Home / Romansa / Paman, Jadi Papaku Ya! / 4. Jangan Usir Paman!

Share

4. Jangan Usir Paman!

last update Last Updated: 2024-11-18 20:17:55

"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini.

Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya.

"Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya.

Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penampilan Michael terlihat mencurigakan, ada bercak darah dan tato-tato aneh tergambar di tubuh Michael. Makin resah Moon dibuatnya. Secepat kilat ia menarik tangan Jason dan menarik anak laki-lakinya keluar dari kamar.

"Tunggu di luar!" titah Moon kepada Jason.

Jason mengangguk cepat kemudian memberi kode pada Jessica untuk keluar. Tetapi, Jessica menggeleng kuat, bergeming, dengan posisi tangan membentang. Melihat reaksi adiknya itu, Jason tentu saja melototkan mata.

"Mama bilang keluar sekarang, Jessica!" seru Moon lalu cepat-cepat melangkah, mendekati Michael. Namun, Jessica tiba-tiba menghadangnya.

"Tidak mau! Biarkan Paman tinggal di sini Ma, Paman terluka parah," kata Jessica sambil mendongak dan menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Pupil mata Moon makin melebar. Untuk pertama kalinya, melihat Jessica membela pria tak dikenal. Moon hirup udara di sekitar, menahan kesal karena Jessica mulai berani melawannya sekarang. Kemudian dia lirik kembali Michael dengan sangat tajam.

"Hei, kau apa yang kau lakukan dengan anakku?! Keluar kau dari sini sekarang!" seru Moon, sorot matanya memancarkan rasa tidak suka. Sebab lelaki yang diajak berbicara, malah mengacuhkannya.

Yang diajak bicara justru sibuk sendiri. Tak terdengar ringisan keluar dari bibir Michael saat mengeluarkan peluru itu. Bibirnya terkatup rapat dan matanya mengamati darah yang mengalir lembut dari permukaan kulitnya.

"Mama, Paman tidak ngapain-ngapain Jessica, jangan usir Paman!" Suara Jessica mulai terdengar gemetar, menahan takut yang menjalar di sekujur tubuhnya. Sama halnya dengan Moon. Jessica juga baru pertama kali mendengar mamanya berkata dengan nada tinggi di hadapannya.

"Jason, bawa adikmu keluar sekarang!" Moon justru memanggil Jason untuk menarik Jessica keluar.

Mendengar hal itu, mata Jessica mulai berkaca-kaca. Jari-jarinya mungilnya mulai menyentuh kaki Moon."Tidak mau, jangan sakiti Paman, Ma!"

"Jason!" Moon cepat-cepat menoleh ke belakang sambil memanggil Jason dengan sangat keras.

Pupil mata Jason sedikit melebar. Terkesiap, kala sorot mata Moon kali ini terlihat sangat dingin hingga membuat tubuhnya mendadak lumpuh sekejap. Dengan tergesa-gesa dia menghampiri Jessica lalu menyeret adiknya keluar dari kamar dengan cepat. Begitu sampai di luar tangis Jessica makin pecah.

Melalui celah pintu yang tidak ditutup rapat itu, Moon dapat mendengar Jessica meraung-raung sambil menangis. Namun, Moon tidak peduli. Dia harus mendepak lelaki tak jelas ini keluar dari rumahnya sekarang. Secepat kilat Moon mendekati Michael lalu merebut paksa gunting dari tangan Michael.

"Hei, apa kau tuli? Pergi kau dari rumahku sekarang! Rumahku ini bukan tempat penampungan!" pekik Moon, dapat didengar Jessica dan Jason di luar sana.

Michael menyeringai sebentar lalu cepat-cepat bangkit berdiri. "Rumah katamu? Tempat ini kau sebut rumah?" kata Michael dengan nada bicara sedikit merendahkan.

Dada Moon bergemuruh kuat, menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

"Bagi kau, ini memang bukanlah rumah! Tapi bagi aku dan anak-anakku ini adalah tempat berlindung kami, pergi kau dari sini sekarang! Kau pasti sudah mengotori pikiran anakku tadi! Dasar tidak tahu diri! Siapa kau sebenarnya? Apa kau orang suruhan lelaki bedebah itu?!" jerit Moon, hingga penghuni di samping kanan dan kiri rumahnya bisa saja mendengar perkataannya barusan. Namun, keadaan rumah di sebelah dalam keadaan kosong. Jadi, tidak ada seorang pun yang mendengar selain manusia di dalam rumahnya sekarang.

Kening Michael berkerut samar-samar. "Jangan bicara yang aneh gadis kurus, aku juga sudah selesai. " Michael tiba-tiba mengedarkan matanya di sekitar ruangan dengan sorot mata penuh cela. "Tenanglah aku akan pergi dari tempat yang kau sebut rumah ini."

"Kau!" Kesabaran Moon sudah habis. Pria di depannya terlalu angkuh, menurutnya. Dengan kecepatan penuh dia ayunkan tangan kanannya ke arah rahang kanan Michael. Namun, ternyata pergerakkan tangannya dilihat Michael. Lelaki itu berhasil menahan tangan Moon.

"Berani kau denganku hah?!" Michael tarik kuat tangan Moon hingga dada keduanya bertubrukkan sekarang.

Moon membelalakan mata, dengan sekuat tenaga memberontak.

"Lepaskan aku sialan! Pergi kau dari sini!!!" pekiknya, menggelegar.

"Jangan usir Papa Jessica, Ma!" Dalam hitungan detik, Jessica menyembul dari balik pintu dengan air mata mengalir dengan sangat deras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   5. Jadi Papa

    Melihat Jessica masuk dalam keadaan menangis. Anehnya, dada Michael terasa amat sesak sekarang. Terlebih panggilan tadi, membuat ia merasa sedikit senang. Ada getaran aneh juga merayap ke dalam relung hatinya sekarang. Sebuah getaran yang tak dapat Michael jelaskan melalui kata-kata. Dengan cepat Michael melepaskan tangan Moon. Sementara Moon langsung menoleh dengan kening berkerut kuat. Sorot matanya yang semula menyala-nyala langsung redup bak disiram air sejuk. Mendengar Jessica memanggil pria aneh bin gila itu dengan sebutan 'papa' barusan. Hati Moon mendadak perih seolah-olah ada benda tak kasat mata menikam organ dalamnya tersebut. Sekarang, mata Moon mulai tampak berkaca-kaca. Moon perlahan mendekati Jessica, yang masih menangis tersedu-sedan. "Jessica dia bukanlah Papamu, sadarlah Nak, laki-laki gila ini orang asing ...." Lidah Moon mendadak kelu. Tangisan Jessica begitu menyayat-yayat hatinya sedari tadi. Memang lah benar, sedari kecil Jessica menginginkan seora

    Last Updated : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   6. Hilang Ingatan

    "Sudah Tuan, perintahmu sudah kulaksanakan, jadi bagaimana adikku? Apa dia bisa dibebaskan se—" Perkataan pria berambut blonde itu tiba-tiba terpotong dengan suara wanita dari luar ruangan. Dia lantas tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat sebelumnya kala mendengar pemilik suara tersebut. Tentu saja dia tahu siapa yang mendatangi mansion saat ini. Sementara sang pemilik rumah spontan menoleh ke ambang pintu lalu mengalihkan pandangan ke arah pria berambut blonde itu lagi. "Jangan keluar, tunggulah di sini. Aku harus menemui kakak iparku dulu," katanya. "Baik Tuan." Setelah itu, lelaki bermata hijau itu pun keluar dari ruangan. Baru saja menginjakkan kakinya di luar. Wanita berpenampilan anggun dan memiliki rambut sebahu langsung mendekatinya dengan raut wajah cemas. "Tolong bantu aku, perasaanku tidak enak, dari tadi malam adikmu tidak bisa dihubungi, dia tidak ada kabar sama sekali, aku mohon cepat cari dia sekarang, Julian pun tidak bisa dihubungi," terangnya, dengan k

    Last Updated : 2025-01-04
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   7. Menetap di Rumah

    Michael justru menyeringai tipis. "Kau yakin ingin mengusirku? Apa jawabanmu jika Jessica bertanya ke mana Papanya?" balas Michael sambil mengangkat dagunya sedikit angkuh. Membuat Moon kembali mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Menahan amarah yang membuncah di relung hatinya saat ini. Selain mengesalkan, pria di hadapannya ini ternyata tidak punya rasa malu juga."Aku sangat yakin, kau adalah pria yang sangat berbahaya, keberadaanmu di sini memberikan dampak buruk pada putriku! Tidak usah kau pikirkan jawaban apa yang akan aku berikan pada putriku nanti! Cepat, angkat kakimu dari rumahku sekarang!" lontar Moon. Untuk kesekian kalinya, reaksi Michael membuat Moon semakin meradang. Kini, lelaki bermata hijau itu malah mengeluarkan tawa rendah. Sebuah tawa yang terdengar seperti sebuah penghinaan di telinga Moon. "Apa kau tuli?! Pergi sekarang!" Saat tak ada pergerakkan, Moon akhirnya terpaksa mendekat, hendak menyeret Michael."Pergi kau dari sini!" Dengan susah payah Moon mena

    Last Updated : 2025-01-04
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   8. Keributan

    Moon meringis sejenak lalu mendongakkan kepalanya dengan cepat. Melihat Erna berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang sekarang. Muka wanita bertubuh gemuk itu terlihat merah padam. Moon mengerutkan dahi sedikit, tampak keheranan karena Erna datang dalam keadaan marah besar sekarang. Entah apa penyebab wanita itu meradang. "Apa maksud Madam?" Secara perlahan Moon bangkit berdiri sambil menahan perih karena kulitnya tergores oleh batu-batu kecil yang tergeletak di pekarangan rumahnya barusan. Erna mendengus kasar. Pupil matanya pun semakin melebar. "Kau masih bertanya?! Gara-gara anakmu itu tadi lemonku tidak laku terjual, aku yakin sekali kau memberi perintah pada anak-anakmu untuk melempar sesuatu ke daganganku dan membuat daganganku jadi bau!" murka Erna hingga para tetangga yang kebetulan lewat di depan rumah, mulai penasaran, alhasil mereka pun menyambangi rumah Moon dengan cepat. Sesampainya di pekarangan, mereka tampak berbisik-bisik satu sama lain sambil menata

    Last Updated : 2025-01-05
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   9. Ketakutan

    "Cukup! Aku bukan wanita jalang, Madam!" seru Moon, kini napasnya terdengar memburu sebab sikap Erna sungguh keterlaluan. "Atas dasar apa Madam mengatai aku jalang?" sambung Moon kembali. Mengabaikan rasa sakit yang menjalar pada kaki dan tangannya sekarang. Moon begitu heran, apa alasan Erna membencinya hingga selama bertahun-tahun wanita tersebut selalu membuat ulah dengannya. Padahal selama ini Moon tidak pernah membuat masalah dengan Erna. "Kenyataannya kau memang wanita jalang! Semua orang tahu kau wanita jalang! Lihatlah pria di sampingmu itu, dia pasti salah satu pria yang sudah mencicipi tubuh kurusmu itu!" Erna melirik ke arah Michael sekilas sambil melototkan mata. Mendengar omelan Erna, Michael hanya diam saja. Meskipun begitu, dalam ketenangannya membuat Erna sedikit terganggu. Karena pandangan Michael tertuju pada wanita bertubuh gemuk tersebut sejak tadi. Sorot mata Michael tampak datar. Namun, terasa sangat tajam di penglihatan Erna."Aha aku baru saja ingat pria in

    Last Updated : 2025-01-05
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   10. Malaikat dan Iblis

    "Michael, jangan macam-macam kau!" Sekali lagi Moon berteriak. Bagaimana tidak, Michael membaringkannya di ranjang sambil menoleh ke bagian dadanya sekilas sekarang. Tak hanya itu, pria tersebut melempar senyum penuh arti, yang membuat bagi siapa pun yang melihat akan salah paham. Sebuah senyuman yang tak bisa dijabarkan Moon sama sekali saat ini. Michael tak menjawab, malah memajukan wajahnya ke wajah Moon. Moon makin panik, jantungnya berdetak sangat kencang tatkala hembusan napas Michael mengenai wajah tirusnya sekarang. Tangan kurusnya lantas bergetar pelan tengah berusaha mendorong dada Michael. "Kau m—au apa?" tanya Moon gugup, buru-buru menutup mata kemudian dengan cepat menggerakkan kepalanya ke samping. Moon dilanda panik dan ketakutan. Siapa pria ini? Datang ke dalam kehidupannya bak malaikat dan iblis secara bersamaan.Tak dapat dipungkiri, pria dewasa di atasnya sekarang, memiliki pesona yang tak bisa diabaikan. Wajah tampan Michael sangat berkharisma dan menawan. T

    Last Updated : 2025-01-06
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   11. Ketakutan

    Mata Jason tampak berkaca-kaca. Air mata pun perlahan mulai mengalir dari pelupuknya seketika. Dorongan tersebut membuat kedua kaki mungilnya tergores dan mengeluarkan darah sedikit. Tidak hanya itu, pipinya pun terlihat merah akibat tamparan sosok tersebut. Secepat kilat Jason menegadahkan kepala, melihat seseorang yang dicari ternyata berada di luar, Rita, sang pemilik kedai. "Madam Rita, apa salahku?" tanya Jason, suaranya terdengar bergetar. Luka di kakinya terasa amat perih hingga membuat air mata mengalir dengan sangat deras sekarang. Meskipun, mempunyai sikap yang terlihat kuat di luar, Jason tak dapat menahan rasa sakit yang menjalar kedua kakinya sekarang. Terlebih, dia baru pertama kali mendapat perlakukan kasar dari Rita. Selama ini, Jason hanya dapat melihat dari kejauhan perlakuan Rita terhadap mamanya. Rita kerap kali membentak Moon, termasuk karyawan lainnya. Bukan hanya itu, wanita berambut panjang ikal itu suka sekali berbuat sesuka hatinya. Jika ditanya apa kesa

    Last Updated : 2025-01-06
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   12. Panik

    Jason dilanda ketakutan tanpa sadar menutup matanya. Namun, keningnya berkerut kuat sekarang kala malah mendengar teriakan Rita. "Argh!" Mata Rita melebar sempurna, dari samping seorang pria melayangkan pukulan ke wajahnya seketika. Rita pun terhuyung-huyung ke belakang. Secepat kilat dia menoleh ke arah si pelaku sambil memegang pipinya yang terasa amat sakit sekarang hingga darah pun mulai mengalir dari sudut bibirnya. Rita menyipitkan matanya sejenak, melihat sosok asing yang tak pernah dia lihat sebelumnya di Juana Diaz, yang ternyata Michael. Michael berdiri dengan rahangnya mengetat kuat dan tangan terkepal erat. Para pengunjung kedai yang melihat kejadian tersebut tampak terkesiap. "Siapa kau!?" tanya Rita, matanya kontan melotot tajam. Michael enggan menyahut, melirik Jason yang saat ini mulai membuka mata. Kobaran di matanya mendadak redup. Melihat Michael ada di hadapannya, Jason langsung tersenyum sumringah. "Paman!" "Kau tidak apa-apa?" tanya Michael lalu menga

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   54. Berkeringat Dingin

    Kemunculan Kenny menciptakan garis kerutan di kening Maximus. Kabar terbaru dari orang kepercayaannya, anak kembarnya bersekolah di sini, Maximus pun berusaha mencari keberadaan buah hatinya. Berbekal nama yang diberikan Liana dan Lionrl kemarin, Maximus mau tak mau akhirnya turun tangan sendiri. Dia sangat tak sabar ingin berjumpa Jessica dan Jason, yang sekarang keberadaannya tak diketahui. "Kau sekolah di sini Ken?" Sontak, pertanyaan yang ajukan Maximus, menjadi tanda bahwa lelaki itu datang ke sekolah bukan untuk menjemputnya. Kenny menelan kekecewaan. Tarikan napas lantas berhembus pelan dari hidung mungilnya. "Iya, kalau begitu Kenny permisi dulu," ujar Kenny hendak menunggu jemputan di bawah pohon. Akan tetapi, Maximus tiba-tiba menghadangnya."Eh tunggu, biar Paman antar pulang," papar Maximus cepat. Demi bisa melihat Maximus. Kenny spontan mendongak, belum sempat lidahnya bergerak. Clara tiba-tiba datang dari samping dengan raut wajah sangat panik. Kedatangan Clara sont

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   53. Hilang

    Mendengar hal itu, Liana dan Lionel serempak terbelalak. "Moon ada di sini?" tanya Lionel seraya lempar pandang pada Liana. "Iya, kemarin aku tidak sengaja melihatnya tapi aku kalah cepat, anakmu itu ternyata gesit dan pintar. Maka dari itu, lebih baik kalian cari dia sekarang, anak buahku akan membantu kalian untuk mencari Moon juga, tenanglah aku akan memberikan uang yang sangat banyak pada kalian," perintah Maximus. Membuat Liana dan Lionel tersenyum lebar karena akan mendapatkan uang dalam nominal yang besar. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu Mister, kau tenang saja, kami akan menemukan Moon secepatnya dan membawanya ke hadapanmu," kata Liana, dengan senyum evil tak memudar dari wajah sejak tadi. Maximus menyeringai tipis sejenak kemudian membalas,"Hm, pergilah, aku tunggu kabar dari kalian." Liana mengangguk kecil. Kemudian tanpa berlama-lama pasangan suami istri gila uang itu bergegas pamit undur diri hendak mencari keberadaan Moon. Kurang lebih sepeka

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   52. Ini Gila!

    "Langsung masuk saja Julian," kata Moon, mempersilakan Julian masuk ke rumah.Julian mengangguk pelan lalu bergegas menjalankan perintah Michael. Jessica dan Jason tengah tidur siang dan tidak menyadari kedatangan Julian. Sekitar tiga puluh menit lamanya, Julian telah berhasil memasang CCTV di setiap sudut rumah. CCTV yang dapat dipantau Michael dari rumah persembunyian. "Aku pulang dulu ya Moon, kalau terjadi apa-apa telepon saja aku atau Tuan Michael." Julian lansung pamit undur. Lelaki berambut blonde itu tak mau berlama-lama di rumah Moon. "Iya, berhati-hatilah Julian," kata Moon seraya melempar senyum tipis. Julian mengangguk kemudian melenggang pergi dari rumah Moon. Dengan cepat Moon menutup pintu kembali. Namun, setelah membalikkan badan dan melangkah sebanyak sepuluh kali terdengar suara bell rumah kembali. Moon mengerutkan dahi dengan sangat kuat. "Apa Julian tertinggal sesuatu?" gumamnya pelan. Tanpa menaruh curiga sedikit pun. Moon langsung membuka pintu. Keningnya m

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   51. Penasaran

    Moon dan Michael membeku, dengan pupil mata sama-sama melebar. Moon cepat tersadar kemudian keluar lagi dari mobil dan berjalan gesit ke sisi pintu mobil lain, sambil sesekali melirik ke arah Liana dan Lionel tengah berbicara satu sama lain saat ini."Maaf, aku benar-benar minta maaf Michael, sepertinya aku kekurangan minum air putih jadinya kurang fokus." Setelah masuk dan menghempas bokong, Moon langsung meminta maaf tanpa menoleh ke samping. Moon memilih memandang keluar jendela sambil meraba-raba dadanya, karena jantungnya masih berdetak sangat cepat dengan ciuman tak terduga itu barusan. Michal tak menyahut, hanya berdeham rendah dan memandang ke samping sekilas. Lelaki itu juga merasakan debaran aneh menjalar di dadanya sekarang. 'Aneh sekali, ada apa dengan jantungku ini.' batin Michael sejenak. Kemarin-kemarin Michael merasa kedekatannya dengan Moon hanya sebatas wanita dan pria yang tinggal satu rumah. Bagi pria dewasa seperti Michael, hal itu sudah biasa, terlebih Moon se

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   50. Permohonan Jessica

    "Astaga Moon kau membuat aku hampir saja jantungan," kata Michael seraya menaruh lagi pistol yang baru saja dia ambil dari belakang celana barusan. Moon melempar senyum kaku pada Michael, Olax dan Julian."Maaf Michael, aku mau memanggil kau, tapi takut nanti akan membuat kau terkejut jadi ya aku diam-diam masuk ke dalam, apa lagi di luar aku melihat ada motor," balas Moon."Iya tidak apa-apa." Michael menarik napas lega sesaat. Sementara Olax melirik ke arah Julian saat ini, merasa sangat asing dengan wanita yang masih berdiri di ambang pintu. "Tuan, kami keluar sebentar ya, mau memeriksa sesuatu." Julian memberi bahasa isyarat pada Olax untuk berbicara di luar saja. Begitu mendengar perkataan Julian, Michael mengangguk samar. Selepas kepergian Julian dan Olax, Michael membuka suara lagi. "Ada apa Moon? Kenapa kau datang kemari? Apa ada masalah, sampai-sampai kau harus ke sini? Mengapa kau tidak meneleponku saja? Lalu di mana Jessica dan Jason?" tanya Michael, hendak menginteroga

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   49. Membalas Dendam

    Sebelum Kenny menghampirinya sekarang, secepat kilat Michael bersembunyi di lorong lain. Beruntung sekali ada pria yang melewatinya barusan, jadi Kenny terkecoh dan saat ini celingak-celinguk ke segala arah. "Papa!" panggil Kenny kembali. Berjarak beberapa meter, Clara yang hendak mengambil troli lantas mengalihkan perhatian. Melihat Kenny berjalan ke sana kemari sekarang sambil memanggil papanya. Dengan gesit Clara pun mendekati Kenny. "Kenny, ada apa Nak?" Clara berjongkok dan langsung menyentuh pundak Kenny. "Ma, tadi Kenny lihat Papa ada di sini!" seru Kenny, matanya masih berkeliling di sekitar. Mendengar hal itu, Clara membuang napas pelan, riak mukanya mendadak sedih. Kenny masih belum menerima kepergian Michael. Clara memakluminya karena hubungan Michael dan Kenny begitu dekat. "Nak, itu bukan Papa, sekarang kita belanja ya, hari ini Kenny boleh ambil makanan sepuasnya" Clara berusaha menghibur Kenny dengan membelikan makanan sesuai kemauan Kenny. Sebelum-belumnya, Clara

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   48. Tidak Asing

    Mata Moon langsung terbelalak. Secepat kilat dia menarik tangan Jessica dan Jason lalu membekap mulut mereka. Jessica dan Jason tampak terkejut hendak memberontak. Namun, Moon memberi kode agar jangan bersuara. Kedua anak kecil itu akhirnya diam dan hanya bisa memandang satu sama lain dengan kening berkerut kuat. Moon mengintip sejenak keluar, melihat Liana ternyata bersama papanya sekarang. Moon mulai heran, mengapa dari banyak tempat. Kota ini yang di datangi Liana dan Lionel. Padahal Moskow dan Los Angeles sangatlah jauh. Entah apa yang dilakukan mereka di sini? Moon jadi penasaran. Sementara itu, berjarak beberapa meter. Liana menoleh ke segala arah sejak tadi, merasa mendengar suara anak kecil barusan. Tapi, anehnya tidak ada anak kecil yang terlihat di sekitar, hanya kumpulan orang dewasa saja berdiri di lorong supermarket, tengah memilih-milih makanan dan minuman. "Apa lagi yang kau cari, Liana? Lihatlah trolimu sudah mulai penuh?" tanya Lionel dengan raut wajah menahan kesa

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   47. Mirip Michael

    "Papa apanya, itu kan Mama." Jason lantas menimpali. Sebab yang keluar dari mobil ternyata Moon. Jessica langsung cemberut. Dengan pelan menurunkan tangan kemudian melirik Kenny ke samping sekilas. "Hehe, bukan Papaku, tapi Mamaku," sahutnya sambil tersenyum kaku. Kenny tak membalas, justru memandang ke arah Moon yang saat ini mulai menghampiri mereka. "Apa sudah lama menunggu? Bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Apa mengasyikan?" Begitu sampai Moon segera membuka suara sambil melempar senyum ke arah Jessica dan Jason secara bergantian. Moon tampak senang ketika kedua buahnya telah bersekolah sekarang."Tidak lama kok Ma. Lumayan mengasyikan Ma," balas Jason cepat sambil mengulum senyum. Berbeda dengan Jessica, gadis mungil itu nampak lesu. "Ma, Papa di mana? Katanya mau jemput Jessica." Moon menghela napas pelan sejenak. Sudah tahu anaknya ini akan bertanya. "Papa sedang sibuk Sayang, tadi Papa menitip pesan untuk minta maaf." Beberapa jam sebelumnya, Moon dapat pesan dari

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   46. Papa Jessica

    "Kau yang buta! Tentu saja Jessica punya mata, ini lihat ini!" Jessica tentu saja tidak hanya diam. Bocah perempuan itu tiba-tiba beranjak kemudian melayangkan tatapan tajam. Mendengar balasan tersebut. Wajah bocah berambut hitam itu tampak merah padam. "Kau berani melawanku ya! Apa kau tidak tahu siapa aku?!" serunya, menatap nyalang Jessica. Sebab ada seseorang yang berani melawannya. Sekolah yang terletak di tengah-tengah pusat kota ini memang sangat terkenal dan hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Dan tentu saja latar belakang orang tua murid-murid di sini begitu berkuasa dan kaya raya. Jessica malah tersenyum sinis sebentar. Tak ada rasa takut pun yang terlihat di wajah bulatnya. Meskipun bocah di hadapannya ini lebih tinggi darinya. "Untuk apa aku tahu? Sudahlah, jangan diperpanjang, Jessica minta maaf karena tadi tidak sengaja, sekarang Jessica mau masuk ke kelas." Belum sempat Jessica menggerakkan kaki. Rambutnya tiba-tiba ditarik oleh bocah laki-laki tersebut.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status