Sara pun bangkit berdiri dan melihat ke bawah jendela. Alvin benar-benar hanya bergeming di sana sampai Wina mau pulang bersamanya.Sara pun menoleh menatap Wina dan bertanya sambil mengernyit, "Bukannya dia pacar kakakmu? Kenapa dia begitu peduli kamu pulang atau nggak?"Wina hanya memberi tahu Sara bagaimana dia bisa bertahan hidup. Wina belum memberi tahu soal status hubungannya dengan Alvin.Wina menyibakkan selimutnya, lalu berjalan menghampiri Sara. Sambil menatap Alvin yang berdiri di bawah sana, dia menjawab, "Sara, aku dan dia sudah menikah di Britton.""Apa?" Sara sontak menatap Wina dengan kaget."Saking aku ingin pulang demi menemuimu dan Ivan, dia mengikatku atas nama pernikahan karena dia takut setelah aku pulang nanti, ada orang lain yang akan merebut jantung kakakku ini. Kalau aku menolak, dia melarangku pulang," jawab Wina dengan tenang.Ekspresi Sara langsung berubah. "Wina, kalau kayak gitu, bukannya itu berarti kamu harus hidup bersamanya selamanya?""Sebenarnya, ak
Jihan menjentikkan ujung rokoknya.Kerlap-kerlip api mengenai kulit Jihan, tetapi dia sama sekali tidak merasa sakit.Yang terdengar oleh Jihan hanyalah suara Daris yang melaporkan hasil penyelidikannya."Pak Jihan, berdasarkan hasil penyelidikan, wanita bernama Vera Dinsa itu bukanlah Nona Wina. Dia adalah warga negara Britton.""Menurut informasi dari pihak Britton, kemungkinan Nona Wina adalah adik Vera yang hilang secara nggak sengaja.""Selain itu, Nona Vera dan Alvin, tuan muda keempat dari Keluarga Chris, memang benar sudah menikah. Mereka menikah di gereja Britton ...."Ujung jari Jihan menyentuh bibirnya.Dia masih bisa merasakan betapa lezat dan menggodanya bibir wanita itu. Jihan yakin wanita itu adalah Wina.Akan tetapi, semua informasi yang Daris peroleh menyatakan bahwa wanita itu bukanlah Wina.Jihan mengisap rokoknya, sorot tatapannya terlihat tidak percaya.Setelah Alvin memarkir mobil, dia mengernyit menatap sosok Jihan."Dia lagi?"Wina pun mengikuti arah pandangan A
Jihan mengangkat tangannya hendak menyentuh wajah Wina, tetapi Wina refleks mundur selangkah.Wina menatap tangan kanan Jihan dengan takut seolah-olah dia memiliki trauma tertentu.Jihan sepertinya menyadarinya, dia pun segera menarik kembali tangannya dan berkata kepada Wina, "Jangan takut, aku nggak akan melakukan apa pun padamu lagi."Wina akhirnya gagal menjaga ketenangannya. "Menjauh dariku."Jihan menggelengkan kepalanya. "Aku nggak mungkin menjauh darimu, Wina."Ekspresi Wina berubah menjadi serius. "Sudah kubilang namaku Vera, bukan Wina! Berapa kali aku harus mengatakannya sebelum kamu percaya?"Ujung mata Jihan pun mulai tampak memerah. "Kamu ... benar-benar bukan Wina?""Ya, bukan!"Wina sengaja memasang ekspresi angkuh.Mata Jihan sedikit berdenyut, sorot tatapannya tetap terlihat tidak percaya.Jihan pun bergegas melangkah mendekati Wina, lalu memaksa Wina ke sudut rumah dan mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Wina.Wina refleks mendorong Jihan menjauh, lalu berbalik
Jihan sontak tertegun, dia menatap ekspresi Wina yang tampak tidak senang.Nona Sara pernah memberi tahu Jihan bahwa sampai Wina mati, Jihan hanya menganggap Wina sebagai wanita pengganti.Apa Wina mengira nama yang selama ini Jihan panggil bukan namanya?"Wina, aku nggak pernah memanggil nama orang lain. Selalu namamu yang kupanggil," bisik Jihan.Sayangnya, penjelasan yang terlambat datang selama tiga tahun ini tidak bisa mengubah apa-apa. Yang ada hanya memunculkan rasa tidak percaya.Sorot tatapan Wina tetap terlihat tenang dan tidak peduli.Respons Wina yang seperti ini membuat hati Jihan terasa begitu sakit.Dia makin erat memeluk Wina.Jihan merasa Wina akan menghilang begitu saja jika dia melonggarkan pelukannya.Jihan sudah pernah merasakan kehilangan karena ditinggal mati oleh Wina, jadi dia tidak mau berpisah dari Wina lagi.Jihan memeluk Wina dengan sekuat tenaga. "Wina, maafkan aku, aku yang salah. Bolehkah kamu ... memberiku kesempatan lagi?"Jihan bahkan tidak tahu bagai
Hati Jihan terasa sakit, pandangannya mulai mengabur.Ini adalah keputusan paling bodoh yang pernah dia buat, keputusan yang selalu Jihan sesali setelah berpisah dari Wina.Jihan menahan rasa sakitnya, lalu menjawab, "Waktu itu, aku berjanji pada kakakku untuk menikahi Winata.""Itu sebabnya kamu langsung melepaskanku begitu dia pulang?" tanya Wina dengan tenang.Jihan hendak membantah, tetapi tidak sanggup mengatakan apa-apa.Sebenarnya, Jihan memang berencana melepaskan Wina setelah kontrak berakhir.Karena Wina tidak mencintainya sementara Jihan ingin memenuhi keinginan terakhir kakaknya, jadi Jihan terpaksa melepaskan Wina.Namun, jika dipikir-pikir lagi, Jihan tidak bisa membantah bahwa dia memang melepaskan Wina begitu saja tanpa keraguan sedikit pun.Wina pun tersenyum dingin menatap Jihan yang hanya diam, lalu berkata, "Jihan, kamu itu bukannya cinta padaku, kamu cuma posesif."Jihan langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tahu yang mana cinta dan yang mana posesif. Wina, kamu n
Saat melihat surat itu tetap utuh, rasanya jantung Wina berhenti sepersekian detik.Sejak kapan dia merasa kecewa pada Jihan?Jihan duluan yang melakukan semua itu kepadanya, tetapi Jihan jugalah yang mengingatkan Wina untuk tidak pernah berharap akan dia cintai.Ucapan Jihan itu membuat Wina menyadari bahwa dia tidak berarti apa-apa bagi Jihan. Wina hanya sebatas media untuk Jihan melampiaskan amarahnya.Namun, sekarang ....Wina menengadah menatap Jihan yang seolah kehilangan jati diri.Jihan yang dia kenal adalah pria yang selalu berdiri di posisi tinggi, tidak pernah Jihan bersikap seperti ini.Wina benar-benar tidak mengerti. Jelas-jelas sewaktu mereka masih bersama Jihan tidak pernah mencintainya.Kenapa sekarang Jihan bertanya apa maksud kata-kata yang Wina tulis itu?Apa maksudnya?Maksudnya adalah Wina harus berhenti.Wina menulis surat itu demi memperingatkan dirinya sendiri bahwa Jihan tidak mencintainya.Sewaktu Wina memahami maksud di balik ucapan Jihan itu, cintanya yang
Jihan perlahan berbalik badan menatap Wina yang berdiri di bawah lampu jalan.Panggilan dari sosok orang yang sudah Jihan rindukan setengah mati selama tiga tahun ini sudah cukup untuk membuat Jihan meninggalkan segalanya dan bergegas mendekati Wina untuk memeluk wanita itu.Namun, setiap kali Jihan melangkah, Wina langsung mundur tiga langkah ...."Jangan ke sini."Ekspresi Wina terlihat begitu datar dan tenang."Aku sudah mengatakan semua yang perlu kukatakan. Mulai sekarang, tolong jangan mengusik hidupku lagi."Jihan mengira Wina memanggilnya untuk memperbaiki kondisi ini, tetapi tidak disangka Wina malah memintanya untuk berhenti mengusik hidupnya.Wajah Jihan yang tampan langsung terlihat pucat, rasa sakit yang melanda sekujur tubuhnya membuatnya sulit bernapas.Namun, Wina sama sekali tidak ambil pusing dengan semua ini. Setelah berkata seperti itu, dia langsung berjalan memasuki vila.Menatap Wina yang pergi tanpa ragu itu membuat tubuh Jihan sontak terasa lemas.Daris yang sed
Ekspresi Jihan pun mendadak menjadi serius."Cari tahu soal Alvin dan Vera," perintah Jihan dengan dingin.Daris langsung menjawab dengan hormat, "Baik."Saat Daris berbalik untuk kembali ke mobilnya, Jihan menghentikannya lagi."Lalu ....""Ya, Pak Jihan?""Selidiki apakah Alvin yang menyelamatkan Wina. Mulailah dari krematorium," perintah Jihan.Sesuai kata George, jika otak si pasien masih aktif, ada peluang pasien itu bisa selamat setelah transplantasi jantung dilakukan.Karena tubuh Wina tanpa cacat sedikit pun, itu berarti jenazahnya diam-diam ditukar sebelum dikremasi.Orang yang menukar jenazah Wina kemungkinan besar adalah orang yang sama dengan yang memberikan Wina jantung baru.Jihan menduga orang itu adalah Alvin, tetapi Jihan tidak tahu apa alasan pria itu ....Jihan memainkan rokok yang dia pegang sambil berkata kepada Daris, "Selidiki sendiri, jangan mengandalkan informasi dari Britton."Keluarga Chris adalah keluarga terpandang di Britton, jadi tentu saja Alvin memiliki