Dulu saat mengalami penindasan di sekolah, Wina pasti akan meringkuk dan menangis tersedu-sedu.Setelah itu, Ivan pasti akan muncul dan berjongkok di depan Wina, lalu menghibur gadis itu dengan lembut.Wina selalu ingat betapa baik hatinya Ivan kepadanya dan justru karena itulah dia menangis."Kamu nangis karena masih ada aku dalam hatimu, ya?"Ivan pun mengulurkan tangannya yang kurus ke hadapan Wina."Kalau memang ya, ikutlah denganku, oke?"Senyuman Ivan terlihat bercanda.Namun, sorot tatapannya tampak serius.Selama ini, Ivan juga ingin sekali bisa melepaskan Wina dengan damai dan mendoakan kebahagiaan gadis itu dengan tulus ....Akungnya, selama beberapa hari ini, bahkan obat tidur saja gagal membuat Ivan merelakan Wina.Itu karena rasa cintanya yang begitu mendalam untuk Wina. Ivan benar-benar tidak rela jika harus melepaskan Wina.Sama seperti Jihan, Ivan juga akan mati tanpa Wina. Jadi, bisakah Wina memilih Ivan saja?Wina mencengkeram gaun pengantinnya dengan erat sambil mena
Wina pun tersenyum menatap tempat yang sebelum ini diisi oleh Ivan."Terima kasih, Tuan Ivan ...."Dulu, Ivan pernah memberi tahu Wina, "Kalau suatu hari nanti kamu menikah dengan orang lain dan aku datang ke pernikahanmu, kuharap kamu bisa memanggilku Tuan Ivan.""Kenapa?" tanya Wina waktu itu dengan polos sambil berbaring di atas meja.Ivan yang mengenakan seragam sekolah pun menepuk ujung hidung Wina dengan pulpen. "Karena kalau aku ternyata nggak bisa menikah denganmu, setidaknya biarkan aku menjadi tuanmu sekali saja."Wina tersenyum sambil mengusap air matanya, lalu mengambil bedak di atas meja dan menutupi bekas air matanya yang dipenuhi perasaan bersalah.Wina membubuhkan bedaknya dengan begitu hati-hati agar tidak ada sisa air mata yang terlihat. Ini adalah simbol Wina mengubur masa lalunya dengan Ivan.Sara yang sudah mengenakan gaun pengiring pengantin pun berdiri di depan pintu. Dia memegang setumpuk dokumen sambil menatap Wina dengan bingung ....Dia baru saja melihat Ivan
Para anggota Keluarga Lionel lainnya yang hadir untuk menyambut pengantin wanita pun sontak menyadari betapa pucatnya wajah Jihan seolah-olah jiwanya sudah melayang entah ke mana.Mereka refleks menatap Wina yang berjalan ke hadapan Ivan dengan kesal. Jelas-jelas Jihan begitu mencintai Wina, tetapi kenapa Wina malah berbalik memperlakukan Jihan seperti ini?Jika Wina memang tidak bisa melepaskan cinta pertamanya, seharusnya dia jangan menerima lamaran Jihan! Kenapa Wina mengulur-ulur waktu dan mempermalukan Jihan tepat di hari pernikahan mereka seperti ini?Wina tidak tahu apa yang mereka semua pikirkan. Setelah tiba di hadapan Ivan, dia menyerahkan setumpuk dokumen itu kembali kepada Ivan."Ivan, aku tahu kamu ingin memberiku yang terbaik, tapi kamu sudah melakukannya.""Aku nggak menginginkan atau meminta aset-aset ini. Utangku padamu sudah lunas, jadi tolong jangan buat aku berutang lagi padamu, ya?"Setelah itu, Wina pun berbalik menatap Jihan di belakangnya. Wina mengumpulkan sege
Karena hadiah itu seolah tidak jelas nasibnya, Sara pun melangkah maju dan mengambil amplop itu. Dia menatap mereka semua sambil berkata."Biar aku dulu yang ambil, nanti kita bicarakan lebih lanjut mau kalian terima atau nggak. Ini hari yang berbahagia, jangan diulur-ulur ...."Ucapan Sara dan keputusan Wina yang tegas barusan membuat ekspresi para anggota Keluarga Lionel menjadi lebih lembut.Jihan melirik ke arah Ivan lagi, pria yang duduk di atas kursi roda itu secara terang-terangan sedang menatap Wina.Jihan merasa cemburu sekaligus iba. Pokoknya, perasaannya yang campur aduk ini membuatnya menjadi kesal.Dia pun menggandeng tangan Wina dan berjalan menuju halaman belakang agar tidak terlihat lagi oleh Ivan ....Wina berjalan mengikuti Jihan, lalu bertanya dengan suara pelan, "Kamu cemburu, ya?""Memangnya aku bakal cemburu?" dengus Jihan dengan dingin, nada bicaranya terdengar sombong.Jihan bertekad tidak akan memberi tahu Wina bagaimana dia ingin mati saja tadi saat Wina menga
Aulia yang datang terlambat pun berjalan menuju pintu vila, lalu melihat Rian yang diisukan bertunangan dengannya.Aulia berjalan menghampiri Ivan, kemudian menyapa dengan lembut dan sopan, "Pak Rian."Ivan pun mengalihkan pandangannya dari arah langit menuju Aulia.Aulia mengenakan gaun sutra mahal yang berwarna putih gading, dia tampak begitu anggun, elegan dan berkelas.Ivan balas menatap Aulia sebentar, lalu memalingkan wajahnya dan mengangguk kecil tanpa menyahut apa-apa.Aulia balas mengangguk, lalu berbalik badan dan berjalan menuju halaman tempat helikopter terakhir diparkir.Pada tanggal 14 Februari, di Hari Kasih Akung, ratusan helikopter terbang melintasi langit Kota Aster sebelum akhirnya mendarat di bandara.Sekitar 30 menit kemudian, 50 pesawat pribadi yang bagian bodinya dicat dengan warna-warni pun terbang menuju Iranda.Berita di penjuru negeri langsung mengabarkan kejadian ini."Pesawat pribadi milik Jihan Lionel, Presdir Grup Lionel, tiba di Iranda pada tanggal 14 Fe
Kastel itu memiliki atap berbentuk runcing yang menjulang ke langit dan dihiasi bunga mawar di sana dan di sini. Rasanya seperti memasuki negeri dongeng.Sejauh mata memandang, kastel itu dikelilingi oleh padang rumput yang ditumbuhi oleh berbagai macam pepohonan. Area kastel itu begitu luas sampai-sampai harus menggunakan kereta untuk mengelilinginya.Sinar matahari menembus masuk jendela kastel dan menyinari altar pernikahan mewah yang sudah disiapkan di dalam sana.Keluarga kerajaan mempekerjakan toko bunga untuk menutupi seluruh kastel dengan ribuan bunga mawar ....Bagian atas kastel dihias dengan kristal, sementara dinding di sekitarnya menampilkan aurora merah. Karpet berwarna sampanye yang anggun makin membuat tempat pernikahan itu tampak seperti sebuah karya seni.Pembawa acara paling terkenal di dunia, serta tim penghibur dari keluarga kerajaan juga sudah menunggu di tempat acara sehingga menambah kesan sakral dan pesona pada tempat yang indah ini.Wina menatap pemandangan in
Saat melihat betapa kerasnya Leona dalam mendidik anaknya, Sara merasa Wina tidak salah menikah dan menjadi anggota keluarga yang seperti itu.Karena sikap Keluarga Lionel sangat murah hati dan ramah, Sara merasa dia bertanggung jawab mendidik Gisel sebagai figur kakak perempuan Wina.Sara pun melangkah maju dan mencubit pipi Gisel."Gisel, setelah Liam dihukum, kamu harus minta maaf padanya karena sudah marah-marah padanya. Kalau nggak, nanti Liam sedih sekali."Memang benar Liam-lah menarik karangan bunga Gisel terlebih dahulu, tetapi Gisel-lah yang marah-marah lebih dulu sehingga mereka berdua berujung bertengkar.Gisel pun menunduk dan mengangguk dengan patuh. "Ya, Bibi Sara, aku bisa kok minta maaf."Akhirnya, perseteruan di antara kedua anak itu pun selesai. Leona bangkit berdiri dan memandang Sara dengan kagum dan perhatian.Setelah itu, Leona menatap wanita yang berdiri di samping Jefri ....Sebenarnya, Leona lebih memilih Sara dibandingkan dengan cinta pertama Jefri itu. Akung
Setelah itu, barulah si pembawa acara mempersilakan mereka berdua untuk tukar cincin yang disaksikan oleh penghulu, Keluarga Lionel, serta Sara dan Lilia ....Jihan yang mengenakan jas putih mengambil cincin berlian yang diserahkan oleh staf, lalu berlutut dan memegang tangan Wina.Saat cincin berlian itu dipasang di jari manisnya, mata Wina pun perlahan-lahan menjadi berkaca-kaca ....Setelah memakaikan cincin itu, Jihan mengecup punggung tangan Wina yang dibalut sarung tangan putih dengan penuh kasih sayang.Setelah itu, Jihan menengadah menatap Wina yang tampak cantik dalam balutan gaun pengantin putihnya."Wina, aku mencintaimu.""Aku juga mencintaimu ...."Wina mengira acara pernikahannya akan selesai setelah sampanye dituangkan.Namun, tiba-tiba Jihan berjalan ke samping altar dan duduk di depan sebuah piano yang tampak kuno dan mahal.Jihan meletakkan jari-jemarinya di atas tuts piano, lalu melirik ke arah Jefri yang duduk di sisi lain.Seberkas cahaya pun menyinari mereka berdu
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je