Langkah Wina sontak berhenti.Dia ingin berbalik dan menyahut ucapan pria itu, tetapi dia takut membuang-buang waktu. Pada akhirnya, Wina mengabaikan pria itu dan segera membuka pintu kamar mandi wanita.Setelah masuk, Wina langsung memperhatikan sekeliling. Ada sebuah jendela kecil di sebelahnya.Di luar sana adalah jalanan, jadi selama Wina bisa keluar dari sini, dia bisa menuju jalan tersebut dan kemungkinan kaburnya makin besar.Wina tidak mau repot-repot memikirkan cara kabur setelah itu, yang terpenting dia bisa mencapai jalan raya dulu. Wina pun menyingsingkan lengan bajunya dan memanjat ambang jendela yang tinggi.Sementara itu, pria itu duduk di jalan dengan salah satu kaki ditumpukan ke atas kakinya yang lain. Dia merokok sambil mengawasi Wina keluar dari jendela.Aneh!Jika Wina memang mau keluar, dia 'kan bisa saja berjalan melewati klub dan keluar dari pintu masuk utama? Atau Wina 'kan bisa menyeberang pantai saja? Kenapa harus memanjat melalui jendela?"Halo!"Dia menyapa
Wina yang tiga kali tertangkap basah hendak kabur pun sesekali menoleh melirik Valeria yang berjalan mengikutinya dengan santai.Valeria sedang mendiskusikan sesuatu di telepon. Akungnya, Wina tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas karena posisinya yang cukup jauh. Dia hanya bisa mendengar Valeria menyebut nama Jihan sesekali.Wina tidak tahu apa Jihan setuju atau tidak, dia juga tidak tahu bagaimana kondisi Jihan sekarang.Dia menatap laut dengan ombak yang bergulung-gulung itu selama beberapa detik, lalu langsung melompat ke dalamnya ....Wina sudah bilang tidak akan membebani Jihan seandainya ada yang menggunakannya untuk mengancam Jihan.Valeria yang awalnya sedang berusaha membujuk Jovan untuk berhenti mengancam Jihan pun sontak memucat ketakutan."Wina!"Valeria berseru dengan panik dan melemparkan ponselnya, lalu bergegas menuju laut untuk menyelamatkan Wina. Akan tetapi, seseorang berlari kencang melewatinya ....Jordan langsung melompat ke dalam laut dan berenang menghampi
Wina berpikir sejenak, lalu bertanya, "Karena nama keluargamu Dinsa, apa kamu kenal dengan ...."Vera?"Biar kuantar kamu kembali," sela Jordan.Wina sontak berhenti berbicara dan menatap Jordan sambil cemberut. "Ngapain juga aku kembali kalau akhirnya bisa kabur?"Jordan terdiam dan balas meliriknya. "Maksudku, ayo kuantar pulang ...."Wina pun balas mengangguk dan bangkit berdiri. Dia harus segera pulang dan memberi tahu Jihan ....Bahwa dia berhasil kabur dan baik-baik saja. Bahwa Jihan tidak perlu takut diancam karena Wina tidak membebaninya.Wina berjalan mengikuti Jordan menuju jalan raya, tetapi dia melihat ambulans yang melesat menuju klub pantai.Wina pun berhenti berjalan dan menatap pantai di kejauhan. Tidak ada satu wajah pun yang terlihat jelas, tetapi dia bisa melihat berbagai macam perahu diterjunkan ke laut.Wina menunduk dan berpikir sejenak. Rasanya tidak mungkin Valeria menyuruh begitu banyak orang untuk mencari dan menyelamatkannya. Jangan-jangan Jihan ada di sini?
Kehangatan tubuh Wina yang terasa dalam pelukan Jihan membuat hatinya yang semula mati rasa karena rasa takut perlahan-lahan kembali tenang.Dia melepaskan Wina dan hatinya kembali terasa sakit saat melihat Wina menggigil kedinginan karena tubuhnya basah kuyup."Akulah yang seharusnya minta maaf. Kamu nggak akan mengalami semua ini kalau bukan gara-gara aku.""Kamu ini bicara apa sih! Kita ini suami istri, suka duka harus kita tanggung berdua."Setelah itu, Wina pun menunduk menatap tangannya. Begitu melihat tangannya berlumuran darah, wajah Wina sontak menjadi pucat."Luka di punggungmu terbuka! Sana cepat masuk ke ambulans ...."Awalnya Wina mengira punggung Jihan basah karena habis menyelam, ternyata malah berlumuran darah. Luka di punggungnya pasti terbuka!Wina pun menarik tangan Jihan sambil berjalan menuju ambulans, tetapi Jihan menariknya kembali."Wina, luka ini bukan apa-apa."Setelah itu, dia melirik ke arah Valeria yang berdiri tidak jauh dari sana."Kurung dia dan beri tah
Wina mengangguk mengerti. "Ya, oke, aku nurut saja. Nah, sekarang ayo kamu naik helikopter atau masuk ke ambulans ...."Jihan tidak mungkin sanggup bertahan jika pendarahannya tidak dihentikan. Karena Wina mengkhawatirkannya, Jihan pun luluh dan mengajaknya ke helikopter.Malam itu, Wina menemani Jihan sambil menunggu dokter selesai menghentikan pendarahan pada punggung Jihan dan menjahit lukanya. Setelah selesai, barulah Wina bisa menghela napas dengan lega.Langit sudah mulai terang, jadi Wina merasa pernikahan mereka tidak akan sempat dilangsungkan hari ini. "Gimana kalau kita tunda acaranya jadi besok?" saran Wina.Jihan yang sedang mengelap rambutnya dengan handuk pun langsung menjawab dengan tegas, "Nggak, pokoknya kita harus menikah hari ini!"Wina sudah merasa hangat lagi karena habis berendam air hangat di dalam bak mandi. Dia menoleh menatap Jihan. "Tapi, lukamu ....""Mau seberapa parah pun lukaku, tetap saja pernikahan kita lebih penting," jawab Jihan dengan cuek.Wina hend
Si perancang busana pun melepaskan gaun itu dan sontak terpana saat menyentuh bahan serta berlian yang bertaburan di atasnya.Gaun pengantin ini terbuat dari bahan satin yang lembut dan dilapisi dengan kain jaring-jaring tipis. Hiasan bunga mawar dan berlian yang berkilauan memenuhi seluruh gaun, membuatnya tampak begitu memukauModelnya sederhana, tetapi sangat cantik. Kilau berlian membuat gaun itu tampak sangat elegan dan anggun.Jika dugaannya benar, ini adalah gaun pengantin yang dirancang oleh desainer gaun pengantin ternama dunia dan hanya ada satu di penjuru dunia ini.Awalnya gaun pengantin ini disimpan di ruang pameran luar negeri. Setelah itu, katanya berhasil terjual dengan harga setinggi langit.Ternyata yang membelinya adalah presdir Grup Lionel. Mana mungkin pria itu akan rela mengeluarkan uang sebanyak ini jika bukan karena sangat mencintai calon pengantinnya?Gaun lain yang ada di dalam lemari itu juga terlihat sangat mahal. Terlihat jelas gaun itu keluaran edisi terba
Gisel merupakan anak perempuan yang sangat manis, ekspresinya terlihat berseri-seri dan sorot tatapannya tampak berbinar riang.Siapa pun yang melihat Gisel pasti akan merasa anak itu begitu manis dan menggemaskan.Setelah mengambil amplop, Sara pun berjalan keluar dari vila. Dia mendongak dan secara kebetulan melihat mobil diparkir di sebelah ....Sara sontak berhenti berjalan, lalu termangu menatap pria yang duduk di kursi roda di depan pintu mobil."Ivan ...."Begitu mendengar suara Sara yang gemetar, Ivan pun menoleh.Seulas senyuman tipis tersungging di bibirnya."Kak Sara, katanya Wina akan menikah hari ini, ya? Kak Sara keberatan nggak kalau aku menemuinya sebentar?"Nada bicara Ivan yang sopan dan terkesan memberi jarak itu membuat mata Sara menjadi berkaca-kaca.Dia ingin sekali menjawab bahwa dia tidak keberatan, tetapi dia sejujurnya khawatir kehadiran Ivan akan membuat pernikahan ini batal.Bagaimanapun juga, semenjak berpisah di rumah sakit, Wina belum pernah lagi bertemu
Dulu saat mengalami penindasan di sekolah, Wina pasti akan meringkuk dan menangis tersedu-sedu.Setelah itu, Ivan pasti akan muncul dan berjongkok di depan Wina, lalu menghibur gadis itu dengan lembut.Wina selalu ingat betapa baik hatinya Ivan kepadanya dan justru karena itulah dia menangis."Kamu nangis karena masih ada aku dalam hatimu, ya?"Ivan pun mengulurkan tangannya yang kurus ke hadapan Wina."Kalau memang ya, ikutlah denganku, oke?"Senyuman Ivan terlihat bercanda.Namun, sorot tatapannya tampak serius.Selama ini, Ivan juga ingin sekali bisa melepaskan Wina dengan damai dan mendoakan kebahagiaan gadis itu dengan tulus ....Akungnya, selama beberapa hari ini, bahkan obat tidur saja gagal membuat Ivan merelakan Wina.Itu karena rasa cintanya yang begitu mendalam untuk Wina. Ivan benar-benar tidak rela jika harus melepaskan Wina.Sama seperti Jihan, Ivan juga akan mati tanpa Wina. Jadi, bisakah Wina memilih Ivan saja?Wina mencengkeram gaun pengantinnya dengan erat sambil mena