Melihat Rian menjauh, Wina berhenti keras kepala dan berbaring dengan patuh. Dia menunggu rasa pusingnya agak mereda terlebih dahulu.Sebelumnya, Dokter telah memperingatkannya untuk tidak kelelahan.Akan tetapi, baru-baru ini Wina diminta oleh Tuan Malam selama dua hari berturut-turut. Setelah itu, dia harus datang bekerja tanpa bisa beristirahat dengan baik.Jadwal seharian yang padat, pergi ke bandara, restoran dan hotel, tentu membuat orang biasa pun merasa lelah, apalagi dirinya.Oleh karena itu, penyakit Wina pun kambuh karena kelelahan.Wina berpikir setelah besok mendapatkan persetujuan resign dari Winata, dia akan beristirahat saja di rumah dan menunggu kematiannya dengan tenang.Jika penyakitnya kambuh seperti hari dan tidak ada yang menolongnya, dia pasti akan mati mendadak, lalu siapa yang akan mengurus jenazahnya?Saat pikiran Wina ke mana-mana, seorang pria berjas putih masuk dari luar.Pria itu terlihat sangat sopan dan bersih, memancarkan temperamen yang lembut dan angg
Jefri agak terkejut ketika melihat wanita yang terbaring di kasur itu adalah Wina.Jefri berpikir begitu Emil jatuh terpuruk, Wina langsung berpaling dan mencari pria kaya lain, Rian.Kesannya terhadap Wina yang menolak payungnya pun berubah. Dia merasa Wina adalah wanita yang sangat licik.Setelah berpikir-pikir, Jefri mengirim foto itu ke Jihan.Rian adalah calon pasangan adik Jefri, jadi bagaimana mungkin dia membiarkan wanita seperti Wina mendekati Rian?Jefri tidak bisa memberi pelajaran kepada wanita yang dulu bersama Jihan. Oleh karena itu, dia hanya bisa menyerahkan masalah ini kepada Jihan untuk ditangani.Jihan baru kembali ke vila ketika melihat foto itu dan ekspresinya seketika menjadi masam.Dia segera membalas dengan pesan: "Kapan diambil?"Jefri: "Baru saja, sudah tersebar di kalangan kita."Jihan tidak membalas pesan lagi, tangan yang memegang ponsel bergetar.Wina tentu tidak tahu bahwa anak-anak kaya ini menyebarkan rumor tentang dirinya bersama dengan Rian.Awalnya,
Wina membuka mata, melihat ruangan yang asing baginya. Perlahan-lahan dia menyadari bahwa dirinya tertidur di Kamar VVIP Rian.Wina segera mengecek dadanya. Tidak ada bekas tendangan. Wina pun menghela napas lega.Meskipun sudah berlalu cukup lama, Wina masih takut Rian akan menendangnya. Kejadian itu meninggalkan trauma serius.Sangat wajar Wina ketakutan seperti itu. Setelah ditendang, Rian langsung melempar tubuhnya yang sekarat ke pinggir jalan.Jika seseorang tidak lewat dan menyelamatkannya tepat waktu, dia pasti sudah mati saat itu.Wina tidak pernah bisa mengerti. Mengapa Ivan yang dulunya begitu baik padanya bisa berubah menjadi begitu kejam hingga ingin membunuhnya?Meskipun sudah tidak mencintai Ivan, kejadian itu selalu membuat hati Wina terasa sangat sakit dan sukar dilupakan.Hanya saja, selama ini Wina menyimpan masa lalu itu sedalam-dalamnya dan mencoba tidak mengingatnya.Sekarang setelah bertemu Rian lagi, meskipun hatinya sudah tenang, Wina masih sedikit takut padany
Wina melirik foto itu. Hanya foto Rian berdiri di depan kasur dan menatanya. Wina merasa bukan masalah besar, jadi dia tidak peduli."Nggak apa-apa. Pak Rian bantu urus saja."Wina yakin dengan kemampuan Rian yang tidak akan kesulitan untuk menghapus foto tersebut."Sudah aku urus. Nggak ada yang akan menyebarkannya lagi.""Baguslah."Setelah mengatakan itu, Wina berbalik hendak pergi, tetapi Rian malah menghentikannya."Nona Wina, sebagai permintaan maaf atas kelancangan Yuno, aku akan mentraktirmu makan."Wina menggeleng dan berkata, "Nggak perlu, aku harus segera pergi ke kantor.""Pagi ini, aku lihat kamu belum bangun, jadi aku menghubungi Bu Winata dan meminta izin cuti untukmu," ujar Rian dengan cepat.Wina tertegun sejenak. Pantas saja Hani mengirimnya pesan pagi ini, tetapi tidak mendesaknya datang meski dia tidak datang ke kantor. Ternyata Rian sudah meminta izin untuknya.Wina menatap Rian sambil bertanya-tanya. 'Apa maksudnya? Kenapa dia membantuku? Bukannya dia sudah memper
Ketika melihat perubahan sorot mata Rian, Wina langsung tahu apa yang sedang dipikirkannya."Jadi, apa Pak Rian masih ingin mengundangku, wanita penjual diri, untuk makan? tanya Wina dengan dingin.Wina berpikir Rian pasti akan langsung menolaknya setelah mengetahui dia adalah wanita yang menjual diri.Tanpa diduga, Rian berkata dengan tegas, "Tentu saja."Setelah mengatakan itu, Rian langsung berjalan menuju restoran hotel.Wina menatap punggungnya sambil tertegun.Setelah ragu-ragu sejenak, Wina tetap mengikutinya.Melihat Rian datang, manajer restoran segera menyambutnya."Pak Rian, silakan ke sini."Manajer itu membawa mereka ke tempat yang lebih tenang dan nyaman. Proses pelayanannya juga yang sangat lengkap, dari menarik kursi mempersilakan duduk sampai memberikan menu dengan hormat.Rian mengambil menu dan bertanya pada Wina, "Kamu ingin makan apa?"Wina berkata dengan acuh tak acuh, "Aku nggak lapar. Pak Rian pesan untuk sendiri saja."Penderita gagal jantung mengalami gangguan
Ketika pelayan datang dengan kereta makan, Rian tidak merasakan canggung lagi.Rian pura-pura tidak terjadi apa-apa, mengambil pisau dan garpu dan memotong steiknya dengan perlahan.Setelah memotongnya, dia menaruh steak tersebut di piring makan Wina."Nona Wina, kamu terlalu kurus. Kamu harus makan lebih banyak."Jika dibandingkan dengan lima tahun lalu, berat badan Wina memang turun banyak.Wina dulu lebih berisi dan terlihat energik.Kini dia begitu kurus seakan bisa terbang jika diterpa angin. Dengan kondisi tubuh yang begitu lemah, tidak heran jika dia mudah mengantuk.Namun, Wina tidak ada nafsu makan. Dia hanya menyantap beberapa sayuran dan meletakkan sendoknya.Dia tidak menyentuh steak pemberian Rian.Rian berpikir karena Wina tidak senang terhadapnya, jadi tidak ingin makan makanan pemberiannya. Hal ini membuatnya sedikit merasa sedih.Selesai makan, Rian ingin mengantarnya pulang, tetapi ditolak oleh Wina dengan dingin.Wina yang sudah pernah mendapatkan perlakukan kejam da
Mendengar suara lembut Wina, ekspresi Jihan menjadi masam.Menyadari perubahan ekspresi Jihan, Wina tiba-tiba tidak berani berbicara lagi.Wina mencium selain aroma parfum, ada juga sedikit bau alkohol di dalam mobil.Meskipun hanya samar-samar, dia yakin Jihan sudah minum alkohol.'Nggak heran dia datang menemuiku, ternyata dia sedang mabuk.'Wina menghela napas. 'Sudah minum alkohol masih mengemudi. Apa dia nggak takut kena tangkap?'Saat Wina sedang memikirkan itu, Jihan tiba-tiba mematahkan rokok di tangannya dan melihat ke arah Wina."Semalam, apa kamu bercinta dengan Rian?"Saat Jihan menanyakan itu, sorot matanya yang merah dipenuhi tatapan menghina.Wina membalas tatapan Jihan, mencoba melihat apakah ada perasaan lain yang terpancarkan dari mata itu. Sayangnya, tidak ada.Wina merasa pemikirannya itu sedikit konyol. "Pak Jihan, Kamu membawaku sampai ke tempat seperti ini hanya untuk melontarkan pertanyaan itu?" tanya Wina.Jihan masih menatapnya. "Jawab aku," ujarnya dengan din
Saat telinganya digigit, tubuh Wina terasa seperti tersengat listrik. Mati rasa menjalar ke seluruh tubuhnya.Wajah Wina langsung memerah. Dia menggeserkan kepalanya, berusaha menghindari sentuhan Jihan. Namun, Jihan menahan kepalanya, tidak membiarkannya bergerak.Jihan menggigit daun telinganya dan bertanya dengan lembut, "Hah?"Suara Jihan meninggi di akhir dan terdengar begitu memikat.Seketika, jantung Wina berdetak kencang.Suara Jihan penuh daya tarik, enak di dengar dan seksi.Suara yang begitu memesona itu membuat Wina sulit untuk tidak terpikat.Wina memaksa dirinya untuk tenang. 'Jihan melakukan ini hanya untuk mempermalukanku.'Wina menundukkan kepalanya, mengatupkan bibir merahnya dan tidak berkata apa-apa.Akan tetapi, Jihan perlahan berpindah dari daun telinganya ke bahunya.Jihan mencium tulang selangkanya dan bertanya dengan suara kecil, "Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kamu mau baru bisa merasa puas?"Nada suara Jihan sedikit pasrah dan seperti sedang menyalahk