Mendengar suara lembut Wina, ekspresi Jihan menjadi masam.Menyadari perubahan ekspresi Jihan, Wina tiba-tiba tidak berani berbicara lagi.Wina mencium selain aroma parfum, ada juga sedikit bau alkohol di dalam mobil.Meskipun hanya samar-samar, dia yakin Jihan sudah minum alkohol.'Nggak heran dia datang menemuiku, ternyata dia sedang mabuk.'Wina menghela napas. 'Sudah minum alkohol masih mengemudi. Apa dia nggak takut kena tangkap?'Saat Wina sedang memikirkan itu, Jihan tiba-tiba mematahkan rokok di tangannya dan melihat ke arah Wina."Semalam, apa kamu bercinta dengan Rian?"Saat Jihan menanyakan itu, sorot matanya yang merah dipenuhi tatapan menghina.Wina membalas tatapan Jihan, mencoba melihat apakah ada perasaan lain yang terpancarkan dari mata itu. Sayangnya, tidak ada.Wina merasa pemikirannya itu sedikit konyol. "Pak Jihan, Kamu membawaku sampai ke tempat seperti ini hanya untuk melontarkan pertanyaan itu?" tanya Wina.Jihan masih menatapnya. "Jawab aku," ujarnya dengan din
Saat telinganya digigit, tubuh Wina terasa seperti tersengat listrik. Mati rasa menjalar ke seluruh tubuhnya.Wajah Wina langsung memerah. Dia menggeserkan kepalanya, berusaha menghindari sentuhan Jihan. Namun, Jihan menahan kepalanya, tidak membiarkannya bergerak.Jihan menggigit daun telinganya dan bertanya dengan lembut, "Hah?"Suara Jihan meninggi di akhir dan terdengar begitu memikat.Seketika, jantung Wina berdetak kencang.Suara Jihan penuh daya tarik, enak di dengar dan seksi.Suara yang begitu memesona itu membuat Wina sulit untuk tidak terpikat.Wina memaksa dirinya untuk tenang. 'Jihan melakukan ini hanya untuk mempermalukanku.'Wina menundukkan kepalanya, mengatupkan bibir merahnya dan tidak berkata apa-apa.Akan tetapi, Jihan perlahan berpindah dari daun telinganya ke bahunya.Jihan mencium tulang selangkanya dan bertanya dengan suara kecil, "Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kamu mau baru bisa merasa puas?"Nada suara Jihan sedikit pasrah dan seperti sedang menyalahk
Melihat Wina begitu sopan seperti ingin menjaga jarak dengannya. Hal ini membuat Jihan tersenyum.Senyuman yang terlihat seperti menghina dan mengejek. Sangat berbeda dengan senyuman lembut yang dia tunjukkan tadi."Kamu pikir aku bersikap seperti ini untukmu?"Jihan mencubit pipi Wina dengan satu tangan sambil berkata, "Lihatlah dirimu, apa ada yang layak untuk aku bersikap seperti ini?"Wina mengernyit dan bertanya dengan bingung, "Kalau begitu, kenapa tadi ...."Jihan tiba-tiba mencibir, "Pria yang kamu goda sekarang adalah calon menantu Keluarga Lionel. Aku hanya ingin membuatmu agar menyerah menggoda dia."'Rian adalah calon menantu Keluarga Lionel?''Ternyata begitu.'Semua keraguan di hati Wina langsung menghilang.Wina sudah merasa ada yang tidak beres dengan Jihan. Ternyata Jihan ingin dia berhenti menggoda Rian, jadi sengaja merayunya.Mengetahui hal ini, Wina tidak marah, malah menjadi lega.Wina sebenarnya cukup takut Jihan ada perasaan padanya, karena dia tidak bisa dan ti
Wina menatap Jihan dengan tatapan kosong. Untuk sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa.Namun, mengetahui Jihan sudah menoleransinya begitu lama, setidaknya dia harus memberi Jihan penjelasan.Wina ragu-ragu sejenak, lalu berkata dengan datar, "Ivan Senio ... adalah orang yang pernah berjanji akan bersamaku seumur hidup."Jihan melihat Wina yang perlahan terlihat sedih, seakan teringat kenangan masa lalu.Ekspresi Jihan tiba-tiba berubah dingin dan berkata, "Sepertinya kamu sangat mencintainya."Wina kembali sadar dan berkata dengan datar, "Dulu aku sangat mencintainya.""Sekarang?" tanya Jihan dengan dingin."Sekarang?"Saat Wina memandang Jihan, yang sedang mengatupkan bibirnya, dia sungguh ingin menjawab "sekarang aku mencintaimu".Namun, Wina tidak memiliki keberanian untuk mengatakan itu. Dia juga tidak memenuhi syarat untuk mengatakan itu. Dia tidak bersih lagi. Tidak peduli betapa dia mencintainya, dia tidak lagi layak untuknya.Wina mengepalkan tangannya, tersenyum dan berkat
Setelah alarm berbunyi cukup lama, Wina baru samar-sama mendengar suara alarm setelah berbunyi cukup lama. Perlahan-lahan Wina membuka matanya.Wina mengambil ponselnya. Jam sembilan pagi. 'Bagus, bukan lagi jam empat atau lima sore.'Jam kerja di Perusahaan Krisan mulai pukul sepuluh, jadi dia masih punya waktu.Setelah bangun, mandi sebentar, Wina selesai bersiap-siap dan pergi ke kantor.Karena Hani memintanya untuk langsung menyerahkan pekerjaannya, Wina langsung pergi ke lantai paling atas perusahaan.Wina mengetuk pintu ruang kantor Hani dan berkata, "Kak Hani, aku datang untuk penyerahan pekerjaanku."Ekspresi Hani sedikit berubah saat melihat yang datang adalah Wina. "Masuk," ujarnya.Wina berjalan ke meja Hani dan bertanya dengan hormat: "Saudari Hani, Yuna tidak bersedia mengambil alih pekerjaan saya. Kepada siapa saya harus menyerahkan pekerjaan saya?"Hani teringat apa yang dikatakan Winata padanya kemarin, lalu berkata dengan tidak enak hati, "Wina, kamu sudah bekerja di s
Maksud dari perkataan Winata adalah jika ingin menikah dengan pria kaya raya, tidak cukup hanya mengandalkan paras, tapi harus memiliki latar belakang yang setara. Jika tidak setara, setidaknya harus memiliki akademis yang luar biasa.Winata tidak hanya cantik, tetapi juga cerdas. Dia tidak menggunakan kata-kata kasar untuk menghina orang lain.Wina mengepalkan tangannya dan berkata dengan suara dingin, "Bu Wina, saya ingin menikah dengan pria kaya atau nggak dengan saya ingin mengundurkan diri adalah dua hal yang berbeda. Meskipun Anda adalah atasan saya, Anda nggak berhak mencampuri urusan pribadi saya, 'kan?"Winata tidak menyangka Wina akan berani mengatainya sudah ikut campur urusan pribadi orang lain. Ekspresinya seketika menjadi masam dan berkata, "Tentu saja nggak berhak. Aku hanya berbaik hati mengingatkanmu. Jangan melepaskan kesempatan bekerja hanya untuk hal seperti itu. Kalau nanti menyesal, jangan kembali ke sini sambil menangis."Wina tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia b
Wina perlahan berbalik, menatap Winata yang sedang bersandar di kursi kantor dan terlihat arogan.Keelokan Winata yang bagaikan bunga membuat Wina terlihat seperti rumput liar.Wina tidak pernah merasa berkecil hati seperti sekarang ini.Dirinya sekarang ibarat diinjak-injak oleh orang dan seberapa berusaha dia mencoba berdiri, hasilnya sia-sia.Karena dia tidak memiliki latar belakang, status dan kekuatan. Dia hanyalah orang biasa yang tidak kompeten.Oleh karena itu, dia bisa diancam, diinjak-injak dan diintimidasi oleh orang lain sesuka hati.Wina menyerah melawan takdirnya dan langsung bertanya pada Winata, "Apa yang kamu ingin aku lakukan agar menyetujui pengunduranku?"Wina sebelumnya meminjam 400 juta. Enam kali lipat, berarti 2.4 miliar. Dia tidak mampu membayar ganti rugi sebanyak itu, jadi hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Winata.Melihat Wina tahu diri, sikap Winata menjadi lebih arogan dan berkata, "Gampang. Kamu hanya perlu menjamu Pak Rian dengan baik. Setelah dia kem
Ketika Yuna mendengar kata "asam sulfat", dia menggigil ketakutan. Bahkan kata-kata yang ingin dia ucapkan tersangkut di tenggorokannya.Wina membuang muka, menoleh ke arah Rina, yang meringkuk di samping dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun, lalu berkata, "Apa benda itu berguna atau nggak? Kamu yang sudah bersama begitu banyak lelaki tua. Apa kamu nggak tahu? Kamu masih berani memfitnahku?"Rina tidak menyangka Wina akan mengungkapkan rahasianya di depan umum. Dia langsung menjadi marah, "Apa maksudmu?"Wina menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata, "Yuna sudah memberi tahu semua orang tentang kemampuanmu ini. Seharusnya kamu tahu apa maksudku, 'kan?"Rina menoleh dan menatap Yuna dengan wajah tidak percaya dan berseru "Aku menganggapmu sebagai teman! Kenapa kamu mengkhianatiku?"Yuna tidak menyangka bahwa Wina, yang biasanya menahan amarahnya, akan mengungkapkan masalah pribadi Rina di depan banyak orang.Yuna sangat marah, dia melangkah maju dan ingin menampar Wina denga