Sara tertegun menatap Jefri dengan tidak percaya."Kamu memaksaku.""Ya."Jefri merentangkan telapak tangannya dengan tidak peduli."Aku memang maksa, lalu kenapa?"Sara hanya terdiam melihat sikap Jefri yang sudah seperti pria bajingan ini.Dia berjalan melewati pria yang tidak masuk akal itu dan hendak pergi, tetapi Jefri menariknya kembali."Kalau kamu nggak mau aku mengubrak-abrik kamarmu, serahkan saja kartu keluargamu."Sara pun mengernyit."Aku nggak punya kartu keluarga, aku ini yatim piatu.""Nggak usah bohong, aku pernah melihatnya di rumahmu."Setelah dewasa, Sara memang sudah mendaftarkan kependudukannya dan punya kartu keluarga mandiri. Sara makin bingung setelah mendengar ucapan Jefri."Sekalipun aku memberikan kartu keluargaku kepadamu dan pergi ke Catatan Sipil, mereka nggak akan memberikan akta nikah itu tanpa persetujuanku.""Jadi ...."Jefri meremas bahu Sara sambil membungkuk menatap Sara."Anggap saja aku lagi memohon padamu."Ucapan ini membuat hati Sara seketika
Itulah jawaban yang Sara inginkan. Sara memantapkan hati, lalu berbalik dan berjalan ke meja. Dia membuka laci, lalu menyerahkan kartu keluarganya kepada Jefri."Aku percaya padamu lagi. Tapi, kalau pada akhirnya aku tetap kecewa, aku akan langsung angkat kaki sesuai dengan kontrak yang kita sepakati."Jefri menunduk menatap kartu keluarga itu, lalu beralih ke Sara yang tampak tegas.Jefri menggenggam tangan Sara tanpa mengatakan apa-apa, lalu langsung memasuki Catatan Sipil sambil membawa kartu keluarga Sara.Begitu mobil berhenti di depan pintu, Jefri tidak langsung membuka pintu mobil. Dia malah duduk diam dan menatap ke depan."Kenapa? Menyesal?"Sara pikir Jefri menyesali keputusannya yang terlalu impulsif dan mendadak merasa sudah salah memercayai Jefri lagi. Akan tetapi, Jefri ternyata mendadak menoleh dan menatap Sara dengan sangat serius."Mulai sekarang, akan kubuat kamu percaya padaku."Sara salah paham dengan Jefri karena Jefri sendiri yang tidak bisa membuat batasan dengan
Jefri menyuruh kepala pelayannya untuk mengosongkan ruang ganti di sebelah kamar tidur utama. Ruangan itu untuk Sara. Kemudian, Jefri melihat Sara yang berdiri di ruang tamu dengan agak kikuk.Jefri sontak terpikir Sara sedang mengingat saat Jefri menolak Sara tinggal di sini pada malam sebelumnya. Jefri pun bergegas menuruni tangga dan berjalan menghampiri Sara, lalu menggenggam tangan wanita itu."Mulai sekarang ini akan menjadi rumahmu. Kamu dapat mengaturnya sesuai keinginanmu."Setelah itu, Jefri pun menunduk menatap perut Sara."Ini sudah larut, kamu istirahat saja."Ibu hamil tidak boleh tidur larut malam karena itu tidak baik bagi kesehatan calon bayi.Sara tahu Jefri sedang memperhatikannya, jadi dia balas mengangguk kecil.Namun, setelah mandi, bukankah itu berarti Sara akan tidur satu kamar dengan Jefri?Sara bukannya belum pernah tidur bersama Jefri, tetapi sekarang dia merasa kikuk dan tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan Jefri.Sara pun berjalan keluar dari kamar
Jefri menatap Sara yang tertidur, lalu memeluk istrinya itu dari belakang.Jefri tahu betapa payahnya dia, kata-kata yang dia ucapkan itu juga seperti tong kosong nyaring bunyinya. Bukan hanya Jefri tidak pernah melakukannya sekali pun, dia juga akan segera menyesalinya.Namun, hanya Jefri yang tahu soal ini. Begitu memeluk Sara, semua amarah, rasa panik dan cemas yang memenuhi benak Jefri langsung reda.Jefri tahu karena rasa cintanya untuk Sara lebih besar, jadi dia ditakdirkan untuk lebih menderita daripada Sara.Namun, sebagai seorang laki-laki, penderitaan itu bukanlah masalah besar. Bagi Jefri, dia sudah merasa cukup asalkan bisa memeluk Sara seperti ini selamanya ....Jefri memeluk Sara dengan erat dan tidur dengan sangat nyenyak. Bahkan dia memimpikan menjalani hidup bertiga bersama keluarganya dengan bahagia.Akan tetapi, pelukan Jefri justru membuat Sara terbangun. Jefri memiliki gaya tidur yang tidak begitu bagus. Tangan dan kaki Jefri mengimpit Sara seperti ular besar.Sara
Sara mengeluarkan ponselnya dan berencana memberi tahu Wina bahwa dia sudah kembali ke Alvinna ketika dia mendengar suara mobil di luar pintu.Sara menoleh dan mendapati Jefri sedang membukakan pintu penumpang dan menarik Yolanda keluar dari mobilnya.Melihat Jefri membawa pulang Yolanda, hati Sara pun tercekat. Semua momen manis pagi ini seketika sirna sudah.Sara merasa sekarang hatinya sedang mengucurkan darah, tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dan hanya berdiri diam.Setelah Jefri menyeret Yolanda masuk, dia langsung menghempas Yolanda ke hadapan Sara.Sara mengernyit bingung dan menatap Jefri yang terlihat acuh tak acuh.Begitu tatapan Jefri bertemu dengan tatapan Sara, dia langsung menatap Sara dengan lembut dan menenangkan. Setelah itu dia menatap Yolanda dengan dingin dan tajam."Dorong dia ke meja!"Pengawal di belakang Jefri pun langsung melangkah maju.Mereka mendorong wajah Yolanda ke meja kaca sambil menahan kedua sisi bahunya di atas meja.Setelah Yolanda terke
Ternyata Jefri bahkan tahu soal itu. Karena sekarang kartu truf terakhirnya gagal, tubuh Yolanda yang tegang langsung ambruk. Rasanya dia mendadak menjadi lemas.Akan tetapi, Yolanda menolak mengaku kalah. Dia hanya lemas sesaat sebelum menegakkan punggungnya dan berusaha meronta untuk meraih celana Jefri. Akan tetapi, para pengawal di belakangnya menahan Yolanda dengan kuat.Meskipun begitu, Yolanda tetap mengulurkan tangannya ke arah Jefri dengan tidak rela ...."Jefri, bisakah kamu memberiku kesempatan satu kali lagi? Demi cintaku padamu!"Jefri memutar bola matanya."Kamu itu nggak tulus mencintaiku, yang kamu cintai itu latar belakang keluargaku. Kamu berniat memanfaatkanku untuk mewujudkan impianmu menjadi menantu keluarga kaya."Sedari dulu, cinta pertama Jefri tidak pernah memperlakukannya dengan tulus. Yang Yolanda inginkan hanyalah menikah anak orang kaya!Meskipun Jefri sudah membongkar niat Yolanda secara terang-terangan, dia tetap menolak mengaku kalah. Yolanda pun menunju
Begitu Jefri selesai bicara, bunyi sirene pun terdengar dari luar.Jefri segera melihat ke luar jendela. Pas sekali, satpam sedang membuka pintu dan mempersilakan polisi masuk ....Jefri segera mengedipkan matanya ke arah si pengawal. Pengawal itu langsung mengerti dan melepaskan Yolanda.Yolanda masih terjebak dalam rencana Jefri, dia tidak menyadari apa-apa. Ketika akal sehatnya akhirnya kembali, beberapa polisi sudah menghampirinya dan menangkapnya.Yolanda tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Dia sontak menjerit dengan histeris dan marah, "Aku cuma berbuat salah satu kali! Punya hak apa kalian menangkapku!""Tuan Muda Jefri melaporkan bahwa kamu memerkosanya. Ayo ikut dengan kami ke kantor polisi untuk penyelidikan," jawab si polisi dengan dingin.Yolanda pikir Jefri akan menuduhnya menipu, ternyata Jefri malah menuduhnya melakukan tindakan yang tidak senonoh. Yolanda sontak menjerit dengan tidak percaya, "Aku nggak pernah menyentuhmu!"Jefri hanya balas mendengus dengan dingi
Jihan hanya melirik Jefri dengan acuh tak acuh. Dia berjalan masuk ke dalam perusahaan sambil berkata dengan dingin, "Aku nggak berminat tahu kabar baik darimu."Jefri sudah terbiasa dengan sifat Jihan yang dingin. Dia bergegas menghampiri Jihan tanpa ambil pusing. "Kak Jihan, coba tebak apa yang kulakukan kemarin.""Nggak tahu, yang kutahu kamu sampai mengabaikan perusahaan demi mengejar Nona Sara," jawab Jihan dengan dingin sambil berjalan menaiki tangga.Jefri memang terlalu sibuk mengurusi hubungannya dengan Sara selama beberapa waktu terakhir sehingga dia mengabaikan urusan perusahaan. Jefri yang merasa tersindir pun berkata, "Kak Jihan, aku janji mulai sekarang akan selalu datang ke perusahaan tepat waktu dan nggak akan pernah bolos."Setelah itu, Jefri mendekat ke telinga Jihan dan bergumam, "Kakak tahu nggak kenapa?""Karena Nona Sara sudah kembali padamu?" tanya Jihan dengan dingin, adiknya yang satu ini cerewet sekali.Jefri memuji kecerdasan Jihan, lalu berkata dengan ekspre