Share

36. Lelah Didominasi

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2024-06-19 00:09:05

Mia menghembuskan napas panjang, menatap pemandangan kota Inverness dari jendela kamar. Inverness, dengan segala pesonanya, memancarkan keindahan yang mampu menenangkan jiwa yang gelisah.

Kota kecil di dataran tinggi Skotlandia ini penuh dengan pesona alam dan sejarah yang terasa nyata di setiap sudutnya.

Di kejauhan, pegunungan yang menjulang tinggi tampak seperti penjaga kota yang setia, melingkupi Inverness dengan keagungan alaminya. Puncak-puncak yang tertutup salju putih berkilauan di bawah sinar matahari, menciptakan pemandangan yang memukau.

Sungai Ness yang mengalir tenang melintasi kota menambah kesan damai, dengan airnya yang jernih berkilauan seperti kristal di bawah sinar matahari.

Mia mencoba menenangkan diri di tengah keindahan yang kini terasa kontras dengan kekacauan hatinya. Dia ingin merasakan ketenangan di tempat ini, setidaknya dalam situasinya sekarang. Sayangnya, Nyonya Wina hanya memberinya izin tinggal di sini untuk beberapa hari saja.

“Padahal aku masih ingi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Winarsih_wina
mumpung belum punya anak dari Nathan tentukan hidupmu Mia, jelas satu-satunya keluarga cuma reval. semoga pilihanmu meninggalkan reval tidak jadi bumerang ketika lelaki Mack tau itu anaknya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   37. Lari Sejenak dari Kenyataan

    "Mia jadi berangkat ke Jakarta hari ini, Tante?" tanya Nathan penuh kegelisahan saat menelepon Tante Wina, mencoba mencari tahu keputusan Mia.Saat kepergian Mia pada beberapa hari lalu, ia langsung mengecek paspor dan visa milik Mia dan Rival di brankas dokumen pribadi mereka. Begitu tak menemukannya, dia tahu bahwa Mia sedang menuju rumah ibunya di Skotlandia. Pada detik itu juga ia segera menelepon si tante, memberikan penjelasan tentang situasi rumah tangga mereka saat itu. “Aku memang salah, Tan. Aku tidak sengaja meniduri asisten pribadiku, saat itu aku betul-betul sedang mabuk. Aku tidak sadar kalau itu bukan Mia. Demi Tuhan, aku hanya mencintai Mia,” sumpahnya.Nathan lalu menjelaskan semuanya.“Apa? Kau membawa perempuan itu ke rumahmu, Nath? Kau gila!” omel Tante Wina dengan nada tinggi. Nathan memahami kemarahan Tante Wina dan mendengarkan tanpa interupsi saat tantenya mengomel dan memarahinya.“Tan, aku terpaksa melakukannya. Alyra menderita leukimia, umurnya mungkin tid

    Last Updated : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   38. Pemain Favorit

    Jalanan penuh dengan para pendukung yang berpakaian seragam tim kesayangan mereka, menciptakan lautan warna yang meriah. Mia berjalan di antara mereka, merasakan kegembiraan yang menular. Setibanya di stadion, Mia kagum melihat megahnya arena pertandingan. Banner besar dengan logo klub yang menjulang tinggi, aroma hot dog dan popcorn yang memenuhi udara, serta suara terompet dan drum yang bergemuruh menambah semarak suasana. Mia bergabung dengan arus penonton yang mengalir menuju tribun utama stadion yang megah. Udara sejuk musim semi menyegarkan wajahnya saat ia melangkah dengan hati yang berdebar-debar. Di sekitarnya, suara sorak-sorai dan percakapan riuh penonton memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang energik sebelum pertandingan dimulai.Tribun penuh dengan kerumunan berbagai usia, mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa, pria dan wanita. Warna-warni seragam dan bendera klub Lakeside City berkibar-kibar di udara, menambah semarak suasana sekitar. Mia menemukan tempat

    Last Updated : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   39. "Max is Maximal"

    Sorak-sorai penonton menggema di seluruh stadion ketika peluit pertandingan berbunyi. Sorotan lampu yang terang benderang menyinari lapangan hijau, menciptakan bayang-bayang panjang dari para pemain yang bergerak cepat. Di tengah lapangan, Max bertindak penuh waspada sebagai bek andalan Lakeside City, matanya tajam mengamati setiap pergerakan lawan yang memasuki area pertahanannya. Max adalah gambaran sempurna dari dedikasi dan determinasi. Keringat mengalir di dahinya, ia pantang menyerah, siap melindungi area pertahanan dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Gerakan gesitnya mencerminkan latihan keras dan disiplin yang diterapkannya selama ini.Serangan demi serangan dari Northbridge United datang seperti badai. Bola bergerak cepat, hampir tak terlihat saat ditendang dari satu pemain ke pemain lain. Melihatnya, Mia menahan napas. Ketegangan terasa melingkupi stadion. Serangan itu begitu cepat dan terkoordinasi, menyusup melalui lini tengah Lakeside City. Max bergerak cepat, m

    Last Updated : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   40. Diam-Diam Mencarinya

    Nathan merasa gelisah, sudah hampir seminggu dia menunggu, namun istrinya itu tak kunjung pulang ke rumah. Dia urung bertanya pada tantenya tentang kemungkinan apakah Mia kembali ke Skotlandia. “Iya kalau Mia di sana, kalau tidak? Aku tak mau tante Wina ikut cemas memikirkan masalah kami. Biar saja dia fokus mengurus Rival,” pikirnya.Namun, kegelisahnya kian memuncak, mendorongnya untuk mencari tahu keberadaan Mia tanpa harus terlihat mencolok. Langkah pertamanya adalah mengunjungi teman-teman Mia yang ia kenal.Hari itu, Nathan memutuskan bermain tenis di tempat Mia biasa bermain. Udara segar pagi itu seolah tidak mampu meredakan kegelisahan yang menghantui pikirannya. Dengan raket di tangan, ia memasuki lapangan tenis, ditemani asisten pribadinya. Setelah melakukan pemanasan yang cukup, mereka mulai bermain di satu lapangan yang sudah disewa oleh Jay, asisten pribadi Nathan. Nathan berusaha melepas kepenatan melalui pukulan demi pukulan. Dia memperlihatkan keahliannya yang luar bi

    Last Updated : 2024-06-19
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   41. Menghibur Diri

    Setelah menonton pertandingan sepakbola di London, Mia memutuskan untuk menjelajahi kota-kota lain yang menawarkan pengalaman unik dan menenangkan. Salah satu kota yang menjadi favoritnya adalah Bath. Terletak jauh dari hiruk pikuk London, Bath menyambutnya dengan udara sejuk dan pemandangan yang memanjakan mata. Jalan-jalan berliku dipenuhi dengan bangunan bersejarah yang megah, dan taman-taman yang rimbun dengan pepohonan hijau memberikan kesan damai dan tenang. Sungai Avon mengalir tenang, menciptakan suasana yang begitu menyejukkan hati Mia.Mia berjalan santai di sepanjang jalan batu yang teratur, menghirup udara segar yang beraroma wangi bunga. Setiap langkah membawanya semakin larut dalam pesona kota ini. Bangunan-bangunan bergaya Georgian berbaris rapi, dengan balkon-balkon yang dipenuhi bunga beraneka warna. Di kejauhan, Pulteney Bridge tampak indah dengan deretan toko-toko yang memikat di sepanjangnya.Karena hanya membawa sedikit baju, Mia memutuskan untuk mengunjungi bu

    Last Updated : 2024-06-20
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   42. Mengusir Tamu

    Nathan duduk di ruang kerjanya, dengan perasaan marah yang membara. Kertas dan gelas bertebaran di lantai, menjadi saksi bisu ledakan emosinya yang baru saja terjadi. Ia meremas rambutnya, menahan diri untuk tidak mengamuk lagi. Terdengar ketukan di pintu. “Masuk!” titah Nathan dengan nada tinggi, masih terbawa emosi.“M-maaf, Tuan…,” ujar si bibik saat memasuki ruangannya, pembantunya itu terlihat takut kepadanya. “Ada tamu mencari Tuan, katanya penting.”“Kamu tidak tanya namanya, asalnya, urusannya apa?” sahut Nathan dengan dingin.“Katanya beliau pengacara, dari firma hukum—” si bibik terdiam, keningnya mengerut, tampak berusaha mengingat-ingat. “M-maaf, saya lupa namanya, Tuan,” katanya sambil menggigit bibir, lalu menunduk ketakutan.Nathan mendengus pelan dan akhirnya mengangguk ringan.Si bibik pamit keluar dan tergesa-gesa menuju dapur. Sesampainya di dapur, dia mengelus-elus dadanya. “Apes… apes, kenapa pula aku yang kalah hompimpah sama kalian sih!” Sejak Nathan mengamuk

    Last Updated : 2024-06-20
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   43. Mungkinkah Ini Karma?

    Mia menyeret kopernya di dalam Bandara Heathrow, London. Suara gemuruh dari pengumuman keberangkatan dan kedatangan menggema di sekitar, bercampur dengan obrolan dalam berbagai bahasa dari para pelancong yang sedang menunggu penerbangan mereka. Di layar besar yang tergantung di langit-langit, jadwal penerbangan terus berubah, menampilkan destinasi dari berbagai penjuru dunia. Lampu-lampu neon menerangi setiap sudut bandara, menciptakan kontras dengan langit menjelang senja yang lembut di luar. Warna-warna cerah dari toko-toko duty-free dan kafe yang berjajar di sepanjang koridor menambah keriuhan visual di tempat itu.Setelah berada selama dua minggu di Inggris, menikmati kebebasan yang jarang ia rasakan selama tujuh tahun pernikahannya, Mia kini merasa lebih siap untuk menghadapi Nathan. Dia telah memanfaatkan waktu ini untuk refleksi diri, memahami apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidupnya.Mia merapatkan sweater rajutnya, merasakan angin sejuk yang berhembus setiap kali pin

    Last Updated : 2024-06-21
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   44. Reuni Lebih Lama

    Panggilan boarding telah tiba. Para penumpang segera sibuk bersiap. Mia melangkah bersama Max menuju ke dalam lambung pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. “Kamu tidak mengambil kelas bisnis, Max?” “Apakah itu bisa membuatku lebih cepat sampai ke Jakarta?” Max mengangkat alisnya, lalu terkekeh pelan.Mia telah menemukan nomor kursinya, sementara Max meneruskan langkahnya menuju barisan kursi yang berada di belakang.Seorang ibu tiba-tiba berbicara dengan Mia yang baru saja duduk. "Permisi, bisakah kita bertukar tempat duduk? Saya ingin duduk dekat kedua anak saya. Mereka akan gelisah sepanjang perjalanan bila duduk terpisah dari saya. Tolonglah? Saya sudah minta izin kepada pramugari tentang pertukaran ini. Saya mohon?” katanya dengan nada memelas dan sorot mata minta pengertian.Mia bisa memahami kondisi itu. Iapun setuju dan segera berpindah tempat menuju kursi di deretan belakang, di tempat ibu itu seharusnya duduk. Dan Mia terkejut ketika melihat Max ada di sana, tepat di

    Last Updated : 2024-06-21

Latest chapter

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   EPILOG

    Di lobi gedung rumah sakit elit di jantung kota Jakarta, sebuah sedan Rolls Royce hitam berhenti dengan anggun, memancarkan aura kemewahan yang nyata di antara deretan mobil mewah lainnya yang sedang memasuki halaman rumah sakit tersebut.Pintu mobil sedan mewah itu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berwajah oriental yang melangkah keluar dengan aura kecerdasan dan percaya diri. Berbalut sepatu kulit hitam mengkilap, kaki pria itu menapak lantai lobi dengan ketegasan seorang pemimpin sejati. Setelan jas hitam yang dikenakannya begitu pas membingkai tubuhnya yang tinggi dan atletis, menambah kesan elegan dan berwibawa yang kini melekat erat pada diri pria berusia 40 tahun itu.“Silakan, Tuan Valen,” sapa asistennya sambil membukakan pintu mobil, memberikan anggukan hormat pada CEO “Bintang Hospital Group” yang baru saja tiba.Aura Dokter Joshua Valen kini begitu berbeda, mencerminkan transformasi yang telah ia lalui dalam beberapa tahun ini. Sejak ditinggalkan oleh Mia, Valen me

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   153. Damai Bersamamu (Tamat)

    Max dan Mia memulai babak baru dalam kehidupan mereka di Lake District, Inggris, sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang kontras dengan kehidupan kota yang sibuk. Keputusan mereka untuk menetap di kawasan ini adalah bagian dari keinginan mereka untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan baru mereka bersama.Rumah mereka, sebuah cottage yang terletak di tepi danau, dikelilingi oleh hutan hijau dan pegunungan yang menjulang, memberikan latar belakang yang sempurna untuk melanjutkan kehidupan mereka. Setiap pagi, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang memukau dan suara lembut angin yang berdesir di antara pepohonan. Ini adalah tempat di mana Mia dan Max dapat menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan benar-benar fokus pada kebersamaan mereka.Max, sebagai pemain sepak bola profesional, berhasil menjalani karier yang cemerlang di Inggris bersama Lakeside City, klub sepak bola yang kini terdaftar dalam EPL (English Premi

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   152. Bukan Akhir Kisah Cintaku

    Di sebuah rumah sakit, Valen duduk di ruang tunggu keluarga pasien, menantikan Mia yang sedang menjalani operasi darurat dan harus dikuret karena mengalami keguguran. Valen masih mengenakan kemejanya yang bersimbah darah—darah Mia. Asistennya mencoba membujuknya untuk mengganti pakaian. Namun, Valen menggelengkan kepala, menolak tawaran itu. Gelengan itu membuat asistennya mundur, memberikan ruang bagi Valen yang masih terlihat kalut dan terpukul oleh peristiwa tragis yang menimpa Mia.Di depannya, Max yang juga sedang tegang menantikan Mia, ia mengamati semua gerak-gerik Dokter Joshua yang semakin jelas di matanya. “Kamu jatuh cinta pada Mia kan, Dok?”Tanpa ragu, Valen mengangguk. “Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu, di ruang IGD itu. Kupikir saat itu aku hanya merasa iba kepadanya, tapi ternyata tidak… itu bukan hanya rasa iba ataupun sekadar simpati. Aku selalu ingin bersamanya sejak saat itu. Ingin melindunginya, ingin memastikan bahwa dia selalu baik-baik

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   151. Di Ujung Kehidupan

    Gavin menginjak gas mobilnya lebih dalam, melesat keluar dari basement dengan kecepatan yang mencerminkan kepanikan dalam dirinya. Jantungnya berpacu, diliputi oleh ketakutan dan penyesalan yang menghantui setiap pikiran.“Maafkan aku, Valen. Maafkan aku…!” suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang bergolak. Bibirnya gemetar, dan air mata mulai membanjiri pandangannya.Tangis Gavin pecah, mengalir deras seperti sungai yang tak terbendung. Hatinya terasa remuk, diremas oleh kepedihan yang tak tertahankan saat bayangan Valen melintas di benaknya. Bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu sekarang?Pikiran itu mencabik-cabik ketenangannya. Ketakutan menyeruak, menggerogoti setiap sudut batinnya. Bagaimana jika Valen… mati? Atau lebih buruk, bagaimana jika Valen cacat permanen akibat keputusan impulsif yang baru saja ia buat?“Tidak…! Tidak!” Gavin memukul-mukul setir mobil dengan frustrasi.Penyesalannya datang terlambat, menghempaskan Gavin ke dalam jurang keputusasaan.

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   150. Jangan Ambil Dia

    Di dalam basement, area parkir sebuah apartemen, tatapan Gavin tak lepas dari mobil yang terletak beberapa meter di depannya. Mobil itu seolah menjadi simbol dari seseorang yang diam-diam telah menjadi pusat dunianya—Dokter Joshua Valen. Hati Gavin bergejolak dengan perasaan yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, kecuali kepada pemilik mobil itu sendiri.Joshua Valen, sang dokter yang tampan dan baik hati, adalah sosok yang telah membuat Gavin merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapati dari orang lain. Setiap kali berada di dekat Valen, Gavin merasa damai, seolah semua beban hidupnya menghilang dalam sekejap. Kekaguman Gavin terhadap Valen melampaui batas-batas yang wajar, melebihi rasa kagum seorang pasien biasa kepada dokternya. Gavin telah jatuh cinta—perasaan yang ia tahu salah, namun tak bisa ia kendalikan.Gavin masih mengingat dengan jelas hari ketika ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Valen. Detik-detik itu penuh ketegangan baginya, n

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   149. Memperbaiki Keadaan

    “Michella, kamu sekarang bisa mencairkan nilai pokok investasi milik Mia, lakukan segera.” Nathan menyampaikan instruksi itu lewat telepon. Michella terkejut mendengar permintaan Nathan. Padahal sebelumnya, Nathan kerap memberinya ancaman yang mengerikan bila ia sampai memberikan bantuan keuangan pada Mia, apalagi sampai mengembalikan nilai pokok investasi yang sudah sering diminta oleh Mia.Namun, tanpa banyak tanya lagi—khawatir Nathan berubah pikiran, Michella segera mentransfer uang itu pada Mia. Membuat Mia menangis lega saat ia menyampaikan kabar baik itu.“Maaf, aku baru bisa mengembalikan uang investasimu sekarang, Mia.” Michella berkata dengan hati yang diliputi rasa bersalah.“Tidak apa-apa, Michella…, yang penting sekarang bisnismu sudah stabil, kan?” ucap Mia begitu tulus.Michella diam-diam merasa bersalah dalam hatinya karena sebenarnya bisnisnya baik-baik saja selama ini. Tetapi ia tak berkutik dan tunduk pada perintah Nathan karena ancaman-ancamannya terhadap bisnis M

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   148. Mari Bekerja Sama Secara Profesional

    “Bisa-bisanya kamu menciptakan kiamat untuk kariermu sendiri, Max!” Brama mengomel dengan nada yang semakin meninggi saat menemuinya di hotel usai pertandingan malam itu, nadanya penuh dengan kekhawatiran. Dia membayangkan dampak dari tindakan Max yang sembrono ini—reputasi yang hancur, skandal yang meledak, efek domino yang bisa berakibat fatal bagi kariernya. Brama sangat memahami bagaimana dunia olahraga bisa kejam; satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Brama menatap Max sambil geleng-geleng kepala, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan gelisah. Kepalanya yang botak berkilau di bawah cahaya lampu. Sementara itu, Max duduk dengan tenang di hadapannya, menyandarkan punggung ke kursi dengan senyum tipis yang tampak santai. Matanya memancarkan keteguhan yang sulit digoyahkan, seolah semua kata-kata Brama hanya angin lalu.Senyuman Max mencerminkan keyakinan dan ketidakpeduliannya terhadap apa kata dunia atas tindakannya. “Mia sudah bercerai dari Nathan, itu

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   147. The Answer is Always "Yes"

    Jeritan cinta yang begitu menggema dari Max seolah merobek kebisingan di stadion, menimbulkan kekagetan di pikiran begitu banyak orang, khususnya Mia. Dia tak pernah membayangkan bahwa Max akan melakukan sesuatu yang begitu nekat, begitu terbuka, di depan puluhan ribu pasang mata.Mia membeku, tubuhnya kaku seperti patung di tengah lautan manusia yang seakan tidak berhenti bergejolak dengan sorak sorai dan tepukan tangan. Dalam diri Mia, perasaan malu, terkejut, dan kebingungan bergulat satu sama lain, membuat tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak bisa mengimbangi kekacauan yang terjadi di dalam pikirannya. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.Tatapan Mia yang biasanya lembut kini terpaku lurus ke depan, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang kini tertuju padanya. Setiap mata di stadion ini seolah sedang memperhatikannya, menilai, dan mungkin bahkan menghakiminya. Tangannya yang dingin berusaha mencari pegangan, dan tanpa sadar, ia mengge

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   146. I Love You So Much

    Max bersama para pemain lainnya berjalan menuju tepi lapangan, wajahnya berseri-seri dengan senyum hangat menghiasi bibirnya. Tangannya terangkat, melambai ke arah suporter yang memenuhi tribun, seolah ia ingin menyapa setiap orang yang telah memberikan dukungan penuh selama pertandingan. Setiap langkah yang ia ambil terasa penuh dengan kebanggaan, mencerminkan kemenangan yang baru saja mereka raih.Sesampainya di tepi lapangan, Max sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan tulus kepada para suporter. “Terima kasih!” teriaknya kemudian, sambil kembali melambaikan tangannya.Aksinya diikuti oleh rekan-rekan timnas yang lain. Seketika sikap rendah hati para pemain itu memicu gelombang tepuk tangan yang riuh dari tribun. Sorak-sorai membahana, mengapresiasi sikap hormat yang ditunjukkan oleh Max dan para pemain timnas.Langkah Max dan timnya terhenti tepat di depan tribun Selatan. Di sana, lautan suporter dengan kostum hitam—warna khas Ultras Garuda, mendominasi pemandangan. N

DMCA.com Protection Status