Rian mengabaikan reaksi semua orang, mengangkat dagunya ke arah eksekutif yang memberi laporan dan berkata, "Lanjutkan."Eksekutif itu tidak punya pilihan selain melanjutkan. Namun, dia tidak menyebut informasi penting karena takut Wina akan mencurinya.Melihat situasi ini, Wina tidak bisa menyela lagi dan duduk di sebelah Rian.Setelah rapat selesai, Wina mengejar Rian dan bertanya, "Kenapa kamu suruh aku ikut dengar?"Rian menunduk, melihat ke Wina, yang pendek sekepala darinya, lalu menjawab dengan ramah, "Kulihat kamu seperti mendambakannya, jadi aku membiarkanmu mendengar."Wina tertegun sejenak, dia tidak menyangka hal itu terjadi karena alasan ini."Apa ... kamu nggak takut aku memberi informasi penting ke Bu Winata?""Nggak ada yang penting dari data itu, selain itu ...."Rian berhenti sejenak, lalu mendadak tersenyum dan berkata, "Aku percaya padamu."Senyuman Rian sama seperti sebelumnya, bersih, jernih dan cerah.Seolah-olah dia masih Ivan, bukan Rian yang menghancurkan jant
"Pak Rian, sudah waktunya berangkat," ujar Fariz.Rian memandang Wina dengan terpesona. Setelah Fariz terbatuk pelan di samping dan mengingatkan, dia kembali sadar.Rian mengangguk dan membawa Wina keluar.Yeni yang kebetulan sedang berbelanja di mal itu juga melihat mereka keluar dari toko itu.Yeni terkejut saat melihat Wina yang mengenakan pakaian dan riasan yang berbeda dari biasanya.Pertama kali bertemu, dia hanya merasa Wina memiliki paras yang cantik saja.Sekarang, dia merasa Wina terlihat lebih mulia daripada putri kaya raya yang dia kenal.Yeni melihat ke arah toko yang membutuhkan kartu VIP untuk masuk.Dia pun menyadari bahwa pria yang bersama Wina kali ini lebih kaya daripada Emil.'Pakaian itu pasti berharga ratusan miliar. Jefri bahkan nggak rela mengeluarkan begitu banyak uang untukku.'Memikirkan hal itu, Yeni menjadi iri. Dia berpikir mereka sama-sama menjual diri, tetapi mengapa hanya Wina mendapatkan yang lebih bagus.Dengan kesal, Yeni merekam Wina dengan ponselny
Wina langsung tahu apa yang dipikirkan Ferdian.Ferdian secara khusus mengundang Rian untuk hadir ke pesta ini, kemungkinan untuk membantu mendekatkan Rian dengan adik perempuannya.Namun, tidak disangka Rian akan membawa teman wanita, jadi tidak heran jika Ferdian sedikit tidak suka dengan Wina.Bagaimanapun juga, Ferdian dari keluarga berpendidikan, jadi pasti tidak akan mempermalukan Wina. Melihat sikapnya begitu, Wina pun memberinya respons.Wina menjabat tangan Ferdian, tersenyum sambil membalas menyapa, "Halo."Setelah bersalaman, Ferdian langsung menoleh ke Rian dan berkata, "Kita sudah lama nggak ketemu. Ayo kita minum sambil ngobrol-ngobrol."Rian sedikit mengkhawatirkan Wina dan berkata padanya, "Ikutlah denganku."Wina melirik Ferdian, yang matanya penuh ketidaksenangan dan menolak karena tahu diri, "Aku sedikit lapar, aku makan dulu."Sebelum Rian sempat mengatakan apa pun, Ferdian menghentikan seorang pelayan dan berkata, "Antar Nona Wina ke ruang makan. Layani dengan baik
Jefri tidak langsung menanyakan hubungan Rian dan Wina karena Wina adalah wanita yang pernah bersama Jihan.Namun, Jefri tidak ingin melepaskan Rian yang tidak menepati janjinya, jadi dia tidak punya pilihan selain memanfaatkan Nona Lisa.Rian tidak marah ketika Jefri menyerangnya, tetapi ada rasa dingin di matanya dan berkata, "Pernikahan itu adalah keputusan yang dibuat ayahku secara pribadi tanpa izinku. Aku nggak pernah berpikir untuk menikahi adik perempuanmu. Tolong jangan menganggapnya serius."Perkataan itu membuat wajah Jefri seketika menjadi masam. "Apa kamu bermaksud untuk memutuskan pertunangan itu?" tanyanya.Rian tersenyum ringan dan balik bertanya, "Aku belum pernah bertunangan, jadi bagaimana aku bisa memutuskan pertunangan?"Maksud Rian adalah pernikahan itu hanya sekadar dibicarakan dan belum dilaksanakan.Selain itu, tanpa persetujuan kedua pihak yang terlibat, bagaimana mereka bisa menikah secara langsung?Di hadapan banyak orang, perkataan Rian memang sudah memperm
Lisa bertanya dengan marah, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Wina bisa menebak gadis yang baru masuk ini adalah adik Ferdian, jadi Wina tidak terkejut dengan sikap arogannya.Wina menjawab dengan tenang, "Ini kamar mandi, tentu saja menggunakan kamar mandi."Nada suara Wina terdengar ketus. Dia tidak ingin lagi menoleransi orang yang tidak menghormatinya.Jika tidak, pasti akan menjadi seperti Yuna, yang bahkan sudah ditoleransi pun tidak akan merasa bersalah. Sebaliknya, hanya akan menjadi keterlaluan.Lisa semakin tidak senang setelah dijawab dengan ketus begitu."Hmph, aku tahu kamu sengaja bersembunyi agar Kak Rian mengkhawatirkanmu.""Kuberi tahu, jangan berpikir bahwa dengan menjadi teman wanita Kak Rian sekali saja, kamu bisa mendapatkannya!""Kak Rian hanya boleh jadi milikku!"Peringatan Lisa membuat Wina sedikit mengernyit.'Aku sembunyi di sini menghindari Jihan, apa hubungannya dengan Rian?'Bukankah wanita muda dari Keluarga Vestin ini pandai memikirkan segala sesuatunya?
Setelah Jihan selesai menyeka tangannya, dia melihat ke arah Wina, yang ekspresinya terlihat masam, lalu berkata, "Bukannya aku sudah memperingatkanmu untuk menjauhi Rian?"Saat melihat Jihan muncul di kediaman Keluarga Vestin, Wina mengira Jihan datang menghadiri pesta makan malam. Namun tidak disangka ternyata Jihan datang untuk mencari masalah dengannya.'Dia sungguh punya mata di mana-mana. Dia langsung sudah tahu apa yang aku dan Rian lakukan hari ini.'Lagi pula, ini bukan salahku. Kalau bukan karena Winata, aku pasti sudah di rumah menunggu kematianku. Nggak akan menemani Rian ke tempat seperti ini.'Wina memang tidak berniat menyembunyikannya, jadi langsung berterus terang, "Aku berencana menjauhinya, tapi Winata-mu yang memintaku untuk menjamunya. Kalau aku nggak setuju, aku harus membayar uang kompensasi. Jadi aku hanya bisa menentang perintahmu dan menjamunya."Maksudnya Wina adalah jika Jihan ingin menyalahkan orang, salahkan Winata, jangan salahkan dia.Jihan tersenyum sin
Sebelum keluar, Jihan berbalik dan menatap Wina dengan dingin."Meskipun Rian memutuskan pernikahan itu, bukan berarti Keluarga Gerad akan setuju. Cepat atau lambat, dia tetap akan menjadi menantu Keluarga Lionel. Kamu jangan berpikir dengan menghasutnya dia akan melawan keluarganya hanya demi kamu."Setelah mengatakan itu, Jihan berbalik dan berjalan ke toilet pria di seberang.Melihat sosok arogan itu menjauh, Wina menghela napas lega.Setiap kali menghadapi Jihan, Wina merasa sangat gugup.Tidak tahu apa karena takut padanya atau takut tidak bisa mengendalikan perasaannya dan menyatakan yang sebenarnya.Untungnya, Wina tadi bereaksi dengan cepat dan mengatakan bahwa dirinya tidak pernah ada perasaan dengannya.Jika Jihan mengetahui perasaannya, tidak tahu bagaimana Jihan akan mentertawakannya dan salah paham dengannya.Setelah menyingkirkan pikirannya yang kacau, Wina berbalik dan berjalan ke wastafel, pura-pura mencuci tangannya, lalu berjalan keluar.Saat mencari Wina, Rian digang
Wina masih terkejut karena Rian membelanya. Kemudian, mendengar Lisa memfitnahnya.Wina sebelumnya tidak ingin memperpanjang masalah ini, tetapi Lisa memfitnahnya dan hal ini membuatnya marah.Saat Wina hendak bertanya pada Lisa, dia sudah memarahinya apa, tiba-tiba terdengar suara dingin datang dari belakangnya."Jadi, selama Nona Lisa berkuliah, yang dipelajari adalah membalikkan fakta, ya?"Pria di belakang Wina, yang mengenakan jas hitam, auranya tampak sedikit menyilaukan di bawah cahaya lampu.Ketika mendengar suara itu, Wina tahu siapa pria itu. Wina bersyukur pria itu membelanya, tetapi Wina tidak berani menoleh ke belakang.Mata Jihan menatap tangan Rian yang memegang tangan Wina, ekspresinya menjadi sedikit muram.Dia menuruni tangga, perlahan berjalan sampai di depan Lisa."Aku kebetulan lewat ketika Nona Lisa sedang mempermalukan orang lain."Jihan langsung mengungkapkan perbuatan Lisa di depan banyak orang, yang membuat wajah Lisa menjadi masam.Lisa masih ingin berdalih,