Jari-jari Valeria yang terjepit di cerutunya, menjentikkan abunya."Nona Wina, orang seperti apa yang membawa suaminya ke pesta lajang?"Valeria diharapkan untuk menolaknya, tapi kenapa?Ketika Valeria mengundangnya ke pesta, bukankah dia memintanya untuk mengajari cara mengejar Vian?Jadi, kalau dia membawa Jihan bersamanya, agar dia tidak menundanya untuk mengajari Valeria mengejar Vian.Dia merasa kalau Valeria. mungkin ingin menggunakan pesta itu untuk membawa dirinya pergi. Mengenai apa tujuannya, dia takut hal itu ada hubungannya dengan pembicaraan Vian dengan Jihan.Setelah Wina memikirkannya dengan hati-hati, dia geram memandang Valeria."Nona Valeria, Jihan dan saku telah saling menyukai selama bertahun-tahun. Sangat sulit bagi kami sampai di tahap ini, jadi aku nggak ingin ada kecelakaan yang terjadi sebelum pernikahan.""Aku hanya ingin memakai gaun pengantin pemberiannya padaku besok pagi dan menikah dengannya dalam kondisi terbaikku, kuharap kamu bisa memahami kami."Ketik
Wina paham maksud ucapan Valeria, jadi dia bertanya, "Apa kalau gitu aku boleh kembali dulu buat ganti baju?"Valeria langsung bisa membaca niat Wina. "Nona Wina, pertimbangkan kondisi temanmu."Maksud tersirat Valeria adalah percuma saja Wina berusaha mencari alasan supaya bisa memberi tahu atau memanggil pengawal di saat temannya ditangkap.Wina berpikir sejenak, lalu menurunkan tangannya yang semula memegang pintu mobil dan meletakkannya di belakang punggung. Setelah itu, Wina menunjuk ke arah pengawal.Setelah memberikan gestur tangan dengan tenang, Wina membuka pintu mobil dan masuk.Valeria pun memadamkan puntung rokoknya dan menyalakan mobil ....Dia menginjak pedal gas dan melirik ke kaca spion. Sesuai dugaannya, ada sekelompok pengawal yang mengikutinya.Valeria pun memalingkan pandangannya, lalu menginjak pedal gas dalam-dalam dan segera melesat meninggalkan para pengawal itu.Sebagai kapten salah satu tim Organisasi Shallon, bukan hal yang sulit bagi Valeria untuk melepaskan
Karena Valeria menolak mengalah, Wina memutuskan untuk menyerang sisi emosionalnya."Nona Valeria, kamu tahu bahwa Jihan hanya peduli padaku.""Percuma saja menyekap teman-temanku. Kenapa harus melibatkan mereka yang nggak tahu apa-apa?"Valeria menatap Wina selama beberapa saat, lalu mengibaskan tangannya. "Sudahlah, toh kamu juga sudah ada di sini."Valeria pun menyuruh orang untuk menelepon. Setelah selesai, orang itu mengangguk kepada Valeria dan Valeria menjelaskan kepada Wina."Teman-temanmu nggak tahu kalau mereka diculik. Aku cuma menyuruh bawahanku untuk mencari ribut dengan mereka. Nanti setelah kamu pulang, kamu juga nggak perlu mengungkit-ungkit soal ini."Jadi, Sara yang keluar pagi-pagi sekali dan Lilia serta Reo yang juga tidak datang ke vila bukan karena diculik, tetapi karena diadang oleh bawahan-bawahan Valeria.Namun, dari ucapan Valeria, Wina mengambil kesimpulan bahwa jika dia tidak datang, bawahan-bawahan Valeria itu pasti akan melakukan sesuatu kepada Sara dan Li
Langkah Wina sontak berhenti.Dia ingin berbalik dan menyahut ucapan pria itu, tetapi dia takut membuang-buang waktu. Pada akhirnya, Wina mengabaikan pria itu dan segera membuka pintu kamar mandi wanita.Setelah masuk, Wina langsung memperhatikan sekeliling. Ada sebuah jendela kecil di sebelahnya.Di luar sana adalah jalanan, jadi selama Wina bisa keluar dari sini, dia bisa menuju jalan tersebut dan kemungkinan kaburnya makin besar.Wina tidak mau repot-repot memikirkan cara kabur setelah itu, yang terpenting dia bisa mencapai jalan raya dulu. Wina pun menyingsingkan lengan bajunya dan memanjat ambang jendela yang tinggi.Sementara itu, pria itu duduk di jalan dengan salah satu kaki ditumpukan ke atas kakinya yang lain. Dia merokok sambil mengawasi Wina keluar dari jendela.Aneh!Jika Wina memang mau keluar, dia 'kan bisa saja berjalan melewati klub dan keluar dari pintu masuk utama? Atau Wina 'kan bisa menyeberang pantai saja? Kenapa harus memanjat melalui jendela?"Halo!"Dia menyapa
Wina yang tiga kali tertangkap basah hendak kabur pun sesekali menoleh melirik Valeria yang berjalan mengikutinya dengan santai.Valeria sedang mendiskusikan sesuatu di telepon. Akungnya, Wina tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas karena posisinya yang cukup jauh. Dia hanya bisa mendengar Valeria menyebut nama Jihan sesekali.Wina tidak tahu apa Jihan setuju atau tidak, dia juga tidak tahu bagaimana kondisi Jihan sekarang.Dia menatap laut dengan ombak yang bergulung-gulung itu selama beberapa detik, lalu langsung melompat ke dalamnya ....Wina sudah bilang tidak akan membebani Jihan seandainya ada yang menggunakannya untuk mengancam Jihan.Valeria yang awalnya sedang berusaha membujuk Jovan untuk berhenti mengancam Jihan pun sontak memucat ketakutan."Wina!"Valeria berseru dengan panik dan melemparkan ponselnya, lalu bergegas menuju laut untuk menyelamatkan Wina. Akan tetapi, seseorang berlari kencang melewatinya ....Jordan langsung melompat ke dalam laut dan berenang menghampi
Wina berpikir sejenak, lalu bertanya, "Karena nama keluargamu Dinsa, apa kamu kenal dengan ...."Vera?"Biar kuantar kamu kembali," sela Jordan.Wina sontak berhenti berbicara dan menatap Jordan sambil cemberut. "Ngapain juga aku kembali kalau akhirnya bisa kabur?"Jordan terdiam dan balas meliriknya. "Maksudku, ayo kuantar pulang ...."Wina pun balas mengangguk dan bangkit berdiri. Dia harus segera pulang dan memberi tahu Jihan ....Bahwa dia berhasil kabur dan baik-baik saja. Bahwa Jihan tidak perlu takut diancam karena Wina tidak membebaninya.Wina berjalan mengikuti Jordan menuju jalan raya, tetapi dia melihat ambulans yang melesat menuju klub pantai.Wina pun berhenti berjalan dan menatap pantai di kejauhan. Tidak ada satu wajah pun yang terlihat jelas, tetapi dia bisa melihat berbagai macam perahu diterjunkan ke laut.Wina menunduk dan berpikir sejenak. Rasanya tidak mungkin Valeria menyuruh begitu banyak orang untuk mencari dan menyelamatkannya. Jangan-jangan Jihan ada di sini?
Kehangatan tubuh Wina yang terasa dalam pelukan Jihan membuat hatinya yang semula mati rasa karena rasa takut perlahan-lahan kembali tenang.Dia melepaskan Wina dan hatinya kembali terasa sakit saat melihat Wina menggigil kedinginan karena tubuhnya basah kuyup."Akulah yang seharusnya minta maaf. Kamu nggak akan mengalami semua ini kalau bukan gara-gara aku.""Kamu ini bicara apa sih! Kita ini suami istri, suka duka harus kita tanggung berdua."Setelah itu, Wina pun menunduk menatap tangannya. Begitu melihat tangannya berlumuran darah, wajah Wina sontak menjadi pucat."Luka di punggungmu terbuka! Sana cepat masuk ke ambulans ...."Awalnya Wina mengira punggung Jihan basah karena habis menyelam, ternyata malah berlumuran darah. Luka di punggungnya pasti terbuka!Wina pun menarik tangan Jihan sambil berjalan menuju ambulans, tetapi Jihan menariknya kembali."Wina, luka ini bukan apa-apa."Setelah itu, dia melirik ke arah Valeria yang berdiri tidak jauh dari sana."Kurung dia dan beri tah
Wina mengangguk mengerti. "Ya, oke, aku nurut saja. Nah, sekarang ayo kamu naik helikopter atau masuk ke ambulans ...."Jihan tidak mungkin sanggup bertahan jika pendarahannya tidak dihentikan. Karena Wina mengkhawatirkannya, Jihan pun luluh dan mengajaknya ke helikopter.Malam itu, Wina menemani Jihan sambil menunggu dokter selesai menghentikan pendarahan pada punggung Jihan dan menjahit lukanya. Setelah selesai, barulah Wina bisa menghela napas dengan lega.Langit sudah mulai terang, jadi Wina merasa pernikahan mereka tidak akan sempat dilangsungkan hari ini. "Gimana kalau kita tunda acaranya jadi besok?" saran Wina.Jihan yang sedang mengelap rambutnya dengan handuk pun langsung menjawab dengan tegas, "Nggak, pokoknya kita harus menikah hari ini!"Wina sudah merasa hangat lagi karena habis berendam air hangat di dalam bak mandi. Dia menoleh menatap Jihan. "Tapi, lukamu ....""Mau seberapa parah pun lukaku, tetap saja pernikahan kita lebih penting," jawab Jihan dengan cuek.Wina hend