"Papa apanya, itu kan Mama." Jason lantas menimpali. Sebab yang keluar dari mobil ternyata Moon. Jessica langsung cemberut. Dengan pelan menurunkan tangan kemudian melirik Kenny ke samping sekilas. "Hehe, bukan Papaku, tapi Mamaku," sahutnya sambil tersenyum kaku. Kenny tak membalas, justru memandang ke arah Moon yang saat ini mulai menghampiri mereka. "Apa sudah lama menunggu? Bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Apa mengasyikan?" Begitu sampai Moon segera membuka suara sambil melempar senyum ke arah Jessica dan Jason secara bergantian. Moon tampak senang ketika kedua buahnya telah bersekolah sekarang."Tidak lama kok Ma. Lumayan mengasyikan Ma," balas Jason cepat sambil mengulum senyum. Berbeda dengan Jessica, gadis mungil itu nampak lesu. "Ma, Papa di mana? Katanya mau jemput Jessica." Moon menghela napas pelan sejenak. Sudah tahu anaknya ini akan bertanya. "Papa sedang sibuk Sayang, tadi Papa menitip pesan untuk minta maaf." Beberapa jam sebelumnya, Moon dapat pesan dari
Mata Moon langsung terbelalak. Secepat kilat dia menarik tangan Jessica dan Jason lalu membekap mulut mereka. Jessica dan Jason tampak terkejut hendak memberontak. Namun, Moon memberi kode agar jangan bersuara. Kedua anak kecil itu akhirnya diam dan hanya bisa memandang satu sama lain dengan kening berkerut kuat. Moon mengintip sejenak keluar, melihat Liana ternyata bersama papanya sekarang. Moon mulai heran, mengapa dari banyak tempat. Kota ini yang di datangi Liana dan Lionel. Padahal Moskow dan Los Angeles sangatlah jauh. Entah apa yang dilakukan mereka di sini? Moon jadi penasaran. Sementara itu, berjarak beberapa meter. Liana menoleh ke segala arah sejak tadi, merasa mendengar suara anak kecil barusan. Tapi, anehnya tidak ada anak kecil yang terlihat di sekitar, hanya kumpulan orang dewasa saja berdiri di lorong supermarket, tengah memilih-milih makanan dan minuman. "Apa lagi yang kau cari, Liana? Lihatlah trolimu sudah mulai penuh?" tanya Lionel dengan raut wajah menahan kesa
Sebelum Kenny menghampirinya sekarang, secepat kilat Michael bersembunyi di lorong lain. Beruntung sekali ada pria yang melewatinya barusan, jadi Kenny terkecoh dan saat ini celingak-celinguk ke segala arah. "Papa!" panggil Kenny kembali. Berjarak beberapa meter, Clara yang hendak mengambil troli lantas mengalihkan perhatian. Melihat Kenny berjalan ke sana kemari sekarang sambil memanggil papanya. Dengan gesit Clara pun mendekati Kenny. "Kenny, ada apa Nak?" Clara berjongkok dan langsung menyentuh pundak Kenny. "Ma, tadi Kenny lihat Papa ada di sini!" seru Kenny, matanya masih berkeliling di sekitar. Mendengar hal itu, Clara membuang napas pelan, riak mukanya mendadak sedih. Kenny masih belum menerima kepergian Michael. Clara memakluminya karena hubungan Michael dan Kenny begitu dekat. "Nak, itu bukan Papa, sekarang kita belanja ya, hari ini Kenny boleh ambil makanan sepuasnya" Clara berusaha menghibur Kenny dengan membelikan makanan sesuai kemauan Kenny. Sebelum-belumnya, Clara
"Astaga Moon kau membuat aku hampir saja jantungan," kata Michael seraya menaruh lagi pistol yang baru saja dia ambil dari belakang celana barusan. Moon melempar senyum kaku pada Michael, Olax dan Julian."Maaf Michael, aku mau memanggil kau, tapi takut nanti akan membuat kau terkejut jadi ya aku diam-diam masuk ke dalam, apa lagi di luar aku melihat ada motor," balas Moon."Iya tidak apa-apa." Michael menarik napas lega sesaat. Sementara Olax melirik ke arah Julian saat ini, merasa sangat asing dengan wanita yang masih berdiri di ambang pintu. "Tuan, kami keluar sebentar ya, mau memeriksa sesuatu." Julian memberi bahasa isyarat pada Olax untuk berbicara di luar saja. Begitu mendengar perkataan Julian, Michael mengangguk samar. Selepas kepergian Julian dan Olax, Michael membuka suara lagi. "Ada apa Moon? Kenapa kau datang kemari? Apa ada masalah, sampai-sampai kau harus ke sini? Mengapa kau tidak meneleponku saja? Lalu di mana Jessica dan Jason?" tanya Michael, hendak menginteroga
Moon dan Michael membeku, dengan pupil mata sama-sama melebar. Moon cepat tersadar kemudian keluar lagi dari mobil dan berjalan gesit ke sisi pintu mobil lain, sambil sesekali melirik ke arah Liana dan Lionel tengah berbicara satu sama lain saat ini."Maaf, aku benar-benar minta maaf Michael, sepertinya aku kekurangan minum air putih jadinya kurang fokus." Setelah masuk dan menghempas bokong, Moon langsung meminta maaf tanpa menoleh ke samping. Moon memilih memandang keluar jendela sambil meraba-raba dadanya, karena jantungnya masih berdetak sangat cepat dengan ciuman tak terduga itu barusan. Michal tak menyahut, hanya berdeham rendah dan memandang ke samping sekilas. Lelaki itu juga merasakan debaran aneh menjalar di dadanya sekarang. 'Aneh sekali, ada apa dengan jantungku ini.' batin Michael sejenak. Kemarin-kemarin Michael merasa kedekatannya dengan Moon hanya sebatas wanita dan pria yang tinggal satu rumah. Bagi pria dewasa seperti Michael, hal itu sudah biasa, terlebih Moon se
"Langsung masuk saja Julian," kata Moon, mempersilakan Julian masuk ke rumah.Julian mengangguk pelan lalu bergegas menjalankan perintah Michael. Jessica dan Jason tengah tidur siang dan tidak menyadari kedatangan Julian. Sekitar tiga puluh menit lamanya, Julian telah berhasil memasang CCTV di setiap sudut rumah. CCTV yang dapat dipantau Michael dari rumah persembunyian. "Aku pulang dulu ya Moon, kalau terjadi apa-apa telepon saja aku atau Tuan Michael." Julian lansung pamit undur. Lelaki berambut blonde itu tak mau berlama-lama di rumah Moon. "Iya, berhati-hatilah Julian," kata Moon seraya melempar senyum tipis. Julian mengangguk kemudian melenggang pergi dari rumah Moon. Dengan cepat Moon menutup pintu kembali. Namun, setelah membalikkan badan dan melangkah sebanyak sepuluh kali terdengar suara bell rumah kembali. Moon mengerutkan dahi dengan sangat kuat. "Apa Julian tertinggal sesuatu?" gumamnya pelan. Tanpa menaruh curiga sedikit pun. Moon langsung membuka pintu. Keningnya m
Mendengar hal itu, Liana dan Lionel serempak terbelalak. "Moon ada di sini?" tanya Lionel seraya lempar pandang pada Liana. "Iya, kemarin aku tidak sengaja melihatnya tapi aku kalah cepat, anakmu itu ternyata gesit dan pintar. Maka dari itu, lebih baik kalian cari dia sekarang, anak buahku akan membantu kalian untuk mencari Moon juga, tenanglah aku akan memberikan uang yang sangat banyak pada kalian," perintah Maximus. Membuat Liana dan Lionel tersenyum lebar karena akan mendapatkan uang dalam nominal yang besar. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu Mister, kau tenang saja, kami akan menemukan Moon secepatnya dan membawanya ke hadapanmu," kata Liana, dengan senyum evil tak memudar dari wajah sejak tadi. Maximus menyeringai tipis sejenak kemudian membalas,"Hm, pergilah, aku tunggu kabar dari kalian." Liana mengangguk kecil. Kemudian tanpa berlama-lama pasangan suami istri gila uang itu bergegas pamit undur diri hendak mencari keberadaan Moon. Kurang lebih sepeka
Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan. "Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah. "Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam k
Mendengar hal itu, Liana dan Lionel serempak terbelalak. "Moon ada di sini?" tanya Lionel seraya lempar pandang pada Liana. "Iya, kemarin aku tidak sengaja melihatnya tapi aku kalah cepat, anakmu itu ternyata gesit dan pintar. Maka dari itu, lebih baik kalian cari dia sekarang, anak buahku akan membantu kalian untuk mencari Moon juga, tenanglah aku akan memberikan uang yang sangat banyak pada kalian," perintah Maximus. Membuat Liana dan Lionel tersenyum lebar karena akan mendapatkan uang dalam nominal yang besar. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu Mister, kau tenang saja, kami akan menemukan Moon secepatnya dan membawanya ke hadapanmu," kata Liana, dengan senyum evil tak memudar dari wajah sejak tadi. Maximus menyeringai tipis sejenak kemudian membalas,"Hm, pergilah, aku tunggu kabar dari kalian." Liana mengangguk kecil. Kemudian tanpa berlama-lama pasangan suami istri gila uang itu bergegas pamit undur diri hendak mencari keberadaan Moon. Kurang lebih sepeka
"Langsung masuk saja Julian," kata Moon, mempersilakan Julian masuk ke rumah.Julian mengangguk pelan lalu bergegas menjalankan perintah Michael. Jessica dan Jason tengah tidur siang dan tidak menyadari kedatangan Julian. Sekitar tiga puluh menit lamanya, Julian telah berhasil memasang CCTV di setiap sudut rumah. CCTV yang dapat dipantau Michael dari rumah persembunyian. "Aku pulang dulu ya Moon, kalau terjadi apa-apa telepon saja aku atau Tuan Michael." Julian lansung pamit undur. Lelaki berambut blonde itu tak mau berlama-lama di rumah Moon. "Iya, berhati-hatilah Julian," kata Moon seraya melempar senyum tipis. Julian mengangguk kemudian melenggang pergi dari rumah Moon. Dengan cepat Moon menutup pintu kembali. Namun, setelah membalikkan badan dan melangkah sebanyak sepuluh kali terdengar suara bell rumah kembali. Moon mengerutkan dahi dengan sangat kuat. "Apa Julian tertinggal sesuatu?" gumamnya pelan. Tanpa menaruh curiga sedikit pun. Moon langsung membuka pintu. Keningnya m
Moon dan Michael membeku, dengan pupil mata sama-sama melebar. Moon cepat tersadar kemudian keluar lagi dari mobil dan berjalan gesit ke sisi pintu mobil lain, sambil sesekali melirik ke arah Liana dan Lionel tengah berbicara satu sama lain saat ini."Maaf, aku benar-benar minta maaf Michael, sepertinya aku kekurangan minum air putih jadinya kurang fokus." Setelah masuk dan menghempas bokong, Moon langsung meminta maaf tanpa menoleh ke samping. Moon memilih memandang keluar jendela sambil meraba-raba dadanya, karena jantungnya masih berdetak sangat cepat dengan ciuman tak terduga itu barusan. Michal tak menyahut, hanya berdeham rendah dan memandang ke samping sekilas. Lelaki itu juga merasakan debaran aneh menjalar di dadanya sekarang. 'Aneh sekali, ada apa dengan jantungku ini.' batin Michael sejenak. Kemarin-kemarin Michael merasa kedekatannya dengan Moon hanya sebatas wanita dan pria yang tinggal satu rumah. Bagi pria dewasa seperti Michael, hal itu sudah biasa, terlebih Moon se
"Astaga Moon kau membuat aku hampir saja jantungan," kata Michael seraya menaruh lagi pistol yang baru saja dia ambil dari belakang celana barusan. Moon melempar senyum kaku pada Michael, Olax dan Julian."Maaf Michael, aku mau memanggil kau, tapi takut nanti akan membuat kau terkejut jadi ya aku diam-diam masuk ke dalam, apa lagi di luar aku melihat ada motor," balas Moon."Iya tidak apa-apa." Michael menarik napas lega sesaat. Sementara Olax melirik ke arah Julian saat ini, merasa sangat asing dengan wanita yang masih berdiri di ambang pintu. "Tuan, kami keluar sebentar ya, mau memeriksa sesuatu." Julian memberi bahasa isyarat pada Olax untuk berbicara di luar saja. Begitu mendengar perkataan Julian, Michael mengangguk samar. Selepas kepergian Julian dan Olax, Michael membuka suara lagi. "Ada apa Moon? Kenapa kau datang kemari? Apa ada masalah, sampai-sampai kau harus ke sini? Mengapa kau tidak meneleponku saja? Lalu di mana Jessica dan Jason?" tanya Michael, hendak menginteroga
Sebelum Kenny menghampirinya sekarang, secepat kilat Michael bersembunyi di lorong lain. Beruntung sekali ada pria yang melewatinya barusan, jadi Kenny terkecoh dan saat ini celingak-celinguk ke segala arah. "Papa!" panggil Kenny kembali. Berjarak beberapa meter, Clara yang hendak mengambil troli lantas mengalihkan perhatian. Melihat Kenny berjalan ke sana kemari sekarang sambil memanggil papanya. Dengan gesit Clara pun mendekati Kenny. "Kenny, ada apa Nak?" Clara berjongkok dan langsung menyentuh pundak Kenny. "Ma, tadi Kenny lihat Papa ada di sini!" seru Kenny, matanya masih berkeliling di sekitar. Mendengar hal itu, Clara membuang napas pelan, riak mukanya mendadak sedih. Kenny masih belum menerima kepergian Michael. Clara memakluminya karena hubungan Michael dan Kenny begitu dekat. "Nak, itu bukan Papa, sekarang kita belanja ya, hari ini Kenny boleh ambil makanan sepuasnya" Clara berusaha menghibur Kenny dengan membelikan makanan sesuai kemauan Kenny. Sebelum-belumnya, Clara
Mata Moon langsung terbelalak. Secepat kilat dia menarik tangan Jessica dan Jason lalu membekap mulut mereka. Jessica dan Jason tampak terkejut hendak memberontak. Namun, Moon memberi kode agar jangan bersuara. Kedua anak kecil itu akhirnya diam dan hanya bisa memandang satu sama lain dengan kening berkerut kuat. Moon mengintip sejenak keluar, melihat Liana ternyata bersama papanya sekarang. Moon mulai heran, mengapa dari banyak tempat. Kota ini yang di datangi Liana dan Lionel. Padahal Moskow dan Los Angeles sangatlah jauh. Entah apa yang dilakukan mereka di sini? Moon jadi penasaran. Sementara itu, berjarak beberapa meter. Liana menoleh ke segala arah sejak tadi, merasa mendengar suara anak kecil barusan. Tapi, anehnya tidak ada anak kecil yang terlihat di sekitar, hanya kumpulan orang dewasa saja berdiri di lorong supermarket, tengah memilih-milih makanan dan minuman. "Apa lagi yang kau cari, Liana? Lihatlah trolimu sudah mulai penuh?" tanya Lionel dengan raut wajah menahan kesa
"Papa apanya, itu kan Mama." Jason lantas menimpali. Sebab yang keluar dari mobil ternyata Moon. Jessica langsung cemberut. Dengan pelan menurunkan tangan kemudian melirik Kenny ke samping sekilas. "Hehe, bukan Papaku, tapi Mamaku," sahutnya sambil tersenyum kaku. Kenny tak membalas, justru memandang ke arah Moon yang saat ini mulai menghampiri mereka. "Apa sudah lama menunggu? Bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Apa mengasyikan?" Begitu sampai Moon segera membuka suara sambil melempar senyum ke arah Jessica dan Jason secara bergantian. Moon tampak senang ketika kedua buahnya telah bersekolah sekarang."Tidak lama kok Ma. Lumayan mengasyikan Ma," balas Jason cepat sambil mengulum senyum. Berbeda dengan Jessica, gadis mungil itu nampak lesu. "Ma, Papa di mana? Katanya mau jemput Jessica." Moon menghela napas pelan sejenak. Sudah tahu anaknya ini akan bertanya. "Papa sedang sibuk Sayang, tadi Papa menitip pesan untuk minta maaf." Beberapa jam sebelumnya, Moon dapat pesan dari
"Kau yang buta! Tentu saja Jessica punya mata, ini lihat ini!" Jessica tentu saja tidak hanya diam. Bocah perempuan itu tiba-tiba beranjak kemudian melayangkan tatapan tajam. Mendengar balasan tersebut. Wajah bocah berambut hitam itu tampak merah padam. "Kau berani melawanku ya! Apa kau tidak tahu siapa aku?!" serunya, menatap nyalang Jessica. Sebab ada seseorang yang berani melawannya. Sekolah yang terletak di tengah-tengah pusat kota ini memang sangat terkenal dan hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Dan tentu saja latar belakang orang tua murid-murid di sini begitu berkuasa dan kaya raya. Jessica malah tersenyum sinis sebentar. Tak ada rasa takut pun yang terlihat di wajah bulatnya. Meskipun bocah di hadapannya ini lebih tinggi darinya. "Untuk apa aku tahu? Sudahlah, jangan diperpanjang, Jessica minta maaf karena tadi tidak sengaja, sekarang Jessica mau masuk ke kelas." Belum sempat Jessica menggerakkan kaki. Rambutnya tiba-tiba ditarik oleh bocah laki-laki tersebut.
Michael berlari kencang menghampiri Jessica dan Jason lalu menarik tangan keduanya dengan sangat cepat. Beruntung sekali si pengemudi bergerak dalam keadaan lambat dan langsung menghentikan mobilnya. "Hei, jaga anak-anakmu itu dengan benar!" Si pengemudi tiba-tiba membuka kaca jendela dengan mata melotot keluar. Michael enggan menanggapi, masih tampak syok. Dia hanya membalas dengan menganggukkan kepala lalu menggendong Jessica dan Jason ke tempat yang aman. Sementara mobil tadi mulai bergerak kembali. "Kenapa kalian ada di sini? Di mana Paman Julian dan Mama kalian?" tanya Michael sambil celingak-celinguk ke segala arah. Mencari keberadaan Moon dan Julian."Ini semua salah Jessica, Paman. Mama dan Paman Julian ada di rumah, tadi Jessica tiba-tiba masuk ke bagasi mobil, aku sempat melihatnya masuk ke dalam, mau mengajaknya keluar tapi Paman sudah menjalankan mobil. Jessica bilang mau ikut Paman jalan-jalan." Dengan raut wajah menahan kesal Jason pun mulai menerangkan sambil meliri