bisa dibebaskan se—" Perkataan pria berambut blonde itu tiba-tiba terpotong dengan suara wanita dari luar ruangan. Dia lantas tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat sebelumnya kala mendengar pemilik suara tersebut. Tentu saja dia tahu siapa yang mendatangi mansion saat ini. Sementara sang pemilik rumah spontan menoleh ke ambang pintu lalu mengalihkan pandangan ke arah pria berambut blonde itu lagi. "Jangan keluar, tunggulah di sini. Aku harus menemui kakak iparku dulu," katanya. "Baik Tuan." Setelah itu, lelaki bermata hijau itu pun keluar dari ruangan. Baru saja menginjakkan kakinya di luar. Wanita berpenampilan anggun dan memiliki rambut sebahu langsung mendekatinya dengan raut wajah cemas. "Tolong bantu aku, perasaanku tidak enak, dari tadi malam adikmu tidak bisa dihubungi, dia tidak ada kabar sama sekali, aku mohon cepat cari dia sekarang, Julian pun tidak bisa dihubungi," terangnya, dengan k
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
7. Menetap di Rumah
Michael justru menyeringai tipis. "Kau yakin ingin mengusirku? Apa jawabanmu jika Jessica bertanya ke mana Papanya?" balas Michael sambil mengangkat dagunya sedikit angkuh. Membuat Moon kembali mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Menahan amarah yang membuncah di relung hatinya saat ini. Selain mengesalkan, pria di hadapannya ini ternyata tidak punya rasa malu juga."Aku sangat yakin, kau adalah pria yang sangat berbahaya, keberadaanmu di sini memberikan dampak buruk pada putriku! Tidak usah kau pikirkan jawaban apa yang akan aku berikan pada putriku nanti! Cepat, angkat kakimu dari rumahku sekarang!" lontar Moon. Untuk kesekian kalinya, reaksi Michael membuat Moon semakin meradang. Kini, lelaki bermata hijau itu malah mengeluarkan tawa rendah. Sebuah tawa yang terdengar seperti sebuah penghinaan di telinga Moon. "Apa kau tuli?! Pergi sekarang!" Saat tak ada pergerakkan, Moon akhirnya terpaksa mendekat, hendak menyeret Michael."Pergi kau dari sini!" Dengan susah payah Moon mena
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
8. Keributan
Moon meringis sejenak lalu mendongakkan kepalanya dengan cepat. Melihat Erna berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang sekarang. Muka wanita bertubuh gemuk itu terlihat merah padam. Moon mengerutkan dahi sedikit, tampak keheranan karena Erna datang dalam keadaan marah besar sekarang. Entah apa penyebab wanita itu meradang. "Apa maksud Madam?" Secara perlahan Moon bangkit berdiri sambil menahan perih karena kulitnya tergores oleh batu-batu kecil yang tergeletak di pekarangan rumahnya barusan. Erna mendengus kasar. Pupil matanya pun semakin melebar. "Kau masih bertanya?! Gara-gara anakmu itu tadi lemonku tidak laku terjual, aku yakin sekali kau memberi perintah pada anak-anakmu untuk melempar sesuatu ke daganganku dan membuat daganganku jadi bau!" murka Erna hingga para tetangga yang kebetulan lewat di depan rumah, mulai penasaran, alhasil mereka pun menyambangi rumah Moon dengan cepat. Sesampainya di pekarangan, mereka tampak berbisik-bisik satu sama lain sambil menata
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
9. Ketakutan
"Cukup! Aku bukan wanita jalang, Madam!" seru Moon, kini napasnya terdengar memburu sebab sikap Erna sungguh keterlaluan. "Atas dasar apa Madam mengatai aku jalang?" sambung Moon kembali. Mengabaikan rasa sakit yang menjalar pada kaki dan tangannya sekarang. Moon begitu heran, apa alasan Erna membencinya hingga selama bertahun-tahun wanita tersebut selalu membuat ulah dengannya. Padahal selama ini Moon tidak pernah membuat masalah dengan Erna. "Kenyataannya kau memang wanita jalang! Semua orang tahu kau wanita jalang! Lihatlah pria di sampingmu itu, dia pasti salah satu pria yang sudah mencicipi tubuh kurusmu itu!" Erna melirik ke arah Michael sekilas sambil melototkan mata. Mendengar omelan Erna, Michael hanya diam saja. Meskipun begitu, dalam ketenangannya membuat Erna sedikit terganggu. Karena pandangan Michael tertuju pada wanita bertubuh gemuk tersebut sejak tadi. Sorot mata Michael tampak datar. Namun, terasa sangat tajam di penglihatan Erna."Aha aku baru saja ingat pria in
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
10. Malaikat dan Iblis
"Michael, jangan macam-macam kau!" Sekali lagi Moon berteriak. Bagaimana tidak, Michael membaringkannya di ranjang sambil menoleh ke bagian dadanya sekilas sekarang. Tak hanya itu, pria tersebut melempar senyum penuh arti, yang membuat bagi siapa pun yang melihat akan salah paham. Sebuah senyuman yang tak bisa dijabarkan Moon sama sekali saat ini. Michael tak menjawab, malah memajukan wajahnya ke wajah Moon. Moon makin panik, jantungnya berdetak sangat kencang tatkala hembusan napas Michael mengenai wajah tirusnya sekarang. Tangan kurusnya lantas bergetar pelan tengah berusaha mendorong dada Michael. "Kau m—au apa?" tanya Moon gugup, buru-buru menutup mata kemudian dengan cepat menggerakkan kepalanya ke samping. Moon dilanda panik dan ketakutan. Siapa pria ini? Datang ke dalam kehidupannya bak malaikat dan iblis secara bersamaan.Tak dapat dipungkiri, pria dewasa di atasnya sekarang, memiliki pesona yang tak bisa diabaikan. Wajah tampan Michael sangat berkharisma dan menawan. T
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status