Walaupun ada binar cahaya dalam hati Jihan, tubuhnya terlihat tidak berjiwa. Dia duduk bersandar di dinding dengan sikap acuh tak acuh. Detik demi detik berlalu, tetapi hatinya terus terasa sakit.Jihan pun mengangkat tangannya, lalu menekan bagian jantungnya dengan kuat. Sepertinya cara itu cukup efektif karena rasa sakit dalam hati Jihan perlahan mereda.1-1 bilang dia menyadari Wina mirip dengan istrinya setelah melihat rekaman kamera pengawas, itu sebabnya dia melakukan tes DNA dengan Wina dan hasilnya menyatakan bahwa Wina adalah cucunya.Jika 1-1 bisa mengenali Wina dari wajahnya, itu berarti ada salah seorang anggota keluarganya yang mirip dengan Wina.Orang yang mirip dengan Wina, ya .... Selain Winata yang satu ayah dengan Wina, ada juga Andrew yang matanya mirip dengan Wina ....Jika dugaan Jihan benar, maka 1-3 yang beberapa kali berujar mengingatkannya itu adalah Andrew Ivoron.Jika 1-3 tidak punya hubungan apa pun dengan Wina, dia tidak mungkin mengingatkan Jihan dan membu
Wina pasti akan merasa tersentuh dengan semua perhatian James ini seandainya kakeknya itu bukanlah pendiri Medan Hitam.Itu sebabnya saat ini Wina tidak merasa apa-apa. Dia bergegas mengikuti James.Mereka masuk ke dalam mobil. Selain James dan Wina, hanya ada Andrew di dalam mobil itu. Andrew duduk di kursi pengemudi.Ini membuktikan dugaan Wina bahwa selain Andrew, tidak ada satu anggota Keluarga Ivoron lain yang tahu tentang Medan Hitam.Wina mencibir akting James yang hebat, tetapi James memberi tahu Wina betapa kejamnya Organisasi Shallon. James juga menceritakan penderitaan hebat yang dialami setiap anggota Medan Hitam akibat ulah Organisasi Shallon.Wina tidak mau repot-repot mendengarkan upaya untuk mencuci otaknya. Dia balas berkomentar dengan sinis, lalu menoleh menatap ke luar jendela sambil mengingat-ingat arah yang diambil ....Perjalanan mereka cukup jauh. Pertama mereka menggunakan mobil, lalu dengan helikopter, lalu dengan kapal feri dan kemudian balik menggunakan helik
Setelah duduk, Wina menengadah menatap ke masing-masing anggota ....Lampu di ruang kendali utama sangat terang. Saking terangnya, Wina bisa langsung melihat sosok Jihan yang berdiri di tengah kerumunan sambil memancarkan aura dingin itu.Sekalipun sama-sama mengenakan topeng, mereka tetap dapat menemukan satu sama lain di antara semua manusia ini seolah-olah ini adalah sesuatu yang sudah mereka lakukan selama ribuan tahun. Begitu saling bertatapan, hanya sosok masing-masing yang terlihat.Wina tidak tahu bagaimana reaksi Jihan saat melihatnya, wajah pria itu tertutup topeng. Yang jelas, Wina merasa lega melihat Jihan sehat dan baik-baik saja.Mata Jihan yang sedari tadi menatap Wina pun perlahan-lahan menjadi berkaca-kaca, hatinya yang terasa begitu pedih perlahan sembuh setelah melihat Wina masih hidup.Bagi Jihan, yang terpenting di dunia ini adalah Wina masih hidup. Selama Wina tetap hidup, Jihan bisa menahan segala badai rintangan yang ada.Setelah semua orang tiba, James pun perl
Setelah itu, James langsung bangkit berdiri. Namun, setelah James pergi, cip di otak Jihan mulai berdetak menghitung mundur waktu.Hitungan mundur dan kata-kata "hamil" itu adalah sebuah peringatan untuk Jihan. Apabila Jihan ingkar janji dan melanggar kesepakatan mereka, maka James tidak akan segan-segan.Dengan kata lain, tidak jadi masalah Jihan mau memberikan petunjuk atau tidak. Tidak jadi masalah pula Wina tahu Jihan terpaksa melakukan semua ini atau tidak. Karena yang James inginkan adalah perpisahan mereka berdua secara utuh.Jika Jihan dan Wina tidak berpisah, James akan diam-diam menggugurkan kandungan Wina kapan pun dan di mana pun dia mau.Cip dalam otak Jihan itu juga sebagai belenggu agar Jihan tidak pernah bisa meninggalkan Medan Hitam.Jika Jihan tidak bisa pergi dari Medan Hitam, itu berarti dia tidak akan bisa melindungi Wina ataupun calon anak mereka ....Jihan harus keluar dulu dari Medan Hitam dan menggunakan seluruh kekuatannya untuk membereskan James, barulah semu
Mata Jihan yang indah itu terlihat begitu dalam dan terang seperti langit berbintang, tetapi juga tampak berkecamuk.Wina memperhatikan mata Jihan dengan saksama. Dia mencoba mencari tahu apa yang tersembunyi di baliknya, tetapi gagal. Rasanya bintang-bintang dalam sorot tatapan Jihan terlalu jauh darinya.Hati Wina terasa pedih dan sakit.Justru perubahan suasana hati itu yang membuat Wina kurang bisa menahan perasaan.Itu sebabnya dia selalu merasa sakit setiap kali menghadapi sesuatu yang membuatnya sedih.Namun, Wina sepertinya bisa berpikir dengan lebih rasional dibandingkan sebelumnya setelah tercebur ke dalam laut.Contohnya saja saat ini. Wina berusaha menahan rasa sakit dalam hatinya, dia menatap Jihan dengan tetap tenang."Kalau kamu memang bisa keluar masuk Medan Hitam dengan bebas, kenapa kamu nggak pulang? Kenapa nggak menghubungiku?"Nada bicara Wina sangat tenang tanpa kesan menginterogasi, tetapi dia tetap meminta jawaban.Jihan yang sedari tadi menurunkan pandangannya
"Apa kamu nggak leluasa bicara karena tempat ini diawasi?"Wina pun langsung berdiri hendak menemui James untuk meminta kakeknya mematikan sistem pengawasan, tetapi Jihan menariknya."Wina, ruang kendali utama adalah wilayah pribadi James, nggak ada sistem pengawasan di sini."Ini adalah satu-satunya tempat di seluruh Arom yang tidak diawasi. James tidak mengizinkan siapa pun mengganggu privasinya.Wina menatap ke sekeliling ruang kendali utama. Semua dindingnya terbuat dari logam berat."Apa tempat ini kedap suara? Bisa saja 'kan dia menguping ...."Jihan pun tersenyum dengan penuh kasih sayang melihat sorot tatapan Wina yang waspada ...."Ruangan ini kedap suara banget kok. Lagian, mana mungkin dia ingin menguping di saat dia nggak tahu siapa aku?"Wina menduga James sudah mengetahui identitas Jihan dari Winata, itu sebabnya kakeknya itu membatasi kebebasan Jihan.Namun, Jihan bilang James tidak tahu. Jihan bahkan menggenggam tangan Wina erat-erat dan memberikan penjelasan yang masuk
Wina merasa kesulitan memahami isi hati Jihan, rasanya seperti ada kabut yang menutupi binar dalam pandangan Jihan.Namun, ucapan Jihan terasa begitu memilukan sampai-sampai Wina rasanya tidak bisa mendengar. Begitu memproses ucapan Jihan, mata Wina langsung berkaca-kaca."Kenapa? Apa karena Winata masih mengancammu ...."Wina menduga Jihan terpaksa mendorongnya menjauh seperti dulu karena Winata menggunakan nyawanya untuk mengancam Jihan. Namun, kali ini ternyata berbeda."Aku akan menangani Winata sebagai pemimpin Medan Hitam, jangan takut."Jihan mendadak merasa begitu malu setelah mendengar suara Wina yang sangat hangat dan lembut, tetapi juga dipenuhi tekad kuat untuk melindunginya."Wina, kali ini Winata nggak mengancamku. Aku ... yang ingin menceraikanmu."Wina sontak mematung, rasa sakit di hatinya membuat air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya pun bergulir turun."Kenapa ...."Tidak ada perubahan hati, tidak ada pembatasan kebebasan dan tidak ada ancaman. Kenapa Jihan
Wina termangu menatap Jihan, tetapi sepertinya mengerti apa yang Jihan maksud. Alih-alih menyalahkan Jihan, Wina mengetatkan cengkeramannya."Aku bisa saja menolak menjadi cucunya atau menggantikannya dan memilih berada di sisimu. Apa dengan begitu ... kita tetap harus bercerai?"Ketegasannya Wina sebenarnya sudah cukup untuk menghangatkan Jihan yang diselimuti keputusasaan. Itu sebabnya makin lama, ucapan Jihan makin terdengar kejam dan tajam menusuk."Kamu nggak bisa menyangkal ikatan darah semudah itu. Statusmu sebagai pemimpin Medan Hitam juga nggak mungkin dianulir begitu saja setelah James mengumumkannya. Sebentar lagi ....""Orang-orang di Medan Hitam akan mengetahui siapa kamu, begitu pula dengan Organisasi Shallon. Apa kamu pikir mereka akan melepaskanmu setelah tahu?"Ucapan Jihan itu entah kenapa membuat Wina menjadi makin tegang, rasanya seperti ada belenggu yang mengikatnya.Wina pun melepaskan tangan Jihan dengan lemah, sorot tatapannya perlahan terlihat hilang arah. Seol