Jihan berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu, lalu detik berikutnya ...Dia menarik kembali tatapan matanya dan menundukkan kepalanya untuk menyentuh bibir menggoda istrinya. Dia mengabaikan suara itu dan terus menciumnya.Wina mengira Jihan akan membuka pintu itu, tapi yang mengejutkan adalah dia bahkan tidak memedulikan orang yang berada di luar sana.Dia hanya bisa menggunakan tangan yang berada di depan dadanya untuk sementara mendorong Jihan menjauh saat pria itu menciumnya dengan penuh gairah."Buka dulu pintunya!""Lakukan ini dulu."Siapa pun yang datang, dia tidak akan menghentikannya.Pria itu memegangnya dengan satu tangan dan mengangkatnya.Setelah melewati beberapa kesulitan, Wina akhirnya ditekan di atas sofa yang empuk.Pandangan Wina masih belum fokus saat Jihan meraih tangannya dan meletakkannya pada sabuk logan di pinggangnya."Bantu aku membukanya."Wina yang berbaring di bawahnya menggeleng. "Punggungmu masih terluka, jangan lakukan olah
Valeria mendesah tanpa daya saat melihat pria itu masih tetap berdiri seperti patung dan bahkan tidak berbalik menatapnya."Kakak, datang saja lagi besok."Jihan sedang bersama dengan istrinya yang cantik dan manis. Sedangkan kakaknya adalah pria tua bertubuh besar yang berdiri di depan atap orang lain. Kakaknya menatap pintu itu dengan sorot rindu, orang yang tidak tahu akan mengira kalau Vian menyukai Tuan Malam diam-diam.Namun, tidak perlu membicarakan hal ini. Makin dia melihatnya, makin terlihat seperti itu ...Tuan Muda Vian tumbuh dan berlatih bersama dengan Tuan Malam, tapi karena mereka sejenis, dia menyembunyikan cinta rahasia ini di hatinya selamanya.Dia sampai di Kantor catatan sipil untuk melihat Tuan Malam dan wanita lain mendapatkan buku nikah. Tuan Muda Vian ini benar-benar sudah gila, dia membuntuti limusin Tuan Malam sampai depan rumahnya.Tuan Muda Vian yang cintanya tak kesampaian itu membunyikan bel dengan panik untuk mendapatkan kembali Tuan Malam. Namun, Tuan M
Jihan menahan rasa kesal dan membuka pintu sedangkan Vian menahan amarahnya dan masuk ke dalam rumah.Agar kedua orang itu tidak terlibat dalam pertikaian, Wina berdiri dari ranjang dan mengenakan pakaian lalu turun ke bawah.Garis leher bajunya dirobek oleh Jihan sehingga memperlihatkan banyak sekali bekas ciuman di tulang selangkanya.Pria yang baru saja masuk itu sekilas melihat Wina turun dari tangga....Pandangannya tertuju pada lehernya yang penuh dengan bekas ciuman. Ekspresinya kaku.Mereka ... mungkinkah mereka baru saja ....Vian yang baru saja tersadar akhirnya mengerti dengan ucapan Valeria yang menyuruhnya untuk kembali besok saja.Namun, dia tidak heran. Dirinya hanya tahu berlatih sejak kecil dan tidak pernah menyentuh perempuan. Bagaimana mungkin dia mengetahui hal ini?Vian menatap Wina dengan pandangan kosong lalu mendengar suara seorang pria di sebelahnya yang sedang memuat sebuah peluru.Vian kembali tersadar. Dia kaget dan melirik Jihan.Dia hanya melihat wanitanya
Valeria yang menyaksikan pemandangan ini merasa bahwa dia tidak mungkin bisa sepatuh itu.Dia melirik Vian lagi dan melihat kakaknya masih menatap Wina. Dia menggertakkan giginya dan bertanya, "Apa kamu menyukainya seperti ini?"Vian otomatis mengangguk dan setelah itu dia ingin bertanya pada Valeria apa yang dia sukai, tapi dia malah mendapatkan tatapan tanpa ekspresi dari Valeria.Juga ....Pukulan lain di belakang lehernya!Vian sampai tidak bisa berkata-kata.Dia berakhir dengan linglung sambil mengikuti Jihan masuk ke ruang kerjanya.Begitu pintu ditutup, Wina dan Valeria saling memandang.Suasana sangat kaku dan canggung ...."Nona Wina, apa kamu punya kopi?"Setelah mereka saling diam selama beberapa saat, Valeria memutuskan untuk memulai pembicaraan."Punya," jawab Wina sambil berbalik ke dapur untuk mencari kopi.Wina yang belum terbiasa dengan rumah ini tidak bisa menemukan kopi setelah mencarinya begitu lama dan suasananya kembali canggung.Dia menguatkan punggungnya yang te
Wina menggeleng dengan tegas. "Aku nggak akan pergi."Dia sudah mendapatkan buku nikah, dia adalah wanita yang sudah menikah. Pesta lajang apa yang ingin dia lakukan?Namun, Valeria tidak membiarkannya menolak. "Beres! Aku akan menjemputmu besok."Wina tanpa daya menatapnya seraya berkata, "Nona Valeria, meski kamu menjemputku aku nggak akan pergi."Wanita yang memakai pakaian tradisional itu tidak menjawab dan hanya tersenyum. Lalu membungkus tubuhnya dengan bulu rubah dan pergi.Punggung ramping itu terlihat gagah dan menyimpan hal-hal baik di dunia, tapi tidak sebanding dengan sifat spontan alami yang dimiliki Valeria.Wina menatap punggungnya yang menjauh dan bernapas lega. Untungnya, orang yang disukai Valeria bukanlah Jihan, kalau tidak dia akan menjadi kompetitor terbesarnya.Dia menyesap minumannya dan menatap ruang kerja. Di dalam terlihat sepi dan dua tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.Di dalam ruang kerja yang dipenuhi dengan alat kedap suara, Jihan duduk dengan ma
Vian mendengar dari ayah angkatnya kalau dia pernah menyebutkan cinta pertamanya saat masih muda, wanita itu juga menjadi sosok yang tak pernah dilupakan ayahnya, tapi dia tidak pernah melihat seperti apa wanita itu. Dia juga tahu kalau ayah angkatnya tidak pernah menikahi wanita ini.Alur pemikirannya dialihkan oleh Jihan, mereka sedang membicarakan organisasi. Apa itu niat awal didirikannya Organisasi Shallon sama sekali tidak penting. Dia hanya harus mengikuti tugasnya saat ini.Vian membuang pikirannya dan berjanji sungguh-sungguh terhadap Jihan. "Aku akan pergi bersamamu, baik hidup atau mati."Ini adalah pertama kalinya Vian menyatakan kesetiaannya pada Jihan. Vian mengira kalau kesetiaannya akan membuat Jihan terharu tapi dia malah mendengus jijik dan meliriknya. "Keberadaanmu hanya akan menahanku."Vian sangat marah sampai mengepalkan tangannya. "Jihan! Jangan sombong! Berapa kali aku membantumu menghadapi akibat dari perbuatanmu? Kalau nggak, apa kamu dapat menyelesaikan tugas
ihan yang belum pernah merasakan cintanya sebelumnya, seringkali bisa merasakan cinta begitu bersama Wina.Dia merasa bahwa Wina lebih mencintainya, tapi setelah mendengar kata-kata yang istrinya ucapkan, dia tiba-tiba merasa bahwa sebenarnya cinta mereka setara.Jihan meraih tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya."Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu."Saat dia mengatakan ini, sorot matanya yang dingin penuh dengan niat membunuh.Vian benar, dia sudah terlibat sejauh ini dan tidak bisa sendirian lagi.Entah itu Organisasi Shallon atau Medan Hitam, jangan harap bisa menyentuh wanitanya.Siapa pun yang berani bergerak dia akan membunuhnya.Karena dia menganggap bahwa tidak ada di dunia ini yang lebih penting dari pada Wina.Wina adalah hidupnya, cahaya yang dia kejar sepanjang hidupnya dan orang yang dia rindukan sepanjang hidupnya.Dia tidak akan pernah mengecewakan orang yang telah bunuh diri selama tiga tahun sebelum kembali ....Wina dan Jihan tidak tidur di kamar
Jari-jari Valeria yang terjepit di cerutunya, menjentikkan abunya."Nona Wina, orang seperti apa yang membawa suaminya ke pesta lajang?"Valeria diharapkan untuk menolaknya, tapi kenapa?Ketika Valeria mengundangnya ke pesta, bukankah dia memintanya untuk mengajari cara mengejar Vian?Jadi, kalau dia membawa Jihan bersamanya, agar dia tidak menundanya untuk mengajari Valeria mengejar Vian.Dia merasa kalau Valeria. mungkin ingin menggunakan pesta itu untuk membawa dirinya pergi. Mengenai apa tujuannya, dia takut hal itu ada hubungannya dengan pembicaraan Vian dengan Jihan.Setelah Wina memikirkannya dengan hati-hati, dia geram memandang Valeria."Nona Valeria, Jihan dan saku telah saling menyukai selama bertahun-tahun. Sangat sulit bagi kami sampai di tahap ini, jadi aku nggak ingin ada kecelakaan yang terjadi sebelum pernikahan.""Aku hanya ingin memakai gaun pengantin pemberiannya padaku besok pagi dan menikah dengannya dalam kondisi terbaikku, kuharap kamu bisa memahami kami."Ketik