Alih-alih menjawab pertanyaan Jihan, James melanjutkan syarat dan ketentuannya lagi."Tapi setelah bertemu, kamu dilarang memberi tahu Wina kalau kamu nggak leluasa bergerak karena dibatasi oleh Medan Hitam. Kamu juga nggak boleh memberitahunya kalau ada cip yang ditanam dalam otakmu.""Kamu juga tetap harus menceraikannya. Selain itu, kamu nggak boleh memberitahunya kalau kami tahu siapa kamu sebenarnya. Pokoknya, kamu harus bersikap secuek mungkin dan tetap menyamar sebagai 2-9 dengan baik. "Jihan tidak tahu apa yang 1-1 rencanakan. Itu sebabnya dia mengernyit dengan serius saat mendengar syarat-syarat yang aneh dan tidak masuk akal ini.Jika dia tidak boleh memberitahukan semua hal itu kepada Wina, bagaimana Jihan bisa menjelaskan alasan kenapa dia tidak pulang dalam waktu 23 hari, kenapa tidak menghubungi Wina dan kenapa menggunakan nama Winata untuk memaksa Wina bercerai?Jihan mengernyit sambil berpikir sebentar, lalu sontak menyadari makna tersirat dari ucapan James. Jihan perl
"Benar sekali."James mengangguk."Kita bahkan nggak mungkin berdamai dengan kehadiran Wina sekalipun. Jadi, Tuan Jihan, lebih baik kamu menyerah saja atas niat balas dendammu itu demi Wina atau kamu harus benar-benar berpisah darinya."Sorot tatapan Jihan mendadak menjadi dingin."Kamu pernah mikir nggak sekalipun dia tahu kondisiku, walaupun kita musuh, tetap saja dia akan selalu memilihku?""Justru karena aku tahu pilihannya makanya aku langsung ke sini untuk membuat kesepakatan denganmu. Kamu tahu 'kan akan lebih mudah dan nyaman buatku kalau aku membunuhmu dengan satu tembakan?"Nada bicara James menyatakan bahwa saat ini, Wina lebih berarti baginya dibandingkan pendiri Organisasi Shallon.Jihan menyadari hal ini, jadi dia menurunkan pandangannya untuk menutupi sorot tatapannya yang terlihat penuh dengan perhitungan."Aku bakal bertemu dengannya besok di mana?""Di sini."Jihan awalnya berniat menyetujui syarat James dulu dan baru memberi tahu Wina setelah bertemu dengannya besok,
Jihan pun mencibir, rasanya dia seperti sedang dipermainkan oleh takdir.James sendiri tidak ambil pusing dengan Jihan yang tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca itu."Kuberi kamu sepuluh menit untuk memikirkannya baik-baik."Setelah itu, James pun berjalan keluar dari area eksperimen diikuti oleh para pria berbaju hitam lainnya.Setelah James dan yang lainnya pergi, hanya Andrew yang tetap di sana sebentar untuk mengingatkan Jihan dengan suara pelan."Setuju saja dulu, kamu bisa menjelaskannya kepada Wina setelah bebas.""Tuan Ketiga, apa kamu pikir aku ini tuli?"Suara James yang mengintimidasi terdengar dari luar pintu. Andrew langsung menutup mulutnya dan bergegas keluar dari area eksperimen.Setelah Andrew keluar, James melepas topengnya. Dia menatap Andrew dengan dingin, ekspresinya terlihat sangat marah."Kamu harus dicambuk 20 kali lagi nanti setelah pulang."Andrew menundukkan kepalanya dengan lemah, dia merasa agak takut dengan kakeknya."Ya."James pun memalingkan wajahnya
Walaupun ada binar cahaya dalam hati Jihan, tubuhnya terlihat tidak berjiwa. Dia duduk bersandar di dinding dengan sikap acuh tak acuh. Detik demi detik berlalu, tetapi hatinya terus terasa sakit.Jihan pun mengangkat tangannya, lalu menekan bagian jantungnya dengan kuat. Sepertinya cara itu cukup efektif karena rasa sakit dalam hati Jihan perlahan mereda.1-1 bilang dia menyadari Wina mirip dengan istrinya setelah melihat rekaman kamera pengawas, itu sebabnya dia melakukan tes DNA dengan Wina dan hasilnya menyatakan bahwa Wina adalah cucunya.Jika 1-1 bisa mengenali Wina dari wajahnya, itu berarti ada salah seorang anggota keluarganya yang mirip dengan Wina.Orang yang mirip dengan Wina, ya .... Selain Winata yang satu ayah dengan Wina, ada juga Andrew yang matanya mirip dengan Wina ....Jika dugaan Jihan benar, maka 1-3 yang beberapa kali berujar mengingatkannya itu adalah Andrew Ivoron.Jika 1-3 tidak punya hubungan apa pun dengan Wina, dia tidak mungkin mengingatkan Jihan dan membu
Wina pasti akan merasa tersentuh dengan semua perhatian James ini seandainya kakeknya itu bukanlah pendiri Medan Hitam.Itu sebabnya saat ini Wina tidak merasa apa-apa. Dia bergegas mengikuti James.Mereka masuk ke dalam mobil. Selain James dan Wina, hanya ada Andrew di dalam mobil itu. Andrew duduk di kursi pengemudi.Ini membuktikan dugaan Wina bahwa selain Andrew, tidak ada satu anggota Keluarga Ivoron lain yang tahu tentang Medan Hitam.Wina mencibir akting James yang hebat, tetapi James memberi tahu Wina betapa kejamnya Organisasi Shallon. James juga menceritakan penderitaan hebat yang dialami setiap anggota Medan Hitam akibat ulah Organisasi Shallon.Wina tidak mau repot-repot mendengarkan upaya untuk mencuci otaknya. Dia balas berkomentar dengan sinis, lalu menoleh menatap ke luar jendela sambil mengingat-ingat arah yang diambil ....Perjalanan mereka cukup jauh. Pertama mereka menggunakan mobil, lalu dengan helikopter, lalu dengan kapal feri dan kemudian balik menggunakan helik
Setelah duduk, Wina menengadah menatap ke masing-masing anggota ....Lampu di ruang kendali utama sangat terang. Saking terangnya, Wina bisa langsung melihat sosok Jihan yang berdiri di tengah kerumunan sambil memancarkan aura dingin itu.Sekalipun sama-sama mengenakan topeng, mereka tetap dapat menemukan satu sama lain di antara semua manusia ini seolah-olah ini adalah sesuatu yang sudah mereka lakukan selama ribuan tahun. Begitu saling bertatapan, hanya sosok masing-masing yang terlihat.Wina tidak tahu bagaimana reaksi Jihan saat melihatnya, wajah pria itu tertutup topeng. Yang jelas, Wina merasa lega melihat Jihan sehat dan baik-baik saja.Mata Jihan yang sedari tadi menatap Wina pun perlahan-lahan menjadi berkaca-kaca, hatinya yang terasa begitu pedih perlahan sembuh setelah melihat Wina masih hidup.Bagi Jihan, yang terpenting di dunia ini adalah Wina masih hidup. Selama Wina tetap hidup, Jihan bisa menahan segala badai rintangan yang ada.Setelah semua orang tiba, James pun perl
Setelah itu, James langsung bangkit berdiri. Namun, setelah James pergi, cip di otak Jihan mulai berdetak menghitung mundur waktu.Hitungan mundur dan kata-kata "hamil" itu adalah sebuah peringatan untuk Jihan. Apabila Jihan ingkar janji dan melanggar kesepakatan mereka, maka James tidak akan segan-segan.Dengan kata lain, tidak jadi masalah Jihan mau memberikan petunjuk atau tidak. Tidak jadi masalah pula Wina tahu Jihan terpaksa melakukan semua ini atau tidak. Karena yang James inginkan adalah perpisahan mereka berdua secara utuh.Jika Jihan dan Wina tidak berpisah, James akan diam-diam menggugurkan kandungan Wina kapan pun dan di mana pun dia mau.Cip dalam otak Jihan itu juga sebagai belenggu agar Jihan tidak pernah bisa meninggalkan Medan Hitam.Jika Jihan tidak bisa pergi dari Medan Hitam, itu berarti dia tidak akan bisa melindungi Wina ataupun calon anak mereka ....Jihan harus keluar dulu dari Medan Hitam dan menggunakan seluruh kekuatannya untuk membereskan James, barulah semu
Mata Jihan yang indah itu terlihat begitu dalam dan terang seperti langit berbintang, tetapi juga tampak berkecamuk.Wina memperhatikan mata Jihan dengan saksama. Dia mencoba mencari tahu apa yang tersembunyi di baliknya, tetapi gagal. Rasanya bintang-bintang dalam sorot tatapan Jihan terlalu jauh darinya.Hati Wina terasa pedih dan sakit.Justru perubahan suasana hati itu yang membuat Wina kurang bisa menahan perasaan.Itu sebabnya dia selalu merasa sakit setiap kali menghadapi sesuatu yang membuatnya sedih.Namun, Wina sepertinya bisa berpikir dengan lebih rasional dibandingkan sebelumnya setelah tercebur ke dalam laut.Contohnya saja saat ini. Wina berusaha menahan rasa sakit dalam hatinya, dia menatap Jihan dengan tetap tenang."Kalau kamu memang bisa keluar masuk Medan Hitam dengan bebas, kenapa kamu nggak pulang? Kenapa nggak menghubungiku?"Nada bicara Wina sangat tenang tanpa kesan menginterogasi, tetapi dia tetap meminta jawaban.Jihan yang sedari tadi menurunkan pandangannya
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je