Sara pun menyunggingkan seulas senyuman yang terkesan menawan."Itu bukan urusan Tuan Muda Jefri."Bukan urusan?Selama ini, Jefri selalu memperlakukan wanita dengan lembut dan sopan. Kali ini, ekspresinya terlihat begitu serius."Sara, kamu yakin mau cari masalah denganku?"Ekspresi Sara pun ikut berubah menjadi lebih serius. Sepertinya, kenyataan yang ada di kepala Jefri ini terbalik-balik."Jangan lupa, Tuan Muda Jefri, kamulah yang sengaja membawa cewek lain untuk memprovokasiku.""Itu karena kamu main menolakku dengan sangat cuek beberapa hari yang lalu!"Sorot tatapan Sara pun langsung berubah menjadi kebingungan.Jefri memang terkenal sering gonta-ganti kekasih. Dia akan selalu memutuskan mereka secepat mungkin dan tidak pernah memedulikan mereka.Jadi, sudah sewajarnya Jefri juga tidak akan meminta balikan agar tidak perlu mempermalukan dirinya.Namun, malam itu, Jefri yang mabuk malah memeluk Sara seperti anak kecil yang mencari penghiburan dan sibuk menciumi leher Sara."Kak
Sara menatap pria di hadapannya yang terasa begitu mengintimidasi.Sara jadi teringat saat pertama kali bertemu dengan Jihan. Aura mereka benar-benar sama persis, sangat mengintimidasi dan mencekam.Akan tetapi, sifat mereka berdua bagaikan langit dan bumi. Jihan adalah seorang anak keluarga kaya yang dingin dan penyendiri, sementara Tuan Jodie adalah ... orang gila.Contohnya saja seperti saat ini. Karena Tuan Jodie hanya diam, Sara pun tidak berani bicara apa-apa lagi. Dia bahkan tidak berani bernapas terlalu keras ....Sara masih ingat betul saat terakhir kali Tuan Jodie datang ke klub ini. Waktu itu, salah seorang pelayan Sara salah menuangkan anggur sehingga Tuan Jodie marah dan langsung memecahkan gelas anggurnya.Sara pun segera menyuruh pegawainya untuk undur diri dan turun tangan melayani si pelanggan yang pemarah dan seenaknya itu.Mungkin karena pelayanan Sara yang cukup baik, Tuan Jodie bersedia datang lagi ke klub dan kali ini sengaja memesan Sara.Sara pikir Tuan Jodie ak
Sara kembali melihat tangan para pengawal yang menyentuh bagian bawah pinggang mereka. Jantung Sara sontak berdebar kencang karena ketakutan, tetapi dia tetap berusaha bersikap setenang mungkin. Pada akhirnya, Sara memutuskan untuk bicara bohong."Kalau Tuan Jodie mau menemuinya, pergilah ke Britton. Dia ada di Britton bersama Tuan Alvin ...."Sana, cari ribut saja dengan Alvin. Aku ingin lihat siapa di antara kalian berdua yang lebih hebat ....Amarah Tuan Jodie kembali tersulut dengan dahsyat."Aku tahu bahwa begitu dia pulang dari Britton, orang pertama yang dia temui adalah kamu! Dan di klub inilah kalian bertemu!"Waktu itu, Tuan Jodie juga ke klub ini untuk menanyakan keberadaan Vera. Akan tetapi, dia tidak jadi bertanya karena terlanjur merasa kesal dengan kesalahan pegawai Sara.Kali ini, Tuan Jodie memutuskan untuk datang ke Klub Polus lagi setelah berhasil meredakan amarahnya. Tidak disangka Sara malah bersikap sok polos dan berkelit seperti ini! Benar-benar membuat kesabaran
Baru pertama kali ini Sara melihat Jefri yang biasanya selalu santai dan semaunya sepanik ini. Jangan-jangan Jefri ...."Kenapa Tuan Muda Jefri begitu panik dan gugup? Jangan bilang Tuan Muda Jefri benar-benar menyukaiku?"Jemari Jefri sontak berhenti bergerak, dia hanya diam termangu menatap Sara.Mana mungkin Jefri benar-benar menyukai Sara? Dia hanya belum rela melepaskan Sara setelah wanita itu menjadi rekan ranjangnya selama tiga tahun belakangan.Mana mungkin Jefri si tukang gonta-ganti pacar akan tertarik pada seorang wanita yang sudah bercerai? Mustahil!"Lebih baik kamu nggak usah berhubungan dengan Jodie, dia itu musuh bebuyutan Kak Jihan sedangkan kamu adalah mantan pacarku ...."Tentu saja Sara tidak akan percaya dengan alasan Jefri yang benar-benar tidak masuk akal itu, tetapi Sara juga tidak bertanya apa-apa lagi.Jefri bukanlah pasangan yang ideal untuk Sara karena pria itu terlalu seenaknya. Sara sendiri bukanlah pasangan yang ideal untuk Jefri karena Sara sudah bercera
Jihan memeluk Wina dengan erat sambil menatap Jodie dengan tajam dan dingin.Dia mencengkeram pergelangan tangan Jodie dengan segenap tenaganya. Jika Jihan mengerahkan tenaganya lebih dari ini, bisa-bisa pergelangan tangan Jodie patah.Jodie yang tidak bisa melawan pun balas menatap Jihan dengan dingin dan tajam."Justru kamu yang cari mati, Jihan!"Jodie mengangkat tangannya yang satu lagi dan mengibaskannya ke depan, para pengawalnya pun bergegas menyerbu ke arah Jihan.Wina yang bersandar di pelukan Jihan sontak ketakutan, jantungnya berdebar dengan begitu kencang. Apalagi saat dia menyadari bahwa Jihan hanya sendirian."Jihan, kamu cepat pergi sana!"Dari pembicaraan singkat mereka berdua, Wina langsung menyadari mereka adalah musuh bebuyutan yang saling menyimpan dendam. Sayangnya, kali ini Jihan tidak membawa pengawalnya. Bisa-bisa Jihan yang kalah.Jihan pun balas menatap Wina yang terlihat sangat khawatir itu dengan kesan menenangkan."Jangan takut, Wina."Setelah itu, Jihan me
Saat Wina hanya bisa memeluk Jihan karena tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba sekelompok pengawal berjas dan berdasi yang dipimpin oleh Jefri pun bergegas keluar dari lift. Giliran para pengawal itu mengepung gerombolan Jodie."Kak Jihan!"Jefri tahu sedari dulu Jodie tidak bisa menandingi kekuatan fisik Jihan, tetapi tetap saja dia membawa begitu banyak pengawal karena merasa khawatir.Ternyata setelah berhasil menerobos kerumunan para pengawal, Jefri melihat Jihan yang sedang menahan Jodie di pintu lift.Jefri menghela napas lega, lalu melirik Jodie yang berada di ambang kematian dengan kesan menghina. "Sudahlah, akui saja kekalahanmu! Kamu nggak mungkin bisa mengalahkan Kak Jihan!"Kondisi fisik Jodie boleh saja lemah, tetapi semangat hidupnya sangat kuat. Dia benar-benar menolak mengaku kalah. "... Kalau kamu memang bisa ... coba saja membunuhku!"Jihan pun menghadiahi Jodie dengan mencekik pria itu makin kuat. Mungkin Jodie akan benar-benar mati tercekik jika bukan karena Wina
"Wina, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Setelah selesai berbicara dengan Jefri di lantai atas, Sara pun langsung menuju kantornya.Setelah mandi dan berganti pakaian, Manajer Kerry pun melapor.Bahwa Jihan melihat Jodie yang sedang menggoda Wina, lalu kedua pria itu saling berkelahi di lantai bawah sampai membawa pistol segala.Sara benar-benar ketakutan, dia bahkan tidak sempat memakai sepatu hak tingginya. Sara hanya mengenakan sandal dan bergegas turun, rambutnya belum dikeringkan dan masih berantakan.Wina refleks mendorong Jihan yang hendak menciumnya, lalu berbalik menghadap Sara yang berlari menghampirinya dengan panik."Ya, aku nggak apa-apa, Sara. Jangan lari-lari begitu, nanti jatuh."Sara berlari menghampiri Wina dan berdiri di depannya, lalu mengitari Wina dan mengamati Wina dengan saksama.Setelah memastikan Wina benar-benar tidak terluka, barulah Sara merasa lega."Ya ampun, Wina, aku benar-benar takut! Kukira kamu bakal kenapa-kenapa, jantungku sampai berdebar kencang!"Wina p
"Wina, buka kancingnya."Yang Jihan maksud adalah membuka kancing pada kerah kemejanya.Wina tidak berani menyentuhnya lagi, jadi tentu saja dia menolak. "Kamu 'kan bisa melakukannya sendiri."Jihan menggerakkan sedikit bagian bawah tubuhnya. Ujung telinga Wina yang bisa merasakan sensasi lain di sana pun sontak memerah."Ya, ya, kubantu, tapi janji kamu akan menurunkanku!""Ya oke ..." jawab Jihan dengan suara yang terdengar serak.Wina akhirnya menyentuh kemeja satin berwarna perak itu.Begitu membuka tiga kancing teratas dari kemeja Jihan, Wina pun memandang apa yang terlihat dari balik kerah kemeja yang terbuka ....Dada Jihan yang bidang dan berotot, kulit Jihan yang putih mulus, tulang selangka Jihan yang ramping dan seksi, serta jakun Jihan yang tampak menggoda.Jika melihat ke atas, ada wajah tampan Jihan yang terlihat menawan di bawah sorot redup lampu ....Wina menatap Jihan yang memancarkan aura menggoda. Makin lama dia menatap pria itu, makin Wina yakin Jihan sedang merayun