Dia tanpa sadar menggigil lalu menoleh ke belakang dan melihat seorang pria setinggi 190 cm berdiri tepat di ambang pintu yang menatapnya dengan kepala agak condong.Penampilan pria itu sangat dingin. Meski tampan dan anggun, dia memiliki aura yang tidak bisa didekati.Begitu Reo melihat Bos besar rumah sakit itu menatap dirinya dengan defensif dan seolah ingin membunuhnya membuat dirinya gemetar.Dia ingat kalau dia tidak pernah menyinggung Pak Jihan, tapi kenapa dia menatapnya seperti ini?Menakutkan sekali ....Reo tidak tahu alasannya tapi Wina tahu. Dia melirik Jihan dengan geli."Tunggu sebentar, akan kuambil dokumen milikku."Begitu dia naik ke atas, di ruang tamu tersisa hanya Sara, lilia, Gisel dan Reo.Bagi mereka bertiga, Sara, Lilia dan Gisel sudah terbiasa dengan aura yang dingin yang ditimbulkan Jihan.Hanya Reo yang dengan gelisah duduk di sofa dan tidak tersenyum maupun berbicara.Pria seperti patung es yang berdiri tepat di ambang pintu itu terus menatapnya.Kalau Nona
Pria itu menutup brankas dan berbalik memunggungi Wina untuk mengganti nomor kombinasinya.Wina sampai tidak bisa berkata-kata melihatnya.Pria ini, yang memberinya aset pribadi, properti Keluarga Lionel semuanya, tapi hanya mempertahankan buku nikah.Dia merasa lucu dan tidak berdaya. "Jihan, begitu aku menikah denganmu, aku nggak akan menceraikanmu."Janji Wina merupakan kepastian tapi Jihan meyakini bahwa selain memercayai janjinya, menyimpan buku nikah lebih dapat diandalkan.Setelah mengganti kombinasi angka, dia melambaikan tangannya dan meminta penjaga untuk segera memindah brankas itu sebelum dia menyingkir lalu memeluk pinggang Wina."Nyonya Wina, bagaimana kamu menghabiskan malam pengantinmu?"Suara pria itu jernih dan dingin, tapi saat dia mengucapkan malam pengantin nada suaranya dipenuhi dengan pesona yang memikat.Wina tidak mengatakan apa-apa dan tersenyum. Luka Jihan saja belum sembuh tapi masih ingin menghabiskan malam pengantin. Pintunya saja belum ada.Melihat Wina y
Jihan berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu, lalu detik berikutnya ...Dia menarik kembali tatapan matanya dan menundukkan kepalanya untuk menyentuh bibir menggoda istrinya. Dia mengabaikan suara itu dan terus menciumnya.Wina mengira Jihan akan membuka pintu itu, tapi yang mengejutkan adalah dia bahkan tidak memedulikan orang yang berada di luar sana.Dia hanya bisa menggunakan tangan yang berada di depan dadanya untuk sementara mendorong Jihan menjauh saat pria itu menciumnya dengan penuh gairah."Buka dulu pintunya!""Lakukan ini dulu."Siapa pun yang datang, dia tidak akan menghentikannya.Pria itu memegangnya dengan satu tangan dan mengangkatnya.Setelah melewati beberapa kesulitan, Wina akhirnya ditekan di atas sofa yang empuk.Pandangan Wina masih belum fokus saat Jihan meraih tangannya dan meletakkannya pada sabuk logan di pinggangnya."Bantu aku membukanya."Wina yang berbaring di bawahnya menggeleng. "Punggungmu masih terluka, jangan lakukan olah
Valeria mendesah tanpa daya saat melihat pria itu masih tetap berdiri seperti patung dan bahkan tidak berbalik menatapnya."Kakak, datang saja lagi besok."Jihan sedang bersama dengan istrinya yang cantik dan manis. Sedangkan kakaknya adalah pria tua bertubuh besar yang berdiri di depan atap orang lain. Kakaknya menatap pintu itu dengan sorot rindu, orang yang tidak tahu akan mengira kalau Vian menyukai Tuan Malam diam-diam.Namun, tidak perlu membicarakan hal ini. Makin dia melihatnya, makin terlihat seperti itu ...Tuan Muda Vian tumbuh dan berlatih bersama dengan Tuan Malam, tapi karena mereka sejenis, dia menyembunyikan cinta rahasia ini di hatinya selamanya.Dia sampai di Kantor catatan sipil untuk melihat Tuan Malam dan wanita lain mendapatkan buku nikah. Tuan Muda Vian ini benar-benar sudah gila, dia membuntuti limusin Tuan Malam sampai depan rumahnya.Tuan Muda Vian yang cintanya tak kesampaian itu membunyikan bel dengan panik untuk mendapatkan kembali Tuan Malam. Namun, Tuan M
Jihan menahan rasa kesal dan membuka pintu sedangkan Vian menahan amarahnya dan masuk ke dalam rumah.Agar kedua orang itu tidak terlibat dalam pertikaian, Wina berdiri dari ranjang dan mengenakan pakaian lalu turun ke bawah.Garis leher bajunya dirobek oleh Jihan sehingga memperlihatkan banyak sekali bekas ciuman di tulang selangkanya.Pria yang baru saja masuk itu sekilas melihat Wina turun dari tangga....Pandangannya tertuju pada lehernya yang penuh dengan bekas ciuman. Ekspresinya kaku.Mereka ... mungkinkah mereka baru saja ....Vian yang baru saja tersadar akhirnya mengerti dengan ucapan Valeria yang menyuruhnya untuk kembali besok saja.Namun, dia tidak heran. Dirinya hanya tahu berlatih sejak kecil dan tidak pernah menyentuh perempuan. Bagaimana mungkin dia mengetahui hal ini?Vian menatap Wina dengan pandangan kosong lalu mendengar suara seorang pria di sebelahnya yang sedang memuat sebuah peluru.Vian kembali tersadar. Dia kaget dan melirik Jihan.Dia hanya melihat wanitanya
Valeria yang menyaksikan pemandangan ini merasa bahwa dia tidak mungkin bisa sepatuh itu.Dia melirik Vian lagi dan melihat kakaknya masih menatap Wina. Dia menggertakkan giginya dan bertanya, "Apa kamu menyukainya seperti ini?"Vian otomatis mengangguk dan setelah itu dia ingin bertanya pada Valeria apa yang dia sukai, tapi dia malah mendapatkan tatapan tanpa ekspresi dari Valeria.Juga ....Pukulan lain di belakang lehernya!Vian sampai tidak bisa berkata-kata.Dia berakhir dengan linglung sambil mengikuti Jihan masuk ke ruang kerjanya.Begitu pintu ditutup, Wina dan Valeria saling memandang.Suasana sangat kaku dan canggung ...."Nona Wina, apa kamu punya kopi?"Setelah mereka saling diam selama beberapa saat, Valeria memutuskan untuk memulai pembicaraan."Punya," jawab Wina sambil berbalik ke dapur untuk mencari kopi.Wina yang belum terbiasa dengan rumah ini tidak bisa menemukan kopi setelah mencarinya begitu lama dan suasananya kembali canggung.Dia menguatkan punggungnya yang te
Wina menggeleng dengan tegas. "Aku nggak akan pergi."Dia sudah mendapatkan buku nikah, dia adalah wanita yang sudah menikah. Pesta lajang apa yang ingin dia lakukan?Namun, Valeria tidak membiarkannya menolak. "Beres! Aku akan menjemputmu besok."Wina tanpa daya menatapnya seraya berkata, "Nona Valeria, meski kamu menjemputku aku nggak akan pergi."Wanita yang memakai pakaian tradisional itu tidak menjawab dan hanya tersenyum. Lalu membungkus tubuhnya dengan bulu rubah dan pergi.Punggung ramping itu terlihat gagah dan menyimpan hal-hal baik di dunia, tapi tidak sebanding dengan sifat spontan alami yang dimiliki Valeria.Wina menatap punggungnya yang menjauh dan bernapas lega. Untungnya, orang yang disukai Valeria bukanlah Jihan, kalau tidak dia akan menjadi kompetitor terbesarnya.Dia menyesap minumannya dan menatap ruang kerja. Di dalam terlihat sepi dan dua tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.Di dalam ruang kerja yang dipenuhi dengan alat kedap suara, Jihan duduk dengan ma
Vian mendengar dari ayah angkatnya kalau dia pernah menyebutkan cinta pertamanya saat masih muda, wanita itu juga menjadi sosok yang tak pernah dilupakan ayahnya, tapi dia tidak pernah melihat seperti apa wanita itu. Dia juga tahu kalau ayah angkatnya tidak pernah menikahi wanita ini.Alur pemikirannya dialihkan oleh Jihan, mereka sedang membicarakan organisasi. Apa itu niat awal didirikannya Organisasi Shallon sama sekali tidak penting. Dia hanya harus mengikuti tugasnya saat ini.Vian membuang pikirannya dan berjanji sungguh-sungguh terhadap Jihan. "Aku akan pergi bersamamu, baik hidup atau mati."Ini adalah pertama kalinya Vian menyatakan kesetiaannya pada Jihan. Vian mengira kalau kesetiaannya akan membuat Jihan terharu tapi dia malah mendengus jijik dan meliriknya. "Keberadaanmu hanya akan menahanku."Vian sangat marah sampai mengepalkan tangannya. "Jihan! Jangan sombong! Berapa kali aku membantumu menghadapi akibat dari perbuatanmu? Kalau nggak, apa kamu dapat menyelesaikan tugas